Karya Tulis
514 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 190-191) Bab ke-195 Dzikir dan Fikir


 

Dzikir dan Fikir

 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

 “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

(QS. Ali Imran [3]: 190)

Pengertian Ulul Albab      

Ayat di atas menjelaskan tentang pengertian Ulul al-Albab. Apa itu Ulu al-Albab ?  Ulu artinya orang-orang yang mempunyai, sedangkan al-Albab adalah jama’ dari “ lubbun “ yang berarti inti. Berarti Ulu al-Albab adalah orang yang mempunyai inti dari segala sesuatu, maksudnya adalah orang-orang yang pintar dan cerdik cendikia. 

Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ( 2/184 ) , bahwa Ulul Albab adalah : “ ( orang-orang yang mempunyai ) akal sempurna dan cerdas yang bisa mengetahu hakekat sesuatu secara jelas. “ 

Bagaimana pengertian ulul al-Albab dalam ayat ini ?

Ulul Albab dalam ayat ini mempunyai pengertian sebagai berikut : “ Orang-orang yang selalu memikirkan dan mempelajari kejadian-kejadian yang ada di sekililingnya, untuk kemudian dijadikan pelajaran dan bekal untuk menghadapi kehidupan di dunia ini dan kehidupan di akherat kelak. “

Berdzikir Setiap Keadaan

Ulul Albab mempunyai dua ciri, yaitu selalu berdzikir dan bertafakkur.

Ulul Albab selalu berdzikir mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Mereka melakukan ini ketika dalam sholat maupun di luar sholat.  

Adapun di dalam sholat, sebagaimana dalam hadist Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu bahwa  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلِّ قائما، فإن لم تستطع فقاعدا، فإن لَم تستطع فَعَلَى جَنْبِكَ

“Sholatlah dengan berdiri, jika tidak mampu, maka sholatlah dengan duduk, jika tidak mampu, maka sholatlah dengan berbaring di atas pinggang ( kanan ) “ (HR Bukhari)

Jika ada panggilan adzan salat pada hari Jum’at, maka mereka meninggalkan seluruh kesibukan dunia dan menuju masjid untuk berdzikir kepada Allah, yaitu mendengarkan khutbah dan salat Jum’at, sebagaimana firman-Nya :  

      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Qs. Al-Jum`ah[ [2]: 9)

Mereka tidak hanya berdzikir di dalam masjid saja, tetapi melakukannya di luar masjid, seperti di tempat kerja, bahkan mereka memperbanyak zikir ketika meninggalkan masjid, sebagaimana firman-Nya :

            فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”  

(QS Al-Jum’ah [62]:  10)

Bahkan ketika di dalam kendaraanpun mereka tetap memperbanyak zikir, sebagaimana firman-Nya :

لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ,  وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُون

“Supaya kamu duduk di atas punggungnya (kendaraa)  kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14)

Kenapa Ulul Albab selalu berzikir di setiap tempat dan setiap keadaan ? Karena zikir membuat mereka meraih keberhasilan dalam segala bidang, sebagaimana tersebut di dalam QS Al-Jum’ah [62]::  10, di atas. Bahkan kemenangan perangpun bisa dicapai dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, sebagiamana firman-Nya : 

       يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfaal [8] : 45 )

Berpikir dan Merenung adalah Ibadah Yang Agung.

Ciri Ulul Albab kedua adalah mereka selalu memikirkan dan merenungi ciptaan-ciptaan Allah di alam semesta ini sebagai bukti tanda kekuasaan Allah yang begitu hebat, sehingga dengan renungan semacam ini mengantarkannya untuk tunduk dan patuh serta pasrah secara mutlak kepada Allah.

Berkata Syekh Abu Sulaiman ad-Darani sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya di dalam “ at-Tafakkur dan al –I’tibar  :

“Sesungguhnya saya keluar dari rumahku, ketika saya melihat sesuatu pasti saya dapatkan di dalamnya nikmat Allah yang diberikan kepadaku, atau suatu pelajaran yang bisa saya ambil darinya.” 

Berkata Hasan Al-Bashri :

تَفَكُّر سَاعَة خير من قيام ليلة.

“ Bertafakkur satu jam lebih baik daripada qiyamul lail semalam penuh”

Berkata Sufyan bin Uyainah :

إذا المرء كانت له فكْرَةٌ ،  ففي كل شيء له عبرَة

“ Jika seseorang memiliki perenungan, maka segala sesuatu terdapat pelajaran baginya “

 Berkata nabi Isa ‘alaihi as-salam :

: طُوبَى لمن كان قِيلُه تذكّرًا، وصَمْته تَفكُّرًا، ونَظَره عبرًا.

“Sungguh beruntung orang yang perkataannya adalah zikir, diamnya adalah bertafakkur, penelitiannya adalah untuk mengambil pelajaran “

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu :

 ركعتان مقتصدتان في تَفكُّر، خير من قيام ليلة والقلب ساه

“Sholat dua rekaat ringan dengan perenungan lebih baik daripada bangun malam semalam suntuk sedang hatinya lalai. “

Berkata Umar bin Abdul Aziz :

والفكرة في نعم الله أفضل العبادة.

