Tafsir An-Najah QS.4:171 BAB 272 Berlebihan Dalam Beragama
Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa’[4]: 171)
BAB 272
Berlebihan Dalam Beragama
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰىهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ ۖفَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ
“Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (menjalankan) agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar. Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah dan (makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya hanya Allahlah Tuhan Yang Maha Esa. Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. An-Nisa’[4]: 171)
Pelajaran (1): Berlebihan dalam Beragama
- Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan secara panjang lebar tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan orang-orang Yahudi, termasuk di dalamnya menuduh Maryam dan anaknya, yaitu Nabi Isa dengan tuduhan yang keji.
Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang orang-orang Nashrani yang mempunyai sikap berlawanan dengan sikap orang-orang Yahudi, yaitu berlebihan di dalam mengangkat dan menghormati Nabi Isa, sampai mengatakan bahwa Nabi Isa adalah anak Allah.
- Firman-Nya,
لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ
“janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (menjalankan) agamamu” (QS. An-Nisa’[4]: 171)
- Kata (الغلو) artinya melampaui batas. Maksudnya di sini melampaui batas dalam beragama dan melebihi dari batas yang ditentukan. Oleh karenanya, ayat ini walaupun mencakup kaum Yahudi dan Nashrani, tetapi lebih ditujukan kepada kaum Nashrani, karena mereka berlebihan di dalam menghormati Nabi Isa, sehingga mengangkatnnya sebagai anak Tuhan.
Biasa berlebihan dalam mengamalkan ajaran agama ini di sebabkan karena semangat yang tidak di bekali dengan ilmu yang cukup, sehingga menjadi sesat.
- Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mennjelaskan hal ini di dalam surat Al-Fatihah,
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
“bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat (Nashrani).” (QS. Al-Fatihah[1]: 7)
- Orang-orang Nashrani, selain berlebihan dalam menghormati Nabi Isa dan menjadikannnya sebagai anak Tuhan, mereka juga berlebihan di dalam menghormati para pemuka agama mereka. Oarang-orang Nashrani menganggap para pendeta mereka terjaga dari kesalahan, maka mereka mengikuti apa saja secara mutlak apa yang dikatakan oleh para pendeta tersebut, walaupun menghalalkan apa yang di haramkan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau mengharamkan apa yang di halalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfiman,
اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah[9]: 31)
- Di dalam hadits hadits Umar bin al-Khaththab bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
لا تطرونى كما اطرت النصارى عيسى بن مريم فانما انا عبد فقولو عبد الله و رسوله
“Janganlah kalian (melampaui batas) dalam menyanjungku, sebagaimana orang-orang Nashrani (melampaui batas) dalam menyanjung Isa bin Maryam. Sesungguhnya saya hanya seorang hamba. Maka katakanlah. “Hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al- Bukhari)
Pelajaran (2): Berdusta tentang Allah
وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ
- Ayat ini menunjukkan larangan kepada orang-orang Nashrani untuk berkata tentang Allah Suhanahu wa Ta’ala kecuali yang benar. Karena selama ini, orang-orang Nashrani mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih Isa bin Maryam,
sebagaimana firman-Nya,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ
“Sungguh, benar-benar telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah[5]: 17)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗ
“Sungguh, telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah[5]: 72)
- Mereka juga mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu di antara tiga. Ini sebagaimana yang tersebut di dalam firman-Nya,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ ثَالِثُ ثَلٰثَةٍ ۘ
“Sungguh, telah kufur orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga.” (QS. al-Maidah[5]: 73)
- Mereka juga mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai anak, sebagaimana di dalam firman-Nya,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا ۗ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا اِدًّا ۙ
“Mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih telah mengangkat anak. Sungguh, kamu benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.” (QS. Maryam[19]: 88-89)
Pelajaran (3): Empat Hal tentang Nabi Isa
اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰىهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ
Ayat ini menjelaskan tentang hakikat Nabi Isa dalam empat hal:
Pertama; Nabi Isa adalah putra Maryam, artinya beliau adalah seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang ibu. Hal ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa beliau bukanlah Tuhan, karena Tuhan tidak dilahirkan oleh seorang ibu. Mereka berdua juga makan makanan, sebagaimana manusia yang lain juga makan makanan.
Ini dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya,
كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ
“Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa).” (QS. Al-Maidah[5]: 75)
Al-Qurthubi menjelaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala tidak menyebutkan wanita di dalam Al-Qur’an secara terus terang kecuali Maryam binti Imran ibu dari Nabi Isa. Beliau disebut namanya kira-kira sebanyak 30kali.
Salah satu hikmahnya bahwa kebiasaan para raja dan bangsawan tidak menyebut nama permaisuri mereka secara terus terang di depan masyarakat umum, kecuali hanya disebut gelar atau nama kehormatan saja. Sedangkan jika para raja atau pemimpin itu mempunai budak, mereka tidak segan-segan untuk menyebut namanya atau sifatnya sebagai budak.
Demikian pula, ketika orang-orang Nashrani menjadikan Maryam dan anaknya sebagai Tuhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menyebut nama Maryam dan anaknya secara terus terang, untuk menunjukkan bahwa dia adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan Tuhan.
Begitu juga ketika disebutkan Isa bin Maryam, menunjukkan bahwa Nabi Isa tidak mempunyai bapak. Dan ini harus menjadi keyakinan setiap muslim. Sekaligus sebagai bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang menuduh Maryam berzina dengan seorang laki-laki.
Kedua; Nabi Isa adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu seroang manusia yang dipilih oleh Allah Subahanahu wa Ta’ala untuk menyampaikan wahyu Allah kepada manusia. Sebagaimana telah berlalu Rasul sebelumnya. Jika orang-orang Nashrani percaya dengan para rasul sebelum Nabi Isa, bahwa mereka adalah para manusia yang diutus Allah Subahanahu wa Ta’ala, mestinya mereka juga harus percaya bahwa Nabi Isa adalah seorang rasul yang diutus Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah berfirman:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌ ۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
“Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Al-Maidah[5]: 75)
Ketiga; Nabi Isa adalah kalimat Allah yang sampai kepada Maryam. Adapun yang di maksud dengan kalimat Allah pada ayat ini adalah:
- Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Nabi Isa dengan kalimat Allah (كن) “Jadilah”, maka jadilah seorang manusia yang bernama Isa. Maksudnya bahwa Nabi Isa tercipta tanpa melalui proses hubungan suami istri, sebagaimana penciptaan manusia-manusia lainnya. Tetapi tercipta dengankalimat (كن) yaitu, atas kehendak dan kekuasaan Allah Subahanahu wa Ta’ala.
- Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud “kalimat” di sini adalah kabar gembira ang di sampaikan Jibil kepada Maryam. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ
“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang (kelahiran anak yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya” (QS. Ali Imran[3]: 45)
- Sebagian lain berpendapat bahwa maksud “kalimat” di sini adalah ayat-ayat Allah. ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَصَدَّقَتْ بِكَلِمٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهٖ وَكَانَتْ مِنَ الْقٰنِتِيْنَ ࣖ ۔
“…dan yang membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya, serta yang termasuk orang-orang taat.” (QS. At-Tahrim[66]: 12)
Juga di dalam firman-Nya,
مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“…niscaya tidak akan pernah habis kalimatullah (ditulis dengannya). Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Lukman[31]: 27)
Keempat; Nabi Isa adalah ruh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di sinilah orang-orang Nashrani tergelincir dan salah di dalam memahami maksud “Ruh dari Allah”, mereka memahami bahwa “Ruh dari Allah” adalah bagian dari Allah Subahanahu wa Ta’ala. Sesuatu yang merupakan dari Allah berati Allah juga, maka menurut mereka Nabi Isa adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentunya adalah pemahaman yang menyeleweng dan logika yang sesat.
Para ulama berusaha memberikan jawaban atas kesesatan orang-orang Nashrani dan menerangkan maksud “Ruh dari Allah”, berbagai macam jawaban para ulama tersebut, di antara adalah sebagai berikut:
- Berkata Ubay bin Ka’ab, bahwa Allah menitipkan arwah anak-anak Adam ketika Allah mengambil perjanjian dari mereka, sebagaimana di dalam surah Al-An’am:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” (QS. Al-A’raf[7]: 172)
Kemudian arwah tersebut dikembalikan ke sulbi Nabi Adam. Hanya ruh Nabi Isa saja yang tidak dikembalikan, tetapi Allah tahan sampai ketika mau menciptakan Nabi Isa, ruh tersebut disampaikan kepada Maryam, sehingga menjadi Nabi Isa. Itulah makna “Ruh dari Allah”.
