Karya Tulis
517 Hits

Tafsir An-Najah QS. [5]:12 BAB 285 12 Pemimpin Bani Israel


Tafsir An-Najah (QS. Al-Maidah[5]: 12)

BAB 285

12 Pemimpin Bani Israel

 

۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

“Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah[5]: 12)

Pelajaran (1): Hubungan dengan ayat sebelumnya.

Hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya, antara lain:

1-      Pada ayat sebelumnya, (ayat 7) Allah mengingatkan orang-orang beriman akan perjanjian yang mereka ambil dari Allah dengan megucapkan “Sami’na wa Atha’na”. Sedangkan pada ayat ini Allah mengambil perjanjian dari Bani Israel, tetapi mereka tidak menepati perjanjian tersebut. Makanya, Allah perintahkan orang-orang beriman untuk tidak mengikuti perbuatan tersebut.

2-      Pada ayat sebelumnya (ayat 11), Allah menyebutkan rencana busuk orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sedangkan pada ayat ini dan selanjutnya Allah membeberkan karakter buruk mereka yang sering mengkhianati amanat dan tidak menepati perjanjian.

3-      Pada ayat sebelumnya Allah membebani orang-orang beriman dengan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan demi kebahagiaan mereka di dunia dan akherat.

Pada ayat ini Allah juga membebani Bani Israel dengan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan. Hal itu, agar kaum muslimin menyadari bahw kewajiban-kewajiban agama tidak hanya dibebankan kepada mereka saja, tetapi juga kepada umat-umat sebelum mereka.

Hal ini terlihat di dalam firman-Nya,

رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ

“…Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.” (QS. Al-Baqarah[2]: 286)

 

Pelajaran (2): Makna “an-Naqib”

وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ

Kata (نَقِيْبًا) berasal dari (النَّقْبُ) yang berarti lubang yang luas atau jalan di gunung. Maksudnya disini adalah pemimpin kelompok yang menjadi pengawas dan peneliti mereka. Serta penanggung jawab atas mereka. Di dalam firman Allah disebutkan,

وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَادِۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ

“Betapa banyak umat sebelumnya (kaum kafir Quraisy) yang telah Kami binasakan! Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada (kaum kafir Quraisy) itu, sehingga mampu menjelajah (dan mengamati) beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (bagi mereka dari kebinasaan)?” (QS. Qaf [50]: 36)

(فَنَقَّبُوْا) disini artinya mereka berjalan di muka bumi sampai mengadakan penelitian.

Para pemimpin kelompok disebut naqib, karena dia tau tentang seluk beluk kaumnya, serta tahu tentang segala permasalahan yang menimpa mereka, juga mengetahui cara mengatasinya. Ini seperti halnya orang yang mengetahui seluk beluk jalan di gunung. Dan tahu lubang-lubang di dalamnya. Itu semua diketahui dengan terus menerus mengadakan pengamatan dan penelitian.

-          Umar bin al-Khaththab disebut “an-Naqqab” peneliti keadaan rakyatnya.

-          Begitu juga pada peristiwa Bai’tu al-‘Aqabah, di mana 70 laki-laki dan 2 perempuan dari Anshar berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk taat dan membela beliau saat nanti datang ke Madinah. Beliau memilih dari mereka dua belas naqib.

-          Adapun maksud ayat ini bahwa Allah mengambil perjanjian dari Bani Israel agar mereka melaksanakan perntah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah juga memerintahkan kepada Musa untuk memilih 12 naqib (pemimpin) dari Bani Israel untuk pergi ke Baitul Maqdis mencari informasi tentang keadaan penguasa, tentara, dan penduduk yang tinggal di dalamnya. Ternyata mereka mendapatkan bahwa tentara-tentaranya memiliki fisik yang kuat dan kekar. Penduduknya memiliki pertahanan dan militer yag tangguh. Kenyataan tersebut membuat dua belas utusan itu ketar dan takut. Nabi Musa melarang mereka untuk menyebarkan informasi yang di dapat kepada Bani Israel secara umum, karena informasi itu khusus untuk mereka saja.  Tetapi sepuluh orang dari mereka melanggar larangan ini dan mnyebarkan Informasi tersebut kepada keluarga dan kerabatnya. Sehingga orang-orang Bani Israel menjadi gentar dan tidak berani berperang melawan tentara yang menguasai Baitul Maqdis.

Nabi Musa memilih 12 naqib, karena Bani Israel terdiri dari 12 suku, sesuai dengan jumlah anak Nabi Ya’kub Alaihi Salam. Allah berfirman,

وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ

“Kami membagi mereka (Bani Israil) menjadi dua belas suku yang tiap-tiap mereka berjumlah besar.” (QS. Al-A’raf[7]: 160)

 

Setiap suku (kabilah) dipimpin oleh satu orang naqib yang membimbing dan mengarahkan mereka untuk tetap istiqamah di dalam mentaati ajaran Nabi Musa dan melarang mereka untuk berbuat maksiat

 

Pelajaran (3): Allah Bersama Mereka

وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ

1)      Pada ayat ini Allah memberitahukan kepada Bani Israel bahwa Dia akan bersama mereka, menolong dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka, selama mereka istiqamah di dalam memegang ajaran Nabi Musa.

2)      Jadi, pertolongan Allah akan bersama orang-orang yang taat dam patuh.

  1. Ini sesuai dengan firman Allah,

فَلَمَّا تَرٰۤءَا الْجَمْعٰنِ قَالَ اَصْحٰبُ مُوْسٰٓى اِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ ۚ قَالَ كَلَّا ۗاِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ

“Ketika kedua golongan itu saling melihat, para pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 61-62)

Ketika Fir’aun dan bala tentaranya mampu menyusul Bani Israel, Nabi Musa mengatakan bahwa Allah bersama dirinya akan memberikan pertolongan. Benar Allah menolong mereka dari Fir’aun.

  1. Hal ini dikuatkan dengan Firman-Nya,

قَالَ لَا تَخَافَآ اِنَّنِيْ مَعَكُمَآ اَسْمَعُ وَاَرٰى

“Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir! Sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat.” (QS. Taha[20]: 46)

 

Dalam ayat ini Allah melarang Nabi Musa dan Harun untuk tidak takut kepada Fir’aun, karena dia akan bersama keduanya.

  1. Juga terdapat di dalam firman-Nya,

قَالَ كَلَّا ۚفَاذْهَبَا بِاٰيٰتِنَآ اِنَّا مَعَكُمْ مُّسْتَمِعُوْنَ ۙ

 

“Dia (Allah) berfirman, “Tidak (mereka tidak akan dapat membunuhmu). Maka, pergilah berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat). Sesungguhnya Kami menyertaimu mendengarkan (apa yang mereka katakan).” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 16)

3)      Ma’iyatullah (kebersamaan Allah) pada ayat-ayat di atas:

  1. QS. Al-Maidah : 12 untuk Bani Israel
  2. - QS. Asy-Syu’ara : 15 untuk Nabi Musa

-    QS. Asy-Syu’ara : 61-62 untuk Nabi Musa

-    QS. Taha : 46 untuk Nabi Musa

  1. QS. At-Taubah : 40 untuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

 

 لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

 

Pelajaran (4): 5 Perintah Allah

لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا

Pada pengggalan ayat ini, Allah memberikan lima perintah kepada Bani Israel untuk di laksanakan. Ini sekaligus menjad syarat untuk mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kelima perintah tersebut adalah:

1-      Menegakkan shalat, dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta mengerjakannya dengan ikhlas dan khusyu’.

2-      Membayat zakat

3-      Beriman kepada Rasul. Iman kepada para Rasul diletakkan nomor tiga setelah shalat dan zakat, padahal mestinya diletakkan nomor pertama. Hal itu karena orang-orang Yahudi mengakui kewajiban shalat dan zakat, mereka masih mendustakan sebagian Rasul. Padahal iman kepada Rasul adalah salah satu syarat diterimanya shalat dan zakat.

4-      Menolong dan membela para Rasul. Firman-Nya (وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ) berasal dari (التّعْزِيْرُ) yang berarti membela. Maksudnya disini adalah membeladan menolong para Rasul dengan tetap menghormati mereka.

5-      Meminjam kepada Allah dengan pinjaman yang baik

Firman-Nya, (وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا)

Meminjamkan kepada Allah adalah maksudnya menginfakkan harta di jalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah. karena Allah Maha Kaya tidak butuh kepada hambanya.

a)      Begitu juga disebut “Meminjamkan (harta)” kepada Allah, padahal apa yang ada di langit  dan bumi adalah milik Allah termasuk harta yang dimiliki manusia. Hal ini untuk memberikan motivasi kepada mereka dan menghargai amal shaleh mereka.

b)      Ini mirip dengan firman Allah,

۞ اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surga yang Allah peruntukkan bagi mereka. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka membunuh atau terbunuh. (Demikian ini adalah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah[9]: 111)

 

Pada ayat ini disebutkan bahwa Allah membeli jiwa dan harta kaum mukminin, padahal jiwa dan harta mereka milik Allah.

 

 

c)      Firman-Nya,

قَرْضًا حَسَنًا

Pinjaman yang baik. Ini biasanya digunakan untuk menyebut pinjaman yang tidak ada bunganya atau pinjaman yang tidak ada keuntungan materi di dunia. Karena pahalanya akan didapat di surga kelak.

 

6-        Firman-Nya,

 لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ

Orang-orang Bani Israel dari kalangan Yahudi yang mau melaksanakan Lima perintah di atas akan mendapatkan:

  1.  Pertolongan dari Allah di dunia ini sebagaimana firman-Nya,

وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُم

  1. Ampunan dari Allah terhadap dosa-dosa yang mereka kerjakan.
  2. Surga yang mengalir di bawahnya mengalir sungai-sungai.

 

Pelajaran (5): Sesat di Jalan

فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

  1. Ayat di atas menunjukkan bahwa siapa yang kafir setelah datangnya penjelasannya dan setelah turunnya nikmat dosanya lebih besar dan sesatnya lebih jauh serta siksanya lebih parah.
  2. Ini mirip dengan kisah al-Hawariyyun yang meminta diturunkannya hidangan dari langit dan Allah mengabulkan permohonan tersebut sambil memberikan ancaman keras bagi yanng kafir setelah itu dengan siksa yang pedih. Allah berfirman,

قَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَاِنِّيْٓ اُعَذِّبُهٗ عَذَابًا لَّآ اُعَذِّبُهٗٓ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ

“Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkannya (hidangan itu) kepadamu. Siapa yang kufur di antaramu setelah (turun hidangan) itu, sesungguhnya Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara (manusia) seluruh alam.” (QS. Al-Maidah[5]: 115)

 

Jakarta, Selasa 31 Mei 2022

KARYA TULIS