Karya Tulis
494 Hits

Tafsir An-Najah QS.[5]: 13 BAB 286 Melupakan Nasehat


Tafsir An-Najah (QS. Al-Maidah[5]: 13-14)

BAB 286

Melupakan Nasehat

 

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ لَعَنّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوْبَهُمْ قٰسِيَةً ۚ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖۙ وَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰى خَاۤىِٕنَةٍ مِّنْهُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰٓى اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

 “(Namun,) karena mereka melanggar janjinya, Kami melaknat mereka dan Kami menjadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman-firman (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Nabi Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat). Maka, maafkanlah mereka dan biarkanlah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang muhsin. Dari orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani,” Kami telah mengambil perjanjian. Kemudian, mereka melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Maka, Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.” (QS. Al-Maidah[5]: 13-14)

 

Pelajaran (1): Lima Sanksi Allah

Setelah Allah memberikan Lima Perintah kepada kaum Yahudi dan mengambi perjanjian dari mereka, ternyata mereka mengkhianati perjanjian tersebut dan berpaling dari perintah Allah. Maka Allah memberikan Lima Sanksi kepada mereka, yaitu sebagai berikut:

  1. Allah melaknat mereka (لَعَنّٰهُمْ) artinya menjauhkan mereka dari rahmat Allah. Menurut Ibnu Abbas mereka dihukum dengan membayar upeti kepada umat Islam. Adapun menurut al-Hasan al-Bashri dirubah wajah mereka seperti wajah kera dan babi.
  2. Allah menjadikan hati mereka keras, sulit menerima nasehat dan kebenaran dari orang lain. Kerasnya hati mereka seperti kerasnya batu bahkan lebih keras dari batu itu sendiri sebgaimana firman-Nya,

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Setelah itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, dan ada lagi yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 74)

 

  1. Mereka mengubah isi Turat denga menambah, mengurangi dan memanipulasi isinya. Dan ini dilakukan secara terus menerus sejak meninggalnya Nabi Musa Alaihi Salam, hingga generasi kaum Yahudi yang tinggal di Madinah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini ditunjukkan di dalam firman-Nya,

مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا

“Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami membangkang.” (Mereka mengatakan pula,) “Dengarkanlah,” sedangkan (engkau Nabi Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. (Mereka mengatakan,) rā‘inā dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh. Dengarkanlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat. Akan tetapi, Allah melaknat mereka karena kekufurannya. Mereka tidak beriman, kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa[4]: 46)

 

  1. Mereka menjadi lupa denga apa yang telah diajarkan oleh Allah dan para rasul-Nya kepada mereka.

Kata (النسيان) artinya lupa. Ini akibat tiga hal:

  1. Lemah hatinya.
  2. Lengah karena disibukkan urusan dunia, sehingga tidak ada waktu untuk mempelajari Kitabullah.
  3. Sengaja melupakan hal itu.

-          Kata (حَظًّا) artinya bagian. Kata ini dalam bentuk “Nakirah” tanpa diberi (ال) at-Ta’rif, untuk menunjukkan betapa banyak dan besarnya bagian yang mereka lupakan.

  1. Mereka akan selalu berkhianat secara terus menerus, sejak nenek moyang mereka hingga kaum Yahudi di zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, kecuali sedikit dari mereka yang tidak berkhianat.

 

Pelajaran (2): Memaafkan Mereka

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

Penggalan ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menyikapi perbuatan kaum Yahudi di atas dengan dua sikap. Yaitu:

  1. Memaafkan mereka (فَاعْفُ عَنْهُمْ) maksudnya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang serupa.
  2. Tidak mencela dan menghukum mereka (وَاصْفَحْ) ini tingkatan yang lebih tinggi dari sekedar memaafkan.

 

Orang yanng mempunyai dua sifat ini dianggap golongan orang-orang yang berbuat baik (الْمُحْسِنِيْنَ) dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

Hanya saja para ulama berbeda pendapat tentang maksud sikap memaafkan dan memberiarkan mereka sehingga mereka tidak dihukum.

  1. Maksudnya, mereka yang dimaafkan adalah orang-orang Yahudi yang masuk Islam yang jumlahnya sedikit (اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ) . pendapat ini lemah, karena orang-orang yang sudah Islam, otomatis seluruh dosanya yang lalu terhapus.
  2. Memberikan maaf kepada mereka telah dihapus dengan firman Allah,

قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَلَا يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حَتّٰى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَّدٍ وَّهُمْ صٰغِرُوْنَ ࣖ

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak mengharamkan (menjauhi) apa yang telah diharamkan (oleh) Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengikuti agama yang hak (Islam), yaitu orang-orang yang telah diberikan Kitab (Yahudi dan Nasrani) hingga mereka membayar jizyah dengan patuh dan mereka tunduk.” (QS. at-Taubah[9]: 29)

 

Yaitu perintah untuk memerangi mereka atau mengambil upeti dari mereka.

