Karya Tulis
406 Hits

Tafsir An-Najah QS. 4:167-170 BAB 271 Menghalangi Jalan Allah


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa’[4]: 167-170)

BAB 271

Menghalangi Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ قَدْ ضَلُّوْا ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah, benar-benar telah tersesat jauh.” (QS. An-Nisa’[4]: 167)

 

Pelajaran (1): Menghalangi Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala

  1. Pada ayat sebelumnya, disebutkan bahwa Allah menjadi saksi akan kebenaran apa yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, pada ayat ini disebutkan orang-orang yang mengkafiri apa yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
  2. Kekafiran yang disertai perbuatan menghalangi manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebabkan seorang tersesat dari jalan yang kebenaran sejauh-jauhnya.
  3. Kata (صَدُّوْا) mengandung dua arti,
    1. Mereka menghalangi diri mereka sendiri dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berpaling dari-Nya.

Ini seperti orang yang di depannya terpampang jalan lurus menuju ke arah surga. Tetapi dia tidak mau mengikuti jalan tersebut, justru malah berpaling darinya dan mencari jalan yang lain.

  1. Mereka menghalangi-halangi orang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini seperti orang yang berdiri dipinggir jalan lurus yang mengantarkan ke arah surga. Kemudian ada orang yang mau melewati jalan tersebut, tetapi dihalang-halangi orang tersebut dengan berbagai cara diantaranya, dengan menutup jalan tersebut, dengan mengarahkan orang-orang ke jalan yang lain, dengan mengatakan bahwa jalan lurus tersebut akan mengantarkan ke jurang dan lain-lainnya.

Pelajaran (2): Kafir dan Zhalim

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَظَلَمُوْا لَمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيْقًاۙ

“Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan kepada mereka jalan apa pun”. (QS. An-Nisa’[4]: 168)

  1. Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengampuni dan tidak memberikan hidayah kepada orang yang mempunyai dua sifat yaitu kafir dan zhalim

Apa yang dimaksud zhalim di sini?

Para ulama memberikan beberapa penafsiran tentang zhalim di sini, di antaranya adalah:

  1. Zhalim di sini adalah menzhalimi diri sendiri, yaitu dengan menceburkan diri sendiri dalam berbagai perbuatan maksiat yang mengantarkan pada siksa neraka.

 

  1. Zhalim di sini juga mencakup menzhalimi orang lain, seperti menzhalimi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan menghinanya dan mendustakan risalahnya. Juga menzhalimi kaum muslimin dengan menghalangi mereka dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, memusuhi dan memerangi mereka dengan berbagai cara.

 

  1. Zhalim di sini adalah perbuatan syirik sebagaimana yang dsebutkan di dalam firman-Nya,

اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman[31]: 13)

 

Juga dikuatkan di dalam firman-Nya,

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).” (QS. Al-An’am[6]: 82)

 

 

  1. Ayat ini berbicara tentang jalan menuju neraka, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

اِلَّا طَرِيْقَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا

“kecuali jalan ke (neraka) Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Hal itu bagi Allah (sangat) mudah.” (QS. An-Nisa[4]: 169)

 

  1. Maksud ayat di atas bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan petunjuk kejalan kebaikan untuk mereka dan tidak pula mereka di mudahkan untuk meraih sebab-sebab hidayah selama hidup di dunia, justru sebaliknya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengarahkan mereka untuk berjalan ke arah neraka jahannam dan mereka akan masuk dan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
  2. Semua itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu sangat mudah, yaitu mengarahkan orang-orang kafir dan zhalim ke jalan neraka dan memasukan mereka ke dalamnya.

 

Peajaran (3): Dua Kelompok Manusia

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمُ الرَّسُوْلُ بِالْحَقِّ مِنْ رَّبِّكُمْ فَاٰمِنُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

“Wahai manusia, sungguh telah datang Rasul (Nabi Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu. Maka, berimanlah (kepadanya). Itu lebih baik bagimu. Jika kamu kufur, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa[4]: 170)

  1. Ayat ini di tunjukkan kepada seluruh manusia bahwa telah datang kepada mereka seorang rasul, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan membawa “ Al-Haqq” (kebenaran), yaitu Al-Qur’an yang datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tuhan semesta alam.

Manusia dalam menyikapi kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rasul trakhir hanya diberi dua pilihan:

 

Pertama: Beriman kepadanya, dan ini lebih baik bagi mereka. Lebih baik di sini tidak mesti lawannya juga baik. Kadang lebih baik lawannya adalah tidak baik atau jelek.

Dalam Al-Qur’an, hal seperti ini sering di sebutkan di antaranya (selain ayat itu) adalah:

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ

“Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).” (QS. Adh-Dhuha[93]: 4)

 

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan)  untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.Al-Jum’ah[62]: 9)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ

“Caranya) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf[61]: 11)

 

Kedua: mengingkari dan menolak dakwahnya, jika ini yang dipilih, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak membutuhkan manusia seperti ini au kekafiran mereka

  1. Allah MahaTahu siapa yang akan beriman dan siapa yang akan menjadi kafir. Dan Allah maha bijak dengan segala keputusan-Nya, yaitu memberikan petunjuk kepada yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.

 

Jakarta, Rabu-25-05-22

 

 

 

 

KARYA TULIS