Ilmu
29689 Hits

Menggapai Hati Yang Khusu'


وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

” Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat.Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” (QS. Al Baqarah : 45 -46)

Pada tulisan yang lalu telah diterangkan tentang sabar dan sholat serta pengaruhnya terhadap penyelesaian problematika hidup. Begitu juga sudah kita ketahui bahwa sabar dan sholat ini akan sangat sulit dikerjakan secara baik dan terus menerus kecuali oleh orang-orang yang khusu’. Pada tulisan di bawah ini akan diterangkan hakekat khusu’ menurut Al Qur’an dan Hadist, serta padangan para ulama. Untuk mempermudah pembahasan akan dibagi menjadi beberapa pelajaran :

Pelajaran Pertama :

Khusu’ merupakan inti sari dalam ibadat sholat, tanpanya sholat tidak mempunyai arti. Kedudukan khusu’ dalam sholat bagaikan nyawa dalam sebuah badan, atau buah dalam sebuah pohon, atau amal dalam sebuah ilmu. Khusu’ artinya tunduk, tenang dan rendah diri serta tawadhu’. Dalam sebuah ayat disebutkan :

وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًاً.

“Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.”(Qs. Toha : 108 )

Khusu’ secara istilah adalah : keadaan jiwa yang berdampak pada ketenangan dan tawadhu’ dalam bersikap.

Akan tetapi kalau kita melihat teks ayat di atas, maka orang yang khusu’ adalah :

1/ Orang yang menyakini bahwa dia cepat atau lambat akan meninggalkan dunia yang fana’ ini dan akan menemui Robb-nya untuk mendapatkan balasan dari perbuatannya selama hidup di dunia

2/ Orang yang menyakini bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat, sehingga dia selalu mempersiapkan bekal untuknya, yaitu menjalankan segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. ([1])

Pelajaran Kedua :

Khusu’ dibagi menjadi dua :

Pertama : Khusu’ Mahmud (khusu’ yang terpuji), yaitu khusu’ yang terdapat dalam hati, dan efeknya terlihat dalam sifat dan sikap serta gerak –gerik. Maka orang yang khusu’ dalam sholat akan selalu menundukkan pandangan dan tidak melirik ke kanan atau ke kiri atau melihat ke atas. Berkata Ibrahim An Nakh’I : ”Khusu’ itu bukan dengan memakai baju kasar dan compang-camping, ataupun makan makanan yang keras, dan selalu menundukkan kepala. Akan tetapi khusu’ adalah jika kamu memandang semua orang sama derajatnya, baik para pejabat maupun orang awam, serta kamu tunduk dengan apa yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Suatu ketika Umar bin Khottab melihat seorang pemuda berjalan sambil menundukkan kepalanya, beliaupun menegur pemuda tersebut seraya berkata : ”Wahai pemuda angkat kepalamu, karena khusu’ itu hanya di hati“. Berkata Ali bin Abi Thalib : ”Khusu’ itu terdapat dalam hati, dan tandanya kamu berbuat lembut terhadap sesama muslim, serta tidak menoleh-noleh ketika sedang melakukan sholat”.

Kedua : Khusu’ Madzmum (Khusu’ yang tercela). Khusu’ ini adalah khusu’ yang dibuat-buat, padahal hatinya tidak demikian, seperti berpura-pura menangis dan menunduk-nundukkan kepala. Pernah pada suatu ketika seseorang mengambil nafas panjang dan berpura-pura sedih di depan Umar bin Khottab, melihat seperti itu, Umar langsung menamparnya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Umar bin Khattab jika berbicara lantang, jika berjalan cepat, jika memukul keras, tetapi walaupun begitu beliau adalah seorang ahli ibadat yang benar dan orang yang benar-benar khusu’.([2]) Artinya khusu’ yang hakiki tidaklah bertentangan dengan sikap yang tegas dan suara yang lantang serta berjalan yang tegap, karena khusu’ letaknya di hati saja.

Pelajaran Ketiga :

Khusu’ mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :

1/ Khusu’ yang terdapat dalam hati akan menyebabkan bertambahnya iman seseorang, atau paling tidak akan menjaga stabilitas keimanan seseorang. Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan merasakan hatinya tetap hidup, segar dan tenang, karena ia selalu dekat dengan Allah. Dengan khusu’ seseorang akan mampu menepis syubhat dan syahwat yang akan selalu mengganggu hatinya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk selalu menambah keimanannya setiap hari dan mengecam orang-orang yang tidak khusu’ hatinya untuk menerima kebenaran dalam Al Qur’an, sebagaimana firmanNya :

أَلَمْ يَاًنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Al Hadid : 16)

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa yang menyebabkan para ahli kitab menjadi fasik, karena hati mereka keras dan tidak khusu’. Dan hati yang keras ini akibat dari perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan secara terus-menerus tanpa dimasuki rasa khusu’ sedikitpun, sehingga mereka semakin jauh dari ajaran agama ini. Akan tetapi walaupun begitu, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberi kesempatan kepada siapa saja dari hamba-Nya untuk bisa menjadikan hatinya khusu’ dan dekat dengan Allah. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala mampu menghidupkan kembali tanah yang kering dan tandus dengan menurunkan hujan di atasnya sehingga menjadi subur dan gembur ([3]), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya” (Qs. Al Hadid : 17)

2/ Khusu’ akan menyebabkan seseorang dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga hatinya selalu dipenuhi dengan cahaya keimanan. Dengan khusu’ tersebut, dia bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal khusu’ tersebut, dia mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekitarnya.

3/ Khusu’ dalam hati akan mampu membentengi hati dari penyakit ‘ujub (merasa paling hebat), riya’ dan sum’ah.

4/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan rahmat dari Allah swt.

5/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan kabar gembira dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya :

فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

”Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah ( khusu’) ” (Qs. Al Hajj : 34)

Ayat di atas menunjukkan salah satu bentuk khusu’, yaitu tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala secara mutlak.

6/ Dengan khusu’, seseorang akan mendapatkan kejayaan yang akan mengantarkannya kepada syurga , sebagaimana firman-Nya :

قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ … أُوْلَئِكَ هُمُ الوَارِثُونَ ، الَذِينَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

” Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya……..Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya“ (Qs. Al Muminun : 1,2,10,11)

7/ Dengan khusu’, seseorang bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, Karena ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu yang menyebabkan seseorang takut kepada Allah ssubhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, sebagaimana yang tersebut dalam salah satu do’anya:

اللّهُمّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يَسْمَعُ

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusu’, dan jiwa yang tidak pernah kenyang, dan do’a yang tidak didengar ”

Khusu’ inilah yang diangkat pertama kali dari diri manusia, maka pada zaman sekarang jarang kita dapatkan orang yang khusu’ hatinya, baik dalam sholat maupun di luar sholat, hal ini sesuai yang sebut dalam hadist :

أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْخُشُوْعُ

”Pertama kali yang diangkat dari diri manusia adalah khusu’ (Hadist Shohih Riwayat Tobrani, lihat juga dalam Shohih Al Jami’ Shoghir no : 2576)

8/ Dengan khusu’, seseorang akan bertambah semangatnya di dalam beramal dan bekerja sehingga hasilnya bisa maksimal.

9/ Dengan khusu’, seseorang akan menjadi ringan di dalam melaksanakan ibadat, bahkan merasa senang dengannya. Dalam suatu hikmah Arab dinyatakan:

مَنْ عَرَفَ مَا يُطْلَبُ ، هَانَ عَلَيْهِ مَا يَبْذُلُ ، وَمَنْ أَيْقَنَ بِالْخَلْفِ ، جَادَ بِالْعَطِيَّةِ

”Barang siapa mengetahui apa yang diminta, maka akan ringan untuk mengorbankan sesuatu untuknya, dan barang siapa yang yakin akan mendapatkan balasan, maka dia akan menjadi royal untuk memberi

10/ Dengan khusu’, seseorang menjadi cepat menerima kebenaran, bahkan mengamalkan kebenaran tersebut dan bahkan berdakwah kepadanya dengan sungguh-sungguh.

11/ Dengan khusu’ tujuan umat Islam dalam hidup ini bisa disatukan yaitu mencari ridho Allah.

Pelajaran Keempat :

Bagaimana caranya supaya hati bisa khusu’? Di sana ada beberapa amalan yang bisa mendatangkan kekhusu’an dalam hati, diantaranya adalah :

1/ Menerima perintah Allah dan Rosul-Nya dengan rela dan pasrah tanpa ragu-ragu, dan tidak menolaknya hanya karena tidak masuk akal kita.

2/ Berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap amal perbuatan,

3/ Selalu muhasabah (intropeksi diri) dan mencari kekurangan yang ada pada dirinya.

4/ Menjauhi sifat sombong, takabbur, riya’ dan sum’ah.

5/ Selalu merasa takut terhadap amal perbuatannya apakah diterima oleh Allah atau ditolaknya.

6/ Selalu mengingat nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepadanya selama hidup ini.

7/ Selalu meminta hidayat dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap gerak-geriknya.

8/ Selalu merenungi arti dan makna serta rahasia dibalik Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang indah)

9/ Selalu mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu semua ilmu yang bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala .

10/ Selalu mengingat kematian, adzab kubur, hari kebangkitan, syurga dan neraka.

11/ Selalu bersimpuh dihadapan Allah untuk berdo’a dan memohon pertolongan dari-Nya

Pelajaran Kelima :

Adapun khusu’ dalam sholat, pembahasannya sangat luas sekali, di bawah akan disebutkan beberapa kuncinya saja, diantaranya adalah :

1/ Mengetahui pentingnya sholat dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.

2/ Mempersiapkan diri sebelum sholat, dengan mensucikan diri dari hadast dan najis serta memakai pakaian yang pantas.

3/ Selalu memperhatikan adab- adab sholat secara lahir, seperti tuma’ninah dalam setiap gerakan sholat.

4/ Melakukan sholat dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah saja.

5/Menjauhi segala sesuatu yang akan mengganggu konsentrasi sholat.

6/Mengetahui dan merenungi bacaan-bacaanyang terdapat di dalam sholat.

Pelajaran Keenam :

Tanda-tanda khusu’ yang terdapat dalam diri seseorang adalah sebagai berikut :

1/ Cinta terhadap sholat dan hatinya selalu tertambat padanya.

2/ Segera mengerjakan sholat jika sudah datang waktunya, dan terasa sangat ringan di dalam mengerjakannya.

3/ Selalu menghadirkan hatinya ketika membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdo’a.

4/ Selalu bersyukur terhadap nkmat-nikmat yang diberikan Allah kepadanya, walaupun terlihat dimata manusia nikmat itu hanya sedikit. Dan dalam satu waktu dia sangat berhati-hati ketika mendapatkan nikmat, karena khawatir kalau hal itu hanya ujian dari Allah, akibat dosa-dosanya .

5/ Selalu bersabar ketika mendapatkan musibah dan menyerahkan segala urusan kepada Allah swt saja.

6/Selalu merenungi fenomena yang terjadi disekitarnya, seperti pergantian malam dan siang, keajaiban makhluq-makhluq Allah baik yang ada di darat, di lautan,maupun yang berada di angkasa. Begitu juga dia selalu merenungi kehancuran bangsa-bangsa terdahulu maupun yang sekarang akibat bermaksiat kepada Allah swt.

7/ Jika disebut nama Allah subhanahu wa ta’ala, maka tergetar hatinya dan sering menangis karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Kairo, 15 Januari 2008


[1] Fahru Rozi, Mafatihil Ghoib : Juz II, hlm : 77

[2] Al Qurtubi, al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Juz I, hlm : 253

[3] Ibnu Qayyim, Ar Ruh, hlm : 520.

 

KARYA TULIS