Karya Tulis
417 Hits

Tafsir An-Najah QS.4:172 BAB 273 Enggan Menjadi Hamba Allah


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa' [4]: 172)

BAB 273

Enggan Menjadi Hamba Allah

 

لَنْ يَّسْتَنْكِفَ الْمَسِيْحُ اَنْ يَّكُوْنَ عَبْدًا لِّلّٰهِ وَلَا الْمَلٰۤىِٕكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ وَمَنْ يَّسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ اِلَيْهِ جَمِيْعًا

“Almasih tidak akan pernah enggan menjadi hamba Allah dan begitu pula para malaikat yang dekat (kepada Allah). Siapa yang enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.” (QS. An-Nisa’[4]: 172)

 

Pelajaran (1): Enggan Menjadi Hamba Allah

  1.  Kata (يستنكف) dari akar kata (نكف) yang mempunyai beberapa arti, di antaranya:
  2.  Mensucikan diri
  3.  Menghentikan, yaitu seorang yang menghentikan atau menyela air mata dari pipinya
  4.  Aib atau tercela

Jadi, ayat di atas bisa di artikan bahwa Nabi Isa tidak akan mensucikan diri, tidak menghentikan, tidak merasa Aib dan tercela untuk menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Begitu juga para Malaikat, mereka tidak enggan dan tidak keberatan menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Menjadi Hamba Allah bukanlah sesuatu yang tercela, aib atau sesuatu yang memalukan. Justru menjadi hamba Allah adalah kemuliaan.

2.      Diriwayatkan bahwa sebab turunnya ayat ini, adalah rombongan dari kaum Nashrani Najran datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, dan berkata "wahai Muhammad kenapa engkau mencela Isa bin Maryam?"

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam  bertanya, "apa yang aku katakan?"

Mereka berkata, "Engkau katakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya."

Beliau pun menjawab, "Tidaklah tercela menjadi hamba Allah"

  1. Bahkan, sebaliknya menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah puncak kemuliaan manusia. Rasullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika disuruh memilih antara menjadi Raja dan Rasul atau menjadi hamba Allah dan Rasul, beliau memilih menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai hamba Allah pada peristiwa Isra' dan Mi'raj, karena hamba Allah adalah julukan paling mulia.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra[17]: 1)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyebutkan sebaik-baik nama adalah Abdullah atau Abdurrahman yang menunjukkan penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

 

Pelajaran (2): Para Malaikat yang Didekatkan

 

وَلَا الْمَلٰۤىِٕكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ

1) Pada ayat ini, setelah penyebutan al-Masih Isa bin Maryam, disebutkan para Malaikat al-Muqarrabun.

-sebagian ulama menyebutkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa para Malaikat lebih mulia dari pada para Nabi. Sebagian ulama lain tidak setuju dengan pendapat ini, karena tidak ada kata atau kalimat dalam ayat ini yang menunjukkan hal itu.

-Tetapi walaupun begitu, minimal secara makna hal itu bisa dibenarkan, tetapi bukan menunjukkan keutamaan secara mutlak.

Maksudnya jika Nabi Isa yang diciptakan Allah tanpa bapak dan membawa beraneka ragam mukjizat, serta mempunyai kedudukan tinggi dihadapan para pengikutnya tidak enggak dan tidak angkuh menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Begitu juga para malaikat yg lebih dari itu semua, karena di ciptakan dari cahaya, tanpa bapak dan ibu, serta bisa berbuat hal-hal yang di luar nalar manusia.

Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta makhluq yg di dekatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun tidak sombong dan tidak angkuh untuk menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

 

2) Adapun pesan yang ingin disampaikan dalam ayat ini adalah perintah untuk menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjadi hamba-Nya.

 

Jika makhluk yang mempunyai kedudukan tinggi dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan dihadapan manusia seperti Nabi Isa dan para Malaikat saja bersedia menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bagaimana dengan yang lainnya yang tidak punya kedudukan seperti itu?

Apakah pantas dan layak untuk menolak menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala?

 

3) Oleh karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengancap orang-orang yang tidak mau tunduk dan tidak bersedia menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan siksa yang pedih dan mereka akan dikumpulkan kepada-Nya semua pada hari kiamat.

 

Pelajaran (3): Mereka yang Sombong

فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْتَنْكَفُوْا وَاسْتَكْبَرُوْا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ وَّلَا يَجِدُوْنَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا

"Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sementara itu, orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Mereka pun tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." (QS. An-Nisa’[4]: 173)

 

فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰت

Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala membagi manusia menjadi dua kelompok terkait dengan penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

 

- Kelompok Pertama: Mereka adalah orang-orang beriman dan beramal shalih, yaitu mereka yang bersedia menjadi hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang taat dan baik.

Pahala mereka akan diberikan secara utuh dan tidak dikurangi, bahkan ditambah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari karunia-Nya.

 

- Kelompok kedua: Mereka yang tidak bersedia dan sombong menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih dan mereka tidak mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

 

Ayat ini mirip dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak bersedia dan sombong untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.

Berdoa sendiri termasuk bentuk penghambaan dan peribadatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir[40]: 60)

 

Pelajaran (4): Burhan dan Cahaya

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا

Wahai manusia, sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran (Nabi Muhammad dengan mukjizatnya) dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an). (QS. An-Nisa’[4]: 174)

 

1.Setelah ayat sebelumnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan kedudukan Nabi Isa

sebagai hamba Allah dan kewajiban setiap manusia menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan kepada semua manusia bahwa telah datang seroang rasul yang membawa kitab suci sebagai pedoman untuk menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang baik.

 

2. Kata (برهان) di sini maksudnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

Beliau disebut "Burhan" karena beliau membawa bukti-bukti dan mukjizat yang menunjukkan kebenaran yang beliau bawa.

Kemudian "Burhan" (bukti yang kuat) ini datang dari (من ربكم) "Tuhan kalian" Tuhan yang menciptakan kalian semua.

Ini untuk menguatkan "Burhan" itu sendiri, karena datang dari sang pencipta

 

3. Firman-Nya (نورًا مبينًا)

Artinya: Cahaya yang jelas, maksudnya di sini adalah Al-Qur'an.

Al-Qur'an disebut sebagai cahaya, karena dia menerangi manusia dari kegelapan jahiliyyah dan kegelapan kekafiran, sehingga mereka mengetahui jalan yang benar.

 

4. Firman-Nya (وأنزلنا إليكم)

a) Di sini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada kalian, padahal Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat perhatian dan sayang kepada para hamba-Nya sehingga turunnya Al-Qur'an dinisbatkan kepada mereka.

b) Selain itu penisbatan Al-Qur'an kepada mereka untuk memberikan pesan yang kuat bahwa Al-Qur'an ini harus diamalkan isinya.

c) Juga supaya tidak ada alasan bagi mereka untuk mengatakan bahwa belum datang peringatan kepada mereka.

 

5. Firman-Nya

فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَاعْتَصَمُوْا بِهٖ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِيْ رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍۙ وَّيَهْدِيْهِمْ اِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۗ

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga) serta menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (QS. An-Nisa’[4]: 175)

 

1) Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan berpegang teguh dengan Al-Qur'an

Firman-Nya

(واعتصموا به)

"berpegang teguh dengan Al-Qur'an"

Ini seperti dalam firman-Nya,

(واعتصموا بحبل لله جميعًا)

(QS. Ali-Imran: 163)

 

2) Sebagaimana ulama berpendapat bahwa masksudnya adalah berpegang teguh kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

Ini mirip dengan firman-Nya,

(ومن يعتصم بالله)

(QS. Ali-Imran: 161)

 

Juga dalam firman-Nya,

‎(وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ)

(QS. An-Nisa: 146)

 

 

Jakarta, Kamis 26 Mei 2022

KARYA TULIS