 

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa memberikan maaf disini dihapus dengan firman Allah,

وَاِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْۢبِذْ اِلَيْهِمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْخَاۤىِٕنِيْنَ ࣖ

“Jika engkau (Nabi Muhammad) benar-benar khawatir (akan terjadi) pengkhianatan dari suatu kaum, kembalikanlah (perjanjian itu) kepada mereka dengan cara seimbang (adil dan jujur). Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pengkhianat.” (QS. Al-Anfal[8]: 58)

Yaitu perintah mengembalikan perjanjian kepada mereka kembali

 

  1. Maksudnya, adalah memberikan maaf kepada mereka (oarang-orang Yahudi) secara umum selama perbuatan mereka tidak menghambat dan menghalangi dakwah Islam.

Tetapi jika perbuatan mereka sudah melampaui batas dalam pelanggaran dan menghalangi dakwah Islam, atau menimbulkan kerusakan atau korban, maka harus ditindak tegas.

 

Pelajaran (3): Perjanjian Kaum Nashrani

وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰٓى اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ

QS. Al-Maidah[5]: 14

 

  1. Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan tentang perilaku kaum Yahudi terhadap perjanjian yang telah Allah ambil dari mereka. Maka pada ayat ini, Allah menjelaskan perilaku kaum Nashrani terhadap perjanjian yang Allah ambil dari mereka.
  2. Firman-Nya, (اِنَّا نَصٰرٰٓى)

Mereka mengakui melalui lisan mereka bahwa mereka adalah “Nashara” (نَصٰرٰٓى) jama’ dari (النصراني) yang mempunyai dua arti:

  1. Para pembela Nabi Isa Alaihi Salam dan penegak ajaran-ajaran beliau.
  2. Nisbat kepada suatu kota “an-Nashirah” di Palestina, di mana Nabi Isa dibesarkan dan memulai dakwah dari tempat tersebut.

-          Pada ayat ini Allah menisbatkan nama “Nashara” kepda perkotaan mereka, untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka akui bahwa mereka penolong Nabi Isa dan menegakkan ajarannya tidaklah benar.

  1. Firman-Nya, (اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ)

Allah juga telah mengambil perjanjian mereka untuk hanya menyembah kepada-Nya saja dan tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apapun juga, serta untuk beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang akan datang di akhir zaman.

 

Pelajaran(4): Melupakan Nasehat

Firman-Nya,

 فَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ

1)      Kaum Nashrani juga melupakan bagian besar dari apa yang dinasehatkan kepada mereka dalam kitab Injil melalui Lisan Nabi Isa Alaihi Salam.

2)      Sebagian ulama menyebutkan bahwa salah satu yang menyebabkan mereka melupakan ajaran Nabi Isa dan isi kitab Injil adalah penindasan yang mereka alami dari para penguasa Romawi. Tatkala Raja Kostantin memeluk agama Nashrani setelah tiga abad dari kenaikan al-Masih kelangit dan penindasan yang dialami kaum Nashrani. Mereka mulai melakukan aktivitas penulisan kita-kitab Injil yang berjumlah cukup banyak, beragam bahkan kadang isinya saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Inti ajaran tauhid justru malah hilang adlam penulisan tersebut. Ini terjadi pada tahun 325 Masehi.

3)      Pada masa Raja Kostantin, agama Nashrani mulai masuk era baru, yaitu bercampur dengan paham paganismeyang di amat olehorang-orang Romawi selama ini dan bercampur pula dengan filsafat Yunani. Dari sinilah mulai terjadi perubahan-perubahan dalam ajaran-ajaran Nabi Isa.

 

Pelajaaran (5):  Timbulanya Permusuhan

فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ

  1. Kata (فَاَغْرَيْنَا) dari kata (الْغِرَاءُ) yang berarti perekat atau lem atau alat untuk menempelkan sesuatu kepada sesuatu yang lain.

Maksud dari ayat di atas adalah dikarenakan mereka melupakan bagian besar dari apa yang dinasehatkan kepada mereka, maka Allah memberikan hukuman kepada mereka berupa timbulnya permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.

  1. Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ditimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka:

Pendapat Pertama:

Maksudnya adalah timbulnya permusuhan dan kebencian antara pemeluk agama Nashrani. Kenyataannya sampai sekarang terdapat banyak kelompok dan aliran dalam agama Nashrani, yang paling terkenal adalah permusuhan antara: Katolik dan Protestan, salah satunya yang terjadi di Irlandia dan di tempat-tempat lain.

Pendapat Kedua:

Maksudnya adalah timbulnya permusuhan dan kebencian antara kaum Yahudi dan kaum Nashrani, sejarah telah membuktikan hal itu.

  1. Pemusuhan dan kebencian di antara mereka digambarkan oleh Allah secara lebih mendetail, bahkan satu kelompok dengan kelompok lain saling mengkafirkan dan saling melaknat sampai hari Kiamatpun mereka masih melakukan hal itu. Allah berfirman,

وَقَالَ اِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًاۙ مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَّيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۖوَّمَأْوٰىكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَۖ

“Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah berupa berhala-berhala hanyalah untuk menciptakan hubungan harmonis di antara kamu dalam kehidupan dunia. Kemudian, pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk. Tempat kembalimu adalah neraka dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.” (QS. al-Ankabut[29]: 25)

 

 

وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Ini merupakan ancaman keras bagi kaum Nashrani di akherat, akibat mereka melupakan bagian besar dari apa yang dinasehatkan kepada mereka. Termasuk karena perbuatan syirik mereka yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih bin Maryam.

 

Jakarta, Selasa 31 Mei 2022

 

KARYA TULIS