Karya Tulis
457 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 4: 148-149) Bab 264 Orang yang Terzhalimi


Orang yang Terzhalimi

(Ayat 148-149)

 

لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ

“Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizhalimi.”

(Qs. an-Nisa’: 148)

 

Pelajaran (1) Perintah Berkata Baik

Pada dasarnya Allah ﷻ tidak menyukai perkataan yang buruk, apalagi yang dilakukan secara terang-terangan. Dan memerintahkan orang-orang beriman untuk berkata baik kepada manusia, sebagaimana firman-Nya:

وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia.” (Qs. al-Baqarah: 83)

Begitu juga dalam firman-Nya:

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ

“Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar).” (Qs. al-Isra’: 53)

 

Pelajaran (2) Orang yang Terzhalimi

Di dalam ayat di atas di sebutkan pengecualian dari larangan untuk berkata buruk, yaitu orang-orang yang dizhalimi dibolehkan melakukan hal itu.

Bagaimana penafsirannya?

Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “Dibolehkan bagi orang yang dizhalimi untuk mendoakan keburukan bagi yang menzhalimi. Tetapi jika dia bersabar, hal ini lebih baik bagi dirinya.”

Berkata al-Hasan al-Bashri, “Seorang yang dizhalimi, dia tidak boleh mendo’akan keburukan kepadanya, tetapi berdo’a kepada Allah ﷻ: ‘Ya Allah, tolonglah aku darinya. Ya Allah kembalikan hakku. Ya Allah hindarkan diriku dari kezhalimannya’.”

Berkata as-Suddy, “Dibolehkan bagi orang yang dizhalimi boleh membela diri dan membalas perbuatan zhalimnya dengan yang sepadan serta mengucapkan kata buruk kepadanya.”

Termasuk perbuatan zhalim adalah seorang yang mengulur-ulur pembayaran utang padahal dia mampu. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ,

عن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ bersabda, “Menunda membayar hutang bagi orang kaya adalah kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah ia ikuti.” (HR. al-Bukhari)

Orang seperti ini boleh dikatakan padanya bahwa Fulan suka mengulur-ulur pembayaran hutang, bahkan penguasa boleh menghukumnya.

Adapun jika yang berbuat zhalim adalah orang kafir, maka dibolehkan untuk mendoakan keburukan dan kehancuran baginya. Ini sebagaimana yang dilakukan Rasulullah ﷺ terhadap suku Mudhar. Beliau berdo’a,

اَللَّهُمَّ اشْدُدُ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ

“Ya Allah, keraskanlah siksa-Mu atas kaum Mudhar, Ya Allah, jadikanlah atas mereka musim penceklik sebagaimana yang terjadi pada zaman Nabi Yusuf.” (HR. al-Bukhari)

Firman-Nya,

وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا

“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nisa’: 148)

Allah ﷻ Maha Mendengar dan Maha Mengetahui:

  • Keluhan orang yang terzhalimi.
  • Orang yang melampui batas di dalam mengatakan kata-kata jelek secara terang-terangan.
  • Orang-orang yang melakukan perbutan zhalim.

 

Pelajaran (3) Memaafkan Lebih Baik

اِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا اَوْ تُخْفُوْهُ اَوْ تَعْفُوْا عَنْ سُوْۤءٍ

“Jika kamu menampakkan atau menyembunyikan suatu kebaikan atau memaafkan suatu kesalahan.” (Qs. an-Nisa’: 149)

Di dalam ayat ini, Allah memberikan pilihan yang lebih baik dari pada mengucapkan perkataan jelek secara terang-terangan, pilihan ini ada tiga bentuk:

  • Menampakkan sesuatu perbuatan baik kepada yang menzhalimi atau kepada orang lain.
  • Menyembunyikan atau merahasiakan perbuatan baik tersebut, sehingga diketahui orang banyak.
  • Memaafkan orang-orang yang menyakiti atau menzhaliminya.

Ayat ini mirip dengan firman Allah ﷻ:

وَاِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِهٖۗ وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ

“Jika kamu membalas, balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Sungguh, jika kamu bersabar, hal itu benar-benar lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (Qs. an-Nahl: 126)

Hal ini dikuatkan oleh firman-Nya yang lain,

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ

“Orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim, mereka membela diri.” (Qs. asy-Syura: 39)

Di dalam hadist disebutkan,

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال:ما نقصت صدقة من مال، وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا، وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله -عز وجل-

“Tidaklah berkurang harta disebabkan bersedakah dan tidaklah Allah ﷻ menambahkan kepada seorang hamba yang memaafkan orang lain kecuali kemuliaan. Dan barangsiapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah ﷻ mengangkatnya.” (HR. Muslim)

Allah ﷻ berfirman,

فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا

“Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa.” (Qs. an-Nisa’: 149)

Yaitu banyak memaafkan orang-orang yang bermaksiat walaupun sangat mampu untuk menghukumnya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. asy-Syura: 30)

 

***

Jakarta, Ahad, 22 Mei 2022.

KARYA TULIS