Tafsir An-Najah QS.[5]: 17 BAB 288 Mengaku Kekasih Allah
Tafsir An-Najah (QS. Al-Maidah[5]: 17-19)
BAB 288
Mengaku Kekasih Allah
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَاُمَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۗوَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Sungguh, benar-benar telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Jika benar begitu,) siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Almasih putra Maryam, ibunya, dan seluruh yang berada di bumi?” Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah[5]: 17-19)
Pelajaran(1): Kegelapan Kaum Nashrani
1) Pada ayat sebelumnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tujuan diutusnya Rasul dan diturunkannya al-Qur’an adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Pada ayat ini, Allah menjelaskan sebagian kegelapan yang dialami oleh orang-orang Nashrani, yaitu meyakini bahwa Allah adalah al-Masih Isa bin Maryam.
2) Firman-Nya,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ
- Ayat ini menunjukkan kekafiran kaum Nashrani yang mengatakan bahwa adalah al-Masih Isa bin Maryam, yang menyatakan kekafiran mereka adalah Allah. pernyataan ini disampaikan secara langsung dan tegas, sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk mentafsirkan dengan penafsiran yang lain oleh karenanya, seorang muslim harus meyakini ayat ini dengan seyakin-yakinnya, dan harus dipegang erat-erat sampai akhir hayat.
3) Ayat ini juga menjelaskan bahwa kaum Nashrani mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih Isa bin Maryam walaupun sebagian dari mereka mengatakan Allah adalah satu dari tiga (trinitas) tetapi pada hakekatnya sama. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah,
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
“Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah[9]: 30)
Juga dikuatkan oleh firman Allah,
اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah[9]: 31)
Pelajaran (2): Empat Bantahan
قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَاُمَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا
-Ayat ini berisi empat bantahan atas kesesatan Kaum Nashrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah tuhan.
Empat bantahan tersebut sebagai berikut:
- Jika Allah berkehendak untuk membinasakan al-Masih Isa bin Maryam, ibunya dan semua yang ada di muka bumi, maka tidak ada satupun yang mampu menolaknya.
- Ini menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar, sekaligus, menunjukkan bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah manusia biasa yang tidak mampu menolak ketentuan Allah.
- Penyebutan al-Masih Isa Maryam dan ibunya disini untuk lebih menguatkan bahwa keduanya adalah manusia. Kaum-kaum Nashrani juga menguatkan bahwa keduanya adalah tuhan, sebagaimana firman-Nya,
وَاِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالَ سُبْحٰنَكَ مَا يَكُوْنُ لِيْٓ اَنْ اَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗاِنْ كُنْتُ قُلْتُهٗ فَقَدْ عَلِمْتَهٗ ۗتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَآ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗاِنَّكَ اَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’” Dia (Isa) menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa pun yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa pun yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa pun yang ada pada diri-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.” (QS. Al-Maidah[5]: 116)
Keduanya adalah manusia biasa yang memakan makanan dan bukan tuhan. Hal ini dikuatkan di dalam firman-Nya,
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌ ۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ
“Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).” (QS. Al-Maidah[5]: 75)
- Penyebutan “dan semua yang ada di muka bumi ini” untuk menunjukkan bahwa semua yang ada di muka bumi keadaannya seperti keadaan al-Masih Isa bin Maryam yang tidak bisa menolak taqdir Allah.
- Allah pemilik kerajaan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya. Inilah sifat tuhan yang berhak disembah. Adapun al-Masih Isa Maryam tidak memiliki sesuatu apapun dari langit dan bumi kecuali apa yang dimiliki manusia pada umumnya. Itupun juga atas pemberian Allah.
- Allah menciptakan apa yang dikehendakinya (يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ) mencipta adalah sifat tuhan yang berhak disembah. Adapun al-Masih Isa bin Maryam tidak menciptakan apapun justru dia adalah makhluq ciptaan Allah.
Allah berfirman,
اَفَمَنْ يَّخْلُقُ كَمَنْ لَّا يَخْلُقُۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
“Maka, apakah (Zat) yang (dapat) menciptakan (sesuatu) sama dengan yang tidak (dapat) menciptakan? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-Nahl[16]: 17)
Allah juga berfirman,
وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَخْلُقُوْنَ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۗ
“(Berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, bahkan berhala-berhala itu (sendiri) diciptakan (oleh manusia).” (QS. An-Nahl[16]: 20)
- Allah juga berfirman,
(يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ)
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya memberikan isyarat bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah ciptaan Allah yang berbeda dengan manusia pada umumnya, karena diciptakan tanpa bapak. Tetapi itulah yang dikehendaki Allah.
4) Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Inilah sifat tuhan yang berhak disembah. Sedang al-Masih Isa bin Maryam tidak kuasa atas sesuatu apapun juga kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pelajaran(3): Mengaku Kekasih Allah
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ ۗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ
“Orang Yahudi dan orang Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki (pula). Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali.” (QS. Al-Maidah[5]: 18)
- Pada ayat yang lalu, disebutkan kesesatan kaum Nashrani yang mengatakan bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah tuhan, disebutkan juga empat bantahan kepada kesesatan mereka. Pada ayat ini, Allah menjelaskan kesesatan kaum Yahudi dan Nashrani yang mengaku bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Berikut juga disebutkan bantahan terhadap kesesatan tersebut.
- Firman-Nya,
(نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُه)
Maksud perkataan mereka, “Kami adalah anak-anak Allah” adalah kami dekat dengan Allah seperti dekatnya seorang bapak kepada anaknya. Selain mengklaim sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah, mereka juga mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah.
- Ayat ini turun berkenaan dengan rombongan Yahudi yang terdiri dari Nukman bin Adha, Bahri bin ‘Amru dan Sya’su bin ‘Ady datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau memperingatkan kepada mereka akan azab Allah yang sangat pedih, mereka tidak mau menerima nasehat tersebut, justru malah berkata, “Kami tidak takut, karena kami anak-anak Allah dan para kekasih-Nya”.
Sebab turun ayat di atas menunjukkan bahwa mereka tidak takut dengan siksa Allah, karena merasa diri mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Allah.
Pelajaran (4): Kenapa Disiksa?
قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ
1) Penggalan ayat ini merupakan jawaban pertama atas klaim orang-orang Yahudi dan Nashrani, jawaban tersebut adalah:
Jika kalian adalah orang-orang yang dekat dengan Allah dan orang-orang yang dicintai-Nya, tetapi kenapa kalian diadzab (disiksa) oleh Allah atas dosa-dosa yang kalian perbuat. Adzab ini ada dua:
- Adzab di dunia, yaitu kalian diperintahkann untuk saling membunuh, ditawan, dirubah wajahnya dengan wajah kera dan babi, diserang oleh para musuh dan lainnya.
- Adzab di akherat, yaitu terdapat dalam kitab suci kalian bahwa orang yang berbuat jahat akan diadzab. Bahkan kalian mengetahuiakan dimasukkan ke dalam api neraka, walaupun hanya beberapa saja, sebagaimana firman Allah,
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-Baqarah[2]: 80)
Itu semua menunjukkan bahwa klaim mereka sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah adalah kebohongan belaka. Karena orang yang dekat dengan Allah apalagi para kekasih-Nya tidak akan diadzab
2) Firman-Nya,
بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ
Ini adalah jawaban kedua:
“Bahwa mereka adalah manusia sebagaimana manusia yang lain, tidak ada kekhususan bagi mereka dan tidak pula mereka menjadi anak-anak Allah. ayat ini juga menunjukkan bahwa mereka adalahmakhluq Allah, sebagaimana makhluq-makhluq yang lain.
3) Firman-Nya,
يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ
Ini adalah jawaban ketiga:
“Bahwa Allah akan mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya, yaitu orang-orang yang taat kepadanya. Dan Allah juga akan menyiksa siapa saja yang dikehendaki-Nya, yaitu orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya.
Artinya bahwa seseorang disiksa atau diampuni tergantung kehendak Allah, bukan tergantung klaim mereka.
Pelajaran (5): Datang Seorang Rasul
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
“Wahai Ahlulkitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk memberi penjelasan setelah beberapa saat terhentinya (pengutusan) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan, “Tidak ada yang datang kepada kami, baik pembawa berita gembira maupun pemberi peringatan.” Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah[5]: 19)
- Ayat ini adalah lanjutan dari ayat (15) yang memberitahukan kepada Ahlul Kitab bahwa telah datang kepada mereka seorang rasul setelah terputusnya rasul-rasul sebelumnya, sehingga terjaddi kekosongan yang sangat panjang antara rasul sebelumnya dengan rasul yang trakhir ini.
