Keutamaan Berhijrah
1. Momen tahun baru Islam tidak semeriah tahun baru Masehi yang notabene nya tahun baru agama lain.
2. Penanggalan dengan bulan dan hari sudah ada sejak langit dan bumi diciptakan, namun belum menggunakan tahun. Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ ذٰ لِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ ۗ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً ۗ وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 36)
3. Adapun umat sebelum kita menggunakan kejadian sebagai penanda tahun, seperti Nabi Muhammad yang lahir di tahun gajah karena bertepatan dengan peristiwa penyerangan Abrahah ke Makkah dengan pasukan gajahnya
4. Penanggalan Hijriyah tidak ditentukan begitu saja, melainkan melalui perdebatan panjang; ada yg berpendapat dimulai tahun dari tahun lahir Rasul, tahun meninggal beliau dan tahun hijrah beliau, dan pendapat ketiga lah yang dipilih Umar bin Khattab
5. Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah pada bulan Rabi'ul Awwal
6. Berkenaan dengan hijrah, Allah berfirman dalam Surat An Nisa ayat 97 - 100
Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰٮهُمُ الْمَلٰٓئِكَةُ ظَالِمِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ الْاَرْضِ ۗ قَالُوْۤا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا ۗ فَاُولٰٓئِكَ مَأْوٰٮهُمْ جَهَـنَّمُ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا
"Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, Bagaimana kamu ini? Mereka menjawab, Kami orang-orang yang tertindas di Bumi (Mekah). Mereka (para malaikat) bertanya, Bukankah Bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di Bumi itu? Maka orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahanam dan (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali,"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 97)
Ada dua jenis manusia saat berjumpa kematian; Suu Al Khatimah dan Khusnu Al Khatimah, ayat ini menjelaskan tentang jenis pertama, yaitu dhalim terhadap diri sendiri yang masuk kategori Suu Al Khatimah. Adapun jenis kedua terdapat dalam ayat lain, Allah berfirman
الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰٮهُمُ الْمَلٰۤئِكَةُ طَيِّبِيْنَ ۙ يَقُوْلُوْنَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ ۙ ادْخُلُوا الْجَـنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), Salamun'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 32)
Ulama menjelaskan bahwa maksud dari mereka yang mati dalam keadaan mendhalimi diri sendiri adalah mereka yang sudah masuk islam namun tidak mau ikut hijrah ke Madinah lantaran tidak rela meninggalkan kekayaan mereka di Makkah, padahal Rasulullah sudah memerintahkan untuk hijrah.
Dari ayat ini diambil sebuah hukum bahwa tidak boleh seorang muslim tinggal di daerah yang tidak bisa melaksanakan syariat Islam. Hukumnya antara makruh hingga haram, tergantung syariat apa yang tidak bisa dilakukan, misal tinggal di daerah yang di dalamnya dilarang shalat .
Kasus mendhalimi diri sendiri ini bisa ditarik ke kehidupan sekarang, dimana banyak orang yang bekerja di tempat yang melarang shalat atau bekerja menuangkan khamar dan sejenisnya, bila mereka mati saat bekerja di tempat seperti ini mereka termasuk kategori mati dalam keadaan mendhalimi diri sendiri.
Mereka akan ditanya malaikat perihal ketidaktahuan atau ketidakmampuan mereka hijrah dari tempat haram tadi, kebanyakan mereka beralasan bahwa mereka lemah, malaikat menimpali bukankah bumi Allah luas? Mereka terdiam tak mampu menjawab.
Hijrah dalam konteks sekarang adalah hijrah dari tempat yang buruk ke tempat yang baik, hijrah dari perbuatan buruk pada perbuatan baik, dan dari pekerjaan yang buruk pada pekerjaan yang baik.
Allah melanjutkan
اِلَّا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ حِيْلَةً وَّلَا يَهْتَدُوْنَ سَبِيْلًا
"kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah),"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 98)
فَاُولٰٓئِكَ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّعْفُوَ عَنْهُمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَفُوًّا غَفُوْرًا
"maka mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 99)
Kecuali orang yang benar-benar tidak memiliki jalan untuk hijrah, maka semoga Allah ampuni mereka.
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 100)
Allah beri jaminan bagi siapa yang benar-benar ikhlas dalam berhijrah, hanya mengharap ridha Allah, pasti akan diberikan rizki yang cukup dan berkah. Dikisahkan sahabat Abdurrohman bin Auf yang ditawari harta dan istri oleh saudara Anshar nya saat tiba di Madinah, namun ditolak dan lebih memilih mandiri, kemudian dalam waktu singkat Allah ganti semua harta yang ia tinggal di Makkah.
Dan siapapun yang meninggal saat perjalanan hijrah nya, maka pahalanya akan tetap tercatat di sisi Allah. Dikisahkan dalam hadist shahih seorang dari Bani Israèl yang sudah membunuh 100 nyawa dan hendak bertaubat, di tengah perjalanan hijrahnya ia meninggal. Setelah itu malaikat Surga dan Neraka memperebutkan orang ini, tetapi karena kejujuran dan keikhlasan hijrah orang ini Allah ampunan dosanya dan takdirkan baginya Surga.
_Resume by Rosyid A_
2 Muharram 1439H/22 September 2017
Kajian Magrib Masjid Al Qalam Citra Grand
✔ *Telegram:* https://telegram.me/zainannajah
✔ *Website:* www.puskafi.com
✔*Facebook:* https://www.facebook.com/zain.annajah
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »