Karya Tulis
685 Hits

Tafsir An-Najah (Qs.Al-Baqarah : 62) Bab 48- Pluralisme Agama


PLURALISME AGAMA


اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْن

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”

(Qs. al-Baqarah: 62)

 

(1) Makna dan Sebab Turunnya Ayat

(a) Setelah menjelaskan perilaku Bani Israell yang sering melanggar perintah Allah dan meremehkan Nabi-Nabi mereka. Maka pada ayat ini, Allah memberitakan bahwa umat-umat sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mereka mau beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal shalih, mereka akan mendapatkan pahala, dan mereka tidak akan khawatir dan tidak bersedih.

(b) Diriwayatkan tentang sebab turunnya ayat diatas bahwa Salman al-Farisi bercerita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang temannya yang pernah satu agama dengan Salman, mereka rajin beribadah seperti shalat, berpuasa, bahkan mereka beriman dengan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka turunlah ayat ini.

(c) Para ulama menyebutkan bahwa maksud ayat ini adalah orang-orang Yahudi yang beriman pada nabi mereka yaitu Nabi Musa, orang-orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Isa, orang-orang Shabiin yang beriman pada nabi mereka. Semuanya itu jika mereka beriman pada Nabi mereka masing-masing pada zamannya. Kemudian ketika datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir zaman sebagai nabi dan rasul terakhir mereka juga beriman kepadanya dan meninggalkan ajaran-ajaran  nabi mereka di masa lalu. Maka bagi mereka pahala dari Allah , tidak akan khawatir dan tidak bersedih.

Jika mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad, mereka termasuk ahli neraka. Ini bedasarkan beberapa dalil diantaranya,

1. Firman Allah,

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran: 85)

 Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang beragama selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah, artinya tidak akan masuk surga, tetapi masuk neraka.

2. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Tiada seorang-pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim, 153)

(d) Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat ini mansukh (dihapus) dan diganti dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa satu-satunya agama yang diterima Allah adalah agama Islam. Akan tetapi pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa ayat ini tidak mansukh (tidak dihapus), dan tetap berlaku dengan penafsiran yang sudah diterapkan pada poin (c).

 

(2) Makna Yahudi, Nasrani, dan Shabi-in

(a) Para ulama berbeda pendapat asal-usul nama Yahudi. Sebagian mengatakan Yahudi diambil dari nama Yahudza salah satu anak Nabi Ya’kub yang paling menonjol, walaupun bukan anak yang nomor pertama. Yahudza termasuk salah satu saudara Nabi Yusuf. Keturunan Yahudza inilah yang kemudian disebut dengan kaum Yahudi.

Sebagian lain berpendapat bahwa nama Yahudi diambil dari firman Allah,

اِ..نَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ..

“Sungguh, kami kembali (bertobat) kepada Engkau.” (Qs. al-A’raf 156)

Mereka bertaubat dari menyembah patung anak sapi.

(b) Begitu juga para uama berbeda pendapat tentang asal-usul nama Nasrani. Sebagian menyatakan diambil dari nama daerah di Syamyang bernama “Nashirah”, dimana Nabi Isa pernah tinggal di situ. Maka setiap pengikut Nabi Isa disebut dengan Nashrani atau Nashara.

Sebagian menyatakan bahwa Nashrani atau Nashara diambil dari firman Allah,

قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ

“Dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?”

Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah.” (Qs. Ali Imran: 52)

Disebut Nashrani karena mereka menjadi Anshar (penolong-penolong Allah) sebagaimana pada ayat diatas.

(c) Adapun ash-Shabi-un berasal dari shabi’ yang berarti keluar atau cenderung yaitu keluar dari satu agama dan cenderung ke agama lain.

Oleh karena itu, orang-orang Arab menyebut seseorang yang keluar dari kemusyrikan dan berpindah ke agama Islam sebagai orang yang sudah shabi-un.

Jadi, orang-orang ash-Shabi-un ini dinyatakan telah keluar dari ajaran Ahlul Kitab. Sebagian menyatakan bahwa ash-Shabi-un adalah salah satu sekte dari Ahlul Kitab.

 

(3) Bantahan terhadap Paham Pluralisme

Orang-orang yang berpaham liberal menjadikan (Qs. al-Baqarah: 62) di atas sebagai dalil kebolehan pluralism agama, yaitu mengatakan bahwa semua agama itu sama. Semua agama membawa pengikutnya masuk surga. Tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang paling benar seorang.

Bahaya dari pemikiran liberal tentang pluralisme adalah agama ini bahwa seseorang menjadi tidak yakin dengan agamanya, sehingga dengan mudah dia pindah dari satu agama ke agama yang lain, karena meyakini bahwa semua agama benar. Lambat laun akhirnya menjadi orang yang tidak beragama. Na’udzubillah min dzalik.

Pemahaman pluralisme agama ini kemudian memunculkan buku yang sangat kontroversial yang berjudul “Fiqih Lintas Agama”. Mereka ingin menggabungkan semua agama menjadi satu agama. Tentunya pemahaman pluralisme agama di atas ditolak dengan pendapat ulama tentang maksud ayat di atas yang sudah diterangkan di atas.

Di dalam al-Qur’an tidak ada kontradiksi satu ayat dengan satu ayat lainnya. Tidak mungkin Allah menyatakan di dalam Qs. Ali Imran ayat 19 dan 85 bahwa satu-satunya agama yang diridhai dan diterima Allah adalah Islam. Kemudian menyatakan dalam Qs. al-Baqarah ayat 62 bahwa semua agama diridhai dan diterima Allah.

Maka bisa disimpulkan bahwa tafsir dan makna Qs. al-Baqarah ayat 62 adalah seperti yang disampaikan para ulama dalam buku-buku tafsir sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Wallahu a’lam.

 

***

Jakarta, Senin, 3 Januari 2022

KARYA TULIS