- Firman-Nya,
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ
Panggilan kepada kaum Yahudi dan Nashrani dengan Ahlul Kitab bertujuan dengan mendorong mereka agar menyadari kedudukan mereka agar menyadari kedudukan merkea sebagai pewaris kitab suci yang semestinya segera menerima dan bergembira dengan kedatangan seorang rasul yang meneruskan tugas rasul-rasul sebelumnya.
- Firman-Nya,
قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ
- Kata (رَسُوْلُنَا) rasul kami maksudnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
- Kata (يُبَيِّنُ لَكُمْ) maksudnya menjelaskan kepada kalian tentang tauhid dan hukum-hukum syari’at.
Pelajaran (6): Zaman Fatrah
عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ
1) Kata (فَتْرَةٍ) berasal dari kata (فَتَرٌ) yang berarti melemah setelah sebelumnya kuat, melembut setelah sebelumnya keras, pasif setelah sebelumnya aktif.
Di dalam Al-Qur’an disebutkan firman Allah, tentang hal ini,
يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ
“Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’[21]: 20)
Maksudnya bahwa antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam terdapat kekosongan. Antara keduanya tidak diutus seorang rasulpun, sehingga manusia dalam keadaan melemah keimanan mereka.
2) Berapa lama jarak antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad?
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini
- Muhammad bin Sa’ad di dalam kitab “ath-Thabaqat” meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa jarak antara Nabi Musa dengan Nabi Isa Alaihi Salam adalah 1700 tahun. Selama itu tidak pernah ada kekosongan, karena diutus di dalamnya sekitar 1000 Nabi. Sedangkan jarak antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah 569 Tahun.
Diutus di awal waktu ini tiga Nabi yang terdapat di dalam firman Allah,
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
“(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” (QS. Yasin[36]: 14)
Nabi yang ketiga dalam ayat ini adalah Nabi Syama’un, salah satu dari “al-Hawariyyun”, para pengikut setia Nabi Isa yang berjumlah dua belas orang sehingga waktu yang tersisa dimana tidak ada rasul yang diutus adalah 434.
Pendapat yang mengatakan antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam terdapat tiga rasul, atau lebih bertentangan dengan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
أنا أولى الناس بابن مريم ليس بيني وبينه نبي
“Saya adalah orang yang paling berhak dengan Nabi Isa bin Maryam, antaraku dengan dia tidak ada seorang Nabi pun” (HR. al-Bukhari)
- Qotadah berpendapat antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam jaraknya adalah 560 tahun, sebagian yang lain mengatakan 580 tahun dan pendapat-pendapat lainnya masih banyak.
Pelajaran (7): Dua Tugas Rasul
اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
- Tujuan di utusnya Rasul kepada mereka, agar mereka tidak beralasan belum datang seorang rasul kepada mereka. Padahal kenyataannya telah datanng kepada mereka seorang Rasul. Hal ini mirip dengan firman Allah,
رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
“Kami mengutus) rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu (diutus). Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa’[4]: 165)
- Adapun tugas seorang Rasul ada dua:
- (بَشِيْرًا) pemberi kabar gembira kepada yang mau beriman dan beramal shalih, serta taat kepada segala perintah Allah dan rasul-Nya bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
- (نَذِيْرًا) pemberi peringatan dengan adzab yang pedih kepada yang menolak dakwah dan berpaling dari kebenaran. Serta tidak mau mengikuti apa yang di bawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam.
- Kedua tugas Rasul di atas disebutkan di dalam beberapa firman Allah, di antaranya,
- Firman Allah,
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ
“(Dia juga menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.” (QS. Al-Kahfi[18]: 2)
- Firman Allah,
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَضْلًا كَبِيْرًا
“Wahai Nabi (Muhammad), sesungguhnya Kami mengutus engkau untuk menjadi saksi, pemberi kabar gembira, dan pemberi peringatan dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (QS. Al-Ahzab[33]: 45-47)
- Firman-Nya:
وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
- Allah Maha Mampu untuk mengutus Rasul sesuai yang dikehendaki-Nya
- Allah Maha Mampu untuk mewujudkan berita gembira dann ancaman yang disampaikan melalui lisan para Rasul-Nya.
- Allah Maha Mampu mengutus para rasul secara berturut-turut atau mengutus para rasul dengan diselingi jedda waktu yang panjang
Jakarta, Selasa 31 Mei 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »