Penulis
1307 Hits

Catatan Harian #18


Hukum Menggabungkan Aqiqah dan Qurban

Pertanyaan :  

         Ada dua pendapat para ulama tentang menggabung antara ‘aqiqah dan qurban, mana yang lebih kuat pendapatnya ? ( Khairul Anwar, 9/9/2016 )

Jawaban :

Jika seseorang mempunyai anak yang lahir tujuh hari sebelum hari raya Idul Adha, sehingga aqiqahnya bertepatan dengan hari Idul Adha, apakah boleh dia menyembelih satu kambing dengan dua niat ; niat untuk ‘aqiqah dan untuk qurban sekaligus?

         Para Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini :

         Pendapat Pertama: Menyatakan bahwa qurbannya tidak sah. Ini adalah pendapat ulama dari madzhab Maliki dan asy-Syafi'i, serta riwayat  dari Imam Ahmad (al- Haitami, Tuhfatul Muhtaj, 9/371).

         Alasannya, karena masing-masing dari ‘aqiqah dan qurban mempunyai maksud tersendiri sehingga tidak bisa digabung. Al- Hattab, seorang ulama dari madzhab Maliki mengatakan jika berniat qurban dan ‘aqiqah dalam satu waktu, maka tidak sah, karena ibadah keduanya terletak pada penyembelihan. Tetapi jika berniat qurban dan walimah, maka keduanya sah, karena qurban nilai ibadahnya dalam penyembelihan, sedang walimah niat ibadahnya dalam pemberian makan kepada orang lain. (al-Hattab, Mawahib al- Jalil: 3/259).

         Pendapat Kedua:  Menyatakan bahwa qurban dan ‘aqiqahnya sah. Ini adalah pendapat ulama Hanafiyah dan riwayat dari Imam Ahmad, serta  pendapat al-Hasan al-Bashri, Muhammad bin Sirin dan Qatadah.

         Alasannya bahwa keduanya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala melalui penyembelihan, maka menjadi sah, sebagaimana seseorang ketika masuk masjid langsung bergabung ke dalam shof dengan niat melakukan sholat jama'ah dan niat melakukan sholat tahiyatul masjid sekaligus, maka kedua niat tersebut sah. Sebagaimana juga, jika seseorang mandi dengan niat untuk sholat ‘Ied dan untuk sholat Jum'at sekaligus, pada hari dimana hari ‘Ied-nya jatuh pada hari Jum'at, maka kedua niat tersebut sah. (Ibnu Abi Syaibah, al Mushonaf: 5/534 , al-Bahuti,  Syarh Muntaha al-Iradat : 1/617 ).

         Berkata Ibnu Qayyim di dalam Tuhfatu al-Maudud bi Ahkami al-Maulud ( 1/86 ) : 

         ..أن أبا عبد الله قال أرجو أن تجزىء الأضحية عن العقيقة إن شاء الله تعالى لمن لم يعق

 

         “ ….bahwa Abu Abdillah ( Imam Ahmad ) berkata : “ Saya berharap menyembelih hewan qurban bisa mewakili ‘aqiqah sekaligus bagi yang belum melaksanakan ‘aqiqah, Insya Allah . “

 

         Di tempat yang sama disebutkan juga :

 

قال ورأيت أبا عبد الله اشترى أضحية ذبحها عنه وعن أهله وكان ابنه عبد الله صغيرا فذبحها أراه أراد بذلك العقيقة والأضحية وقسم اللحم وأكل منها

 

         “  ( Hanbal ) berkata : “ Dan saya melihat Abu Abdillah ( Imam Ahmad ) membeli hewan qurban dan beliau  menyembelih untuknya dan untuk keluarganya, pada waktu itu anaknya yang bernama Abdullah masih kecil. Maksudnya bahwa beliau menyembelih untuk qurban dan ‘aqiqah, kemudian beliau bagikan dagingnya dan beliau ikut memakan sebagiannya. “

Pendapat terakhir ini lebih kuat, khususnya bagi yang dananya terbatas, tetapi ada keinginan kuat untuk melaksanakan sunnah. Wallahu A’lam.

(Ahmad Zain An-Najah, Jati Warna, Bekasi, Jam 10.30, Jum’at, 9/12/1437- 7/9/2016)

====================

KARYA TULIS