 “ Merenungi nikmat Allah adalah sebaik-baik bentuk Ibadah.”

  1. Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz menangis, maka para sahabatnya bertanya tentang penyebabnya, maka beliau menjawab : “ Saya merenungi tentang dunia dan kenikmatan dan syahwatnya, maka saya mendapatkan pelajaran darinya, yaitu ketika syahwat dunia sudah terpenuhi, maka muncullah kepahitannya. Maka jika hal ini tidak bisa menjadikan pelajaran bagi seseorang, paling tidak sebagi peringatan bagi yang ingat mengingat. “    

Bertafakkur Mengantarkan Kepada Hidayah

Dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an, Allah mengecam orang-orang kafir yang tidak mau menggunakan otak mereka untuk berpikir dan merenungi ciptaan Allah.  Ketika mereka benar-benar bertafakkur maka hidayah Allah akan turun kepada mereka. 

Adalah Maurice Bucaille lahir pada tanggal 19 Juli 1920, seorang ahli bedah kenamaan yang berkebangsaan Perancis, pada tahun 1975-an setelah melakukan penelitian terhadap jasad Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah,  mendapatkan bukti bahwa  jasad tersebut benar-benar tenggelam di laut karena di di dalam tubuhnya mengandung banyak  garam. Tetapi kenapa jasadnya lebih awet dan utuh dibanding dengan jasad-jasad lain yang sama-sama tenggelam ?.

Ada seseorang yang membisikkan kepadanya bahwa Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam  telah menceritakan peristiwa tersebut berabad-abad yang lalu sebelum sebelum penelitian yang dilakukannya. Dia merasa heran bagaimana mereka tahu padahal jasad Fir’aun baru ditemukan 1898 M ?

Ketika seorang ilmuwan muslim membacakan firman AllahSubhanahu wa Ta’ala :

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Qs Yunus [11]: 92) , maka bergetarlah hatinya, yang kemudian membuatnya berdiri dan menyatakan ke-Islamannya. 

Begitu juga yang dialami oleh Jacques Costeu seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka Perancis yang lahir pada tanggal 17 Juni 1910,  suatu hari ketika melakukan penyelaman di sebuah lautan, dia mendapatkan fenomena yang ganjil, yaitu adanya air tawar yang rasanya sedap di tengah-tengah air asin. Yang lebih mengherankannya lagi, dua jenis air tersebut tidak bercampur satu dengan yang lainnya, seakan-akan diantara keduanya terdapat sekat yang memisahkan keduanya.

Rasa penasarannya terjawab ketika dia bertemu dengan ilmuwan muslim yang membacakan kepadanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا.

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QA Al- Furqan [25]: 53).

             مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ . بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ .

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,  antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (Qs Ar Rahman [55]: 19- 20)

Mendengar ayat-ayat tersebut membuat hatinya bergetar dan akhirnya dia memeluk Islam.

Dzikir Dan Fikir Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah.           

Ulul Albab yang selalu berdzikir dan bertafakkur akan tumbuh dalam hati mereka rasa takut kepada Allah, rasa takut kepada adzab-Nya, rasa takut kepada neraka Jahannam, maka mereka akan selalu dan senantiasa berdoa :

 رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Qs. Ali Imran [3]: 190-191)

Berkata Syekh Abdurrahman as-Sa’di di dalam “ Taisir al-Karim ar-Rahman “ (1/90 ) :

دل هذا على أن التفكر عبادة من صفات أولياء الله العارفين، فإذا تفكروا بها، عرفوا أن الله لم يخلقها عبثا،

 “ Ayat di atas menunjukkan bahwa tafakkur adalah sebuah ibadah yang merupakan sifat wali-wali Allah yang arif, jika mereka bertafakkur terhadap ciptaan-ciptaan Allah, maka mereka menyakini bahwa Allah tidaklah menciptakan alam semesta ini dengan sia-sia. “

Berkata Imam Al Baghawi di dalam “ Ma’alim at –Tanzil ” ( 2/191 ) :

قال ابن عون: الفكرة تذهب الغفلة وتحدث للقلب الخشية كما يحدث الماء للزرع النبات  

 “ Berkata Ibnu ‘Aun : “ Bertafakkur akan menghilangkan sifat lengah, dan menimbulkan rasa takut di dalam hati, sebagaimana air yang menyuburkan tumbuh-tumbuhan. “

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa pendidikan yang benar adalah pendidikan yang mencetak para ilmuwan yang takut kepada Allah, ilmuwan yang pikirannya setiap saat adalah bagaimana menyelamatkan diri dari api neraka, ilmuwan yang bersungguh-sungguh memperbanyak amal shaleh dan selalu berorentasi pada akherat.

Wallahu A’lam

 

****

 

Jakarta, Rabu 13 April 2022.

KARYA TULIS