Karya Tulis
432 Hits

Tafsir An-Najah QS 4:160-162 BAB 269 Orang Yahudi yang Berilmu


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa’[4]: 160-162)

BAB 269

Orang Yahudi yang Berilmu

 

فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبٰتٍ اُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ

“Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami mengharamkan atas mereka (makanan-makanan) yang baik yang (dahulu) pernah dihalalkan bagi mereka. juga karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah.” (QS. An-Nisa’[4]: 160)

 

Pelajaran (1): Diharamkan Makanan yang Baik

1)      Karena kezhaliman orang-orang Yahudi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan atas mereka memakan makanan yang baik-baik yang dahulunya dihalalkan bagi mereka. Kata (ظُلْمٍ) disebutkan “nakiroh” tanpa ال untuk menunjukkan besarnya kezhaliman yang mereka lakukan, sebagaimana telah disebutkan bentuk-bentuknya pada ayat sebelumnya dan akan disebutkan bentuk-bentuk kezhaliman lainnya pada ayat ini.

2)      Adapun makanan-makanan yang diharamkan atas mereka tersebut di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَعَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍۚ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَآ اِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ الْحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍۗ ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِبَغْيِهِمْۚ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ

Atas orang-orang Yahudi Kami mengharamkan semua (hewan) yang berkuku. Kami mengharamkan pula atas mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, yang ada dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Sesungguhnya Kami Maha benar.” (QS. Al-An’am [6]: 146)

Pelajaran (2) :

وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ

“juga karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah.” (QS. An-Nisa’[4]: 160)

Salah satu bentuk kezhaliman orang-orang Yahudi adalah menghalangi manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menghalangi mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam oleh karena itu, mereka menyembunyikan kebenaran karena mereka khawatir jika kebenaran itu diketahui oleh manusia, akan banyak dari mereka masuk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam perbuatan mereka ini disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya:

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ تَبْغُوْنَهَا عِوَجًا وَّاَنْتُمْ شُهَدَاۤءُ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah? Kamu (memang) menghendakinya (jalan Allah itu) menjadi bengkok, sedangkan kamu menyaksikan. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 99)

 

Pelajaran (3) : Memakan harta orang lain dengan cara batil

وَّاَخْذِهِمُ الرِّبٰوا وَقَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَاَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۗوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا

melakukan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya; dan memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang sangat pedih.” (QS. An-Nisa’ [4]: 161)

1)      Ayat ini menjelaskan pelanggaran orang-orang Yahudi dalam masalah harta. Mereka melakukan dua bentuk pelanggaran:

  1. Mengambil riba
  2. Memakan harta manusia dengan cara batil

 

2)      Mengambil riba termasuk dalam memakan harta orang lain dengan cara batil. Di sini disebutkan sendiri, karena riba adalah cara memakan harta orang lain yang paling efektif dan aman dibanding mencuri atau merampok. Hal itu karena riba dianggap oleh masyarakat sesuatu yang biasa dan bisa di terima di masyarakat hingga hari ini.

Di dalam ayat ini diungkap dengan kata (الاخذ) “mengambil” karena dalam transaksi riba, mereka mengambil bunga (tambahan) dari orang yang berhutang kepada mereka.

 

3)      Larangan memakan harta orang lain kepada orang Yahudi juga disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ اَكّٰلُوْنَ لِلسُّحْتِۗ

“Mereka (orang-orang Yahudi itu) sangat suka mendengar berita bohong lagi banyak memakan makanan yang haram.” (QS.Al-Maidah[5]: 42)

 

Juga di dalam firman-Nya:

 

عَنْ قَوْلِهِمُ الْاِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ

“…mengucapkan perkataan bohong dan memakan (makanan) yang haram?” (QS.Al-Maidah[5]: 63)

 

 

4)      Firman-Nya

وَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا

“Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang sangat pedih.” (QS. An-Nisa’ [4]: 161)

 

Kata (مِنْهُمْ) “sebagian dari mereka” pada ayat ini untuk menunjukkan bahwa tidak seua kaum Yahudi melakukan pelanggaran-pelanggaran yang disebutkan di atas. Sebagian dari mereka telah masuk Islam dan beriman kepada Al-Qur’an, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, sebagaimana yang akan di jelaskan pada ayat selanjutnya.

 

Pelajaran (4) : Orang Yahudi yang Berilmu

لٰكِنِ الرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُوْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَالْمُقِيْمِيْنَ الصَّلٰوةَ وَالْمُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالْمُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ اُولٰۤىِٕكَ سَنُؤْتِيْهِمْ اَجْرًا عَظِيْمًا

“Akan tetapi, orang-orang yang ilmunya mendalam di antara mereka dan orang-orang mukmin beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan pada (kitab-kitab) yang diturunkan sebelummu. (Begitu pula) mereka yang melaksanakan salat, yang menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah serta hari Akhir. Kepada mereka akan Kami berikan pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 162)

1)      Ayat ini menyebutkan bahwa di antara orang-orang Yahudi, terdapat orang-orang yang mempunyai keilmuan yang kuat dan orang-orang beriman yang keilmuannya belum terlalu kuat, mereka semua beriman kepada kitab yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kita-kitab suci yang di turunkan sebelumnya, seperti Zabur, Taurat, dan Injil.

 

2)      Kata (الرّٰسِخُوْنَ) jama dari (رٰسِخُ) isim fa’il dari (رسوخ) yang berati tetap, teguh dan kuat. Artinya disebutkan (شجرة راسخة) pohon yang sangat kuat tidak goyah walaupun ditiup angin kencang dan badai.

Adapun (الرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ) berarti orang-orang yang kuat ilmunya, sehingga tidak mudah  goyah dengan sesuatu yang meragukan atau dengan hal-hal yang baru.

Kata (الْمُؤْمِنُوْنَ) maksudnya orang-orang berilmu dari kalangan Ahlul Kitab: sebagian ulama mengatakan orang-orang Muhajirin dan Anshar.

 

Di antara Ahlul Kitab yang masuk Islam adalah: Abdullah bin Salam, Ka’ab al-Ahbar, Mukhairiq, Tsa’labah bin Sa’yah, Asad bin ‘Ubaid.

 

3)      Terdapat hubungan yang sangat kuat antara ilmu dan iman. Seorang yang mempunyai ilmu yang kuat akan menghantarkan kepada keimanan yang kuat juga.

Inilah yang dipahami oleh para ulama yang berpendapat bahwa (الْمُؤْمِنُوْنَ) pada ayat di atas adalah orang-orang yang kuat ilmunya.

 

Di antara ayat-ayat yang menunjukkan hubungan kuat antara ilmu dan iman adalah:

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ

“Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah” (QS. Muhammad[47]: 19)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (Allah) yang menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Ali-Imran[3]: 18)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir[35]: 28)

 

4)      Kata (وَالْمُقِيْمِيْنَ الصَّلٰوةَ) manshub, yang mestinya ditulis secara marfu’ (وَالْمُقِيْمِوْنَ الصَّلٰوةَ) Para ulama berbeda pendapat di dalam menjelaskannya, yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa hal itu untuk “memuji” orang-oranng yang mendirikan shalat dan shalat itu sendiri mempunyai keutamaan yang tidak dimiliki  oleh ibadah-ibadah lainnya.

 

 

Jakarta, Selasa 24-Mei-2022

KARYA TULIS