- Semua ruh manusia dari Allah, maksudnya yang menciptakan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya saja Nabi Isa disebutkan secara khusus sebagai Ruh dari Allah sebagai bentuk penghormatan, sebagaimana Ka’bah yang disebut “Rumah Allah” padahal semua masjid juga rumah Allah. Hanya saja Ka’bah disebut secara khusus sebagai bentuk penghormatan, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
“…sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, mukim (di sekitarnya), serta rukuk (dan) sujud.” (QS. Al-Hajj[22]: 26)
- Disebut “Ruh dari Allah” karena Jibril meniupkan ruh ke dalam diri Maryam, maka jadilah Nabi Isa. Tiupan disebut ruh karena seperti angin yang berasal dari Ar-Ruh (Jibril) disebut “Ruh dari Allah” karena Dia-lah yang memerintahkan Jibril untuk meniupkan ruh tersebut kepada Maryam.
Disana terdapat jawaban-jawaban lainnya dari para ulama, tetapi tiga jawaban di atas sudah mewakilinya.
Pelajaran (4): Trinitas yang dilarang
فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ
- (Ketika sudah jelas tentang Nabi Isa, bahwa beliau adalah seorang manusia yang dipilih Allah sebagai salah satu ustusan-Nya, maka hendaknya kalian wahai Ahlul Kitab terutama orang-orang Nashrani, untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada para rasul-Nya tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.)
- (Dan janganlah kalian mengatakan “Tritinitas”) sudah diterangkan sebelumnya, bahwa orang-orang Nashrani meyakini bahwa Nabi Isa adalah Allah atau anak Allah atau mengatakan Allah adalah salah satu dari tiga. Mereka mengatakan Tuhan ada tiga, Yaitu Allah, Maryam, Isa.
Hal ini diterangkan Allah dalam beberapa ayat di antaranya:
- Firman Allah yang menunjukkan perkataan mereka bahwa Allah adalah Isa dan Maryam.
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ
“Sungguh, benar-benar telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah[5]: 17)
Juga di dalam firman-Nya,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗ
“Sungguh, telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” (QS. Al-Maidah[5]: 72)
- Firman Allah yang menunjukkan perkataan mereka bahwa Nabi Isa dan Maryam adalah Tuhan,
ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ
“…apakah engkau mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?” (QS. Al-Maidah[5]: 116)
- Firman Allah yang menunjukkan perkataan mereka bahwa Nabi Isa adalah anak Allah,
وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗ
“…dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” (QS. At-Taubah[9]: 30)
- Firman Allah yang menunjukkan perkataan mereka bahwa Allah salah satu dari tiga,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ ثَالِثُ ثَلٰثَةٍ ۘ
“Sungguh, telah kufur orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga,” (QS. Al-Maidah[5]: 73)
- Firman-Nya
اِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ
Allah memerintahkan mereka untuk berhenti mengatakan Trinitas (Tuhan ada tiga). Itu lebih baik baik mereka. Artinya kalau mereka tidak mau berhenti, maka itu adalah sesuatu yang buruk, yang akan mengantarkan mereka ke nereka.
Ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada meeka ini disebutkan secara tegas di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَاِنْ لَّمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ اَفَلَا يَتُوْبُوْنَ اِلَى اللّٰهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَهٗۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab yang sangat pedih. Tidakkah mereka bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, padahal Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang?” (QS. Al-Maidah[5]: 73-74)
Pelajaran (5): Allah Maha Esa
اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ
Pada ayat ini Allah mempertegas lagi bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, satu-satunya “Ilah” yang berhak disembah. Maha Suci Allah untuk mengambil anak, karena milik-Nya apa yang ada di langit dan bumi. Dia tidak membutuhkan kepada seorang makhluk pun, justru sebaliknya semua makhluk membutuhkan-Nya oleh karenaniya, ayat ini ditutup dengan firman-Nya َكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ untuk menunjukkan bahwa Dialah sebaik-baik wakil yang mengurusi para makhluk tersebut, sebaik-baik tempat bersandar
Jakarta, Rabu 25 Mei 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »