Karya Tulis
438 Hits

Tafsir An-Najah QS.4:154-155 BAB KE-267 Pelanggaran Kaum Yahudi


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa[4]: 154-155)

BAB KE-267

Pelanggaran Kaum Yahudi

وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى السَّبْتِ وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا

“Kami pun telah mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang (Baitulmaqdis) itu sambil bersujud”. Kami perintahkan pula kepada mereka, “Janganlah melanggar (peraturan) pada hari Sabat.” Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh.”(QS. An-Nisa’[4]: 154)

Ayat ini mengandung empat perintah yang dilanggar oleh Bani Israil, keempat perintah itu adalah sebagai berikut:

1.      Diangkatnya Gunung Thursina.

وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ

“Kami pun telah mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka”

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan malaikat untuk mencabut gunung Thursina dan membawanya di atas orang-orang Yahudi yang tidak mau mengamalkan kitab Taurat. Gunung tersebut seperti mendung yang menyelimuti mereka, jadi suasananya sangat gelap dan mencekam. Saat itu juga diambil dari mereka perjanjian agar mereka berpegang teguh kepada kitab Taurat. Kalau mereka menolak Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menimpakan gunung tersebut kepada mereka, merekapun ketakutan dan bersujud sebagai bentuk ketundukan dan taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  

 

  1. Peristiwa ini juga disebutkan dalam surat Al-Baqarah,

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

 

“(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 63)

 

  1. Juga dikuatkan di dalam firman-Nya,

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا ۗ قَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهٖٓ اِيْمَانُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

 “(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak menaatinya.” Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang mukmin!” (QS. Al-Baqarah[2]: 93)

  1. Juga disebutkan di dalam surat Al-A’raf,

۞ وَاِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَاَنَّهٗ ظُلَّةٌ وَّظَنُّوْٓا اَنَّهٗ وَاقِعٌۢ بِهِمْۚ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ࣖ

“(Ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung (dari akarnya) ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka. (Kami berfirman kepada mereka,) “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu bertakwa.”(QS. Al-A’raf[7]: 171)

 

 

2.      Perintah memasuki Baitul Maqdis

وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا

Allah Subhanau wa Ta’ala memerintahkan Bani Israil untuk memasuki kota Baitul Maqdis melalui pintu  (باب حطة) “Pintu Hiththah” yang mempunyai arti: pintu tempat dihapusnya dosa-dosa. Mereka juga diperintahkan untuk memasuiki pintu tersbut dengan cara (سجدا) yaitu sambil menunduk, seperti orang yang sedang ruku’ sebagai bentuk ketawadu’an tidak dalam keseombongan.

 

3.      Perintah untuk Menjaga Kesucian hari Sabtu

وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى السَّبْتِ

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Bani Israil untuk menjaga kesucian hari Sabtu, karena pada hari Sabtu orang-orang Yahudi beristirahat dari bekerja dan beraktifitas, untuk fokus beribadah saja. Tetapi mereka melanggar aturan tersebut secara sengaja dengan memasang jaringan ikan pada hari Jum’at dan mengambilnya pada hari Ahad.

 

 

 

Peristiwa ini juga Allah Suhanahu wa Ta’ala  sebutkan di dalam Al-Qur’an,

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ

 

“Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” (QS. Al-Baqarah[2]: 65)

Peristiwa lebih dirinci lagi di dalam surat Al-A’raf,

وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِۘ اِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ اِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْ ۛ كَذٰلِكَ ۛنَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

“Tanyakanlah kepada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka bermunculan di permukaan air. Padahal, pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka karena mereka selalu berlaku fasik. (QS. Al-A’raf[7]: 163)

 

 

4.      Allah Mengambil dari Mereka Perjanjian yang Kuat

وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا

Dalam ayat ini tidak dirinci tentang perjanjian yang kuat itu. Jadi, masih bersifat umum, mencakup seluruh perjanjian yang pernah Allah Subhanahu wa Ta’ala ambil dari Bani Israil, di antaranya:

a. Perjanjian untuk mengamalkan isi Taurat saat gunung Thursina diletakkan di atas kepala mereka:

- QS. Al-Baqarah[2]: 63

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 63)

- QS. Al-Baqarah[2]: 93

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاسْمَعُوْا ۗ قَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهٖٓ اِيْمَانُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak menaatinya.” Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang mukmin!” (QS. Al-Baqarah[2]: 93)

 

- QS. An-Nisa’[4]: 154

وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى السَّبْتِ وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا

“Kami pun telah mengangkat gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang (Baitulmaqdis) itu sambil bersujud”. Kami perintahkan pula kepada mereka, “Janganlah melanggar (peraturan) pada hari Sabat.” Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh.” (QS. An-Nisa’[4]: 154)

- QS. Al-A’raf [7]: 171

۞ وَاِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَاَنَّهٗ ظُلَّةٌ وَّظَنُّوْٓا اَنَّهٗ وَاقِعٌۢ بِهِمْۚ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ࣖ

“(Ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung (dari akarnya) ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka. (Kami berfirman kepada mereka,) “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu bertakwa.” ( QS. Al-A’raf [7]: 171)

b. Perjanjian untuk melaksanakan tujuh perintah:

1, Menyembah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.

2, Berbuat baik kepada orang tua.

3, Berbuat baik Kepada kerabat.

4, Berbuat baik Kepada anak yatim.

5, Berbuat baik Kepada orang miskin.

6, Berkata baik kepada manusia.

7, Menegakkan shalat dan menunaikan zakat.

 

Tujuh perintah itu disebutkan di dalam firman-Nya,

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ

(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS. Al-Baqarah[2]: 83)

  1. Perjanjian untuk menjelaskan isi Taurat, dan larangan menyembunyikan isinya. Termasuk di dalamnya tentang kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disebutkan di dalam firman-Nya,

وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ

“ (Ingatlah) ketika Allah membuat perjanjian dengan orang-orang yang telah diberi Alkitab (dengan berfirman), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkan (isi Alkitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya.” Lalu, mereka melemparkannya (janji itu) ke belakang punggung mereka (mengabaikannya) dan menukarnya dengan harga yang murah. Maka, itulah seburuk-buruk jual beli yang mereka lakukan.” (QS. Ali Imran[3]: 187)

 

  1. Perjanjian yang tersebut di dalam firman Allah Subhanhu wa Ta’ala

 

۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,205) pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah[5]: 12)

 

  1. Perjanjian-perjanjian lain, termasuk perjanjian untuk tidak melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Sabtu.

 

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ

 

“Maka, (Kami hukum mereka) karena mereka melanggar perjanjian itu, kafir terhadap keterangan-keterangan Allah, (QS. An-Nisa[4]: 155)

 

  1. Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tempat pelanggaran yang dilakukan oleh Bani Israil, sehingga mereka mendapatkan laktan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbagai hukuman berat lainnya, keempat pelanggaran itu adalah sebagai berikut

 

Pertama: Mereka melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala hal ini sebagai penegasan ayat sebelumnya. Perjanjian-perjanjian tersebut sudah dijelaskan pada penafsiran ayat sebelum ini (ayat 154)

 

Kedua: Mengkufuri ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di antara ayat-ayat yang mereka kufuri adalah ayat yang menunjukkan kebenaran akan kenabian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ayat-ayat perjanjian yang mereka langgar.

Ketiga: Membunuh para Nabi.

Di antara nabi yang mereka bunuh adalah Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Di antara ayat lain yang menyebutkan pembunuhan para Nabi adalah.

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ

“…sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?”(QS. Al-Baqarah[2]: 87)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ

“…dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar)...” (QS. Ali-Imran[3]: 112)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

فَلِمَ قَتَلْتُمُوْهُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

“…Akan tetapi, mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar?...”(QS. Ali-Imran[3]: 183)

 

Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka membunuh para Nabi tanpa hak.

وَقَتْلِهِمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّ

“membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar),”

 

Ini bukan berati boleh membunuh para Nabi dengan hak, karena semua Nabi dibunuh tanpa hak. Kalau begitu apa manfaat penyebutan “tanpa hak” di dini?

 

Jawabannya; hal itu untuk menunjukkan betapa dahsyatnya kejahatan mereka itu. begitu juga untuk menunjukkan pembunuhan para Nabi tersebut menurut mereka sendiri tanpa hak. Artinya mereka sendiri tidak mempunyai alasan apa-apa untuk membunuh para Nabi, kecuali hanya karena kedengkian, kebencian dan mengikuti bisikan hawa nafsu.

  Keempat: Mereka mengatakan bahwa hati mereka tertutup

وَّقَوْلِهِمْ قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ

“dan mengatakan, “Hati kami tertutup.”

 

1.      Kata (غُلْفٌ) mempunyai dua makna:

  1. Tertutup, kata (غُلْفٌ) di sini jama’ dari (أغلف) yang artinya tertutup, seperti kata (حمر) jama’ dari (أحمر) yang artinya warna merah.

Maksudnya mereka telah menutupi diri untuk tidak menerima kebenaran, mereka meremehkan apa yang di bawa para Nabi dan Rasul. Mereka sudah tidak mendengar nasehat apapun juga.

Bahkan mereka mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan hati mereka seperti itu,tidak bisa memahami apa yang disampaikan oleh para Rasul.

Makna ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا فِيْٓ اَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ اِلَيْهِ وَفِيْٓ اٰذَانِنَا وَقْرٌ وَّمِنْۢ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ اِنَّنَا عٰمِلُوْنَ

“Mereka berkata, “Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau serukan kepada kami. Dalam telinga kami ada penyumbat dan di antara kami dan engkau ada tabir. Oleh sebab itu, lakukanlah (apa yang kamu sukai). Sesungguhnya kami akan melakukan (apa yang kami sukai).”(QS. Fushshilat[41]: 5)

  1. Wadah, kata (غُلْفٌ) di sini jama’ dari (غلاف) yang artinya wadah, seperti kata (كتب) jama’ dari (كتاب) yang artinya buku.

Maksudnya bahwa mereka menganggap hati mereka bagai wadah ilmu, mereka merasa sudah mempunyai ilmu yang banyak, maka disebut Ahlul Kitab,  maka mereka menganggap tidak membutuhkan ilmu baru dari para Nabi dan Rasul.

 

Inti dari dua arti di atas adalah satu, bahwa mereka menolak apa yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Mereka menolak kebenaran apapun yang berasal dari luar kalangan mereka.

 

2.      Hati yang terkunci

بَلْ طَبَعَ اللّٰهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ

“Sebenarnya Allah telah mengunci hati mereka karena kekufurannya.” (QS. An-Nisa[4]: 155)

 

 

Penggalan ayat ini merupakan bantahan terhadap perkataan orang-orang Yahudi Bani Israel bahwa hati mereka tercipta dalam keadaan tertutup, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan semua hati manusia dalam keadaan bersih di atas fitrah, bisa menerima kebenaran dari manapun asalnya. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,  

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

“Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum[30]: 30)

 

Ayat ini menunjukkan bahwa fitrah manusia adalah cendrung kepada kebenaran Islam.

Hal ini di kuatkan dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“setiap anak lahir di atas fitrah (Islam)”

 

Jika demikian, bisa disimpulkan bahwa tertutupnya hati-hati orang Yahudi bukan karena tercipta dalam keadaan tertutup, tetapi karena dosa-dosa dan perbuatan munkar yang mereka lakukan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menutupi hati mereka.

 

Kata طَبَعَ dari kata الطَبَعَ yang berarti ditutup secara permanen dan rapat sehingga tidak ada celah untuk keluar.

 

3.      Iman yang sedikit

فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ

“Maka, mereka tidak beriman kecuali hanya sebagian kecil (dari mereka).” (QS. An-Nisa[4]: 155)

 

Terdapat tiga makna dalam penggalan ayat ini:

 

1)      Maka mereka tidak beriman kecuali dengan iman yang sedikit. Yaitu Iman mereka kepada Nabi Musa Alaihi Salam. Tetapi iman itu tidak bermanfaat pada hari kiamat, karena iman dengan satu Nabi tetapi mengkufuri Nabi-Nabi lain sama dengan mengkufuri semua Nabi. Dan ini dianggap kafir sesungguhnya.

2)      Maka mereka tidak beriman kecuali pada waktu yang sebentar (sedikit), kemudian mereka kafir kembali sampai mereka mati. Dan iman seperti itu juga tidak ada manfaatnya.

3)      Maka mereka tidaklah beriman kecuali dalam jumlah yang sedikit. Maksudnya sebagian besar orang Yahudi kafir kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, kecuali hanya beberapa orang saja yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan beberapa kawannya.

 

Jakarta, Senin-23-5-2022

KARYA TULIS