Tafsir An-Najah (Qs. 2: 246-252) Bab ke-115 Kisah Thalut dan Jalut
Kisah Thalut dan Jalut
اَلَمْ تَرَ اِلَى الْمَلَاِ مِنْۢ بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ مِنْۢ بَعْدِ مُوْسٰى ۘ اِذْ قَا لُوْا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِکًا نُّقَا تِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ قَا لَ هَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ کُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَا لُ اَ لَّا تُقَا تِلُوْا ۗ قَا لُوْا وَمَا لَنَاۤ اَلَّا نُقَا تِلَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَدْ اُخْرِجْنَا مِنْ دِيَا رِنَا وَاَ بْنَآئِنَا ۗ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَا لُ تَوَلَّوْا اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ وَا للّٰهُ عَلِيْمٌ بِۢا لظّٰلِمِيْنَ
"Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, "Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah." Nabi mereka menjawab, "Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga?" Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?" Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Baqarah [2]: 246)
1. Nabi Syamuel
1) Nabi yang dimaksud pada ayat diatas adalah Nabi Syamuel bin Dali bin ‘Alqamah. Dikenal sebagai dengan anaknya ibu yang suadah tua. Hal itu karena ketika ibunya sudah mulai lanjut usia, tetapi dia tetap meminta kepada Allah agar dikaruniai anak, dan Allah mengabulkan doa tersebut.
Ada yang menyatakan bahwa Nabi tersebut bernama “Sama’un”, karena Allah mendengar permintaan ibunya yang sudah tua tersebut. Dari Sama’un berubah menjadi Syama’un dalam bahasa Ibrani.
2) Sebagian menyatakan bahwa umat Bani Israel yang disebut dalam ayat diatas adalah mereka yang pernah dimatikan Allah kemudian dihidupkan lagi.
3) Ayat di atas juga menjelaskan bahwa mereka yang pertama kali meminta untuk berjihad, tetapi tatkala jihad sudah diwajibkanatas mereka, ternyata mereka jhustru mundur dan tidak mau. Berjihad mereka adalah kaum pengecut, kecuali sebagian kecil dari mereka. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam didalam haditsnya
لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian berangan-angan untuk bertemu musuh, tetapi mintalah keselamatan jika benar bertemu musuh, maka teguhlah (didalam) menghadapi mereka.” (HR. Bukhari)
2. Mengenal Thalut.
وَقَا لَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اللّٰهَ قَدْ بَعَثَ لَـکُمْ طَا لُوْتَ مَلِكًا ۗ قَا لُوْۤا اَنّٰى يَكُوْنُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ اَحَقُّ بِا لْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَا لِ ۗ قَا لَ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰٮهُ عَلَيْکُمْ وَزَا دَهٗ بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ وَ الْجِسْمِ ۗ وَا للّٰهُ يُؤْتِيْ مُلْکَهٗ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
"Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu darinya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi) menjawab, "Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik." Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2] : 247)
1) Karena Bani Israil bersikeras meminta kepada Nabi Syamuel agar berdoa kepada Allah untuk memilih raja dari kalangan mereka, maka Nabi Syamuel atas perintah Allah memilih Thalut sebagai pemimpin (raja) untuk mereka.
2) Thalut adalah seorang tukang ??? yang miskin. Maka para tokoh Bani Israil menolak Thalut untuk menjadi pemimpin mereka dengan alasan dia tidak mempunyai kekayaan, dimana dengan kekayaan tersebut bisa menopang kekuasaan.
3) Selain itu, dalam kebiasaan mereka secara turun menurun bahwa kekuasaan dana pemerintahan selalu dipegang oleh keturunan Yahuda bin Ya’kub. Seperti halnya akan dipegang oleh daud dan Sulaiman. Sedangkan Lewi bin Ya’kub seperti nabi Musa dan Harun.
Jadi menurut keyakinan Bani Israil selama ini, padahal ini keyakinan yang keliru, bahwa seorang raja (pemimpin) harus ditopang dua kali “kekayaan dan keturunan” sedangkan Thalut tidak mempunyai kedua syarat tersebut. Thalut adalh orang miskin dan bukan keturunan Yahuda bin Ya’kub dia adalah keturunan Bani Benyamin.
4) Nabi Syamuel menerangkan kepada mereka bahwa Thalut dipiih Allah menjadi pemimpin mereka atas dua hal :
a) Dia mempunyai ilmu, bahkan orang yang paling berimu diantara Bani Israil pada zaman itu . ( بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ )
b) Dia mempunyai kekuatan fisik (بَسْطَةً فِى الْجِسْمِ )
Kekuatan ilmu dan fisk merupaka longgak kepemimpinan. Nabi Daud dan Sulaiman pun diangkat raja karena mempunyai kekuatan ilmu, sebagaimana di dalam firman-Nya ,
وَلَـقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ وَ سُلَيْمٰنَ عِلْمًا ۚ وَقَا لَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَا دِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ
"Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman." (QS. An-Naml [27] : 15)
Begitu juga nabi Yusuf bisa menjadi pembesar mesin karena diberikan Allah kepadanya Ilmu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
قَا لَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَآئِنِ الْاَ رْضِ ۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ
"Dia (Yusuf) berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan." (QS. Yusuf [12]: 55)
3. Allah Pemegang Kekuasaan
Firman-Nya,
وَا للّٰهُ يُؤْتِيْ مُلْکَهٗ مَنْ يَّشَآءُ
“Dan Allah memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 247)
1) Sebagian mengatakan bahwa pernyataan ini berasal dari Nabi Syamuel, untuk membantu orang-orang Bani Israil yang masih mendebatnya dan tidak terima dengan pengangkatan Thalut sebagai pemimpin atau raja mereka.
2) Ayat diatas menunjukkan bahwa kekuasaan seseorang didunia ini adlah semata-mata pemberian Allah. Karena milik Allah lah kerejaan langit dan bumi. Ini ditunjukkan didalam firman-Nya,
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali -Imran [3] : 26)
3) Dalam sejarah kehidupan manusia, kita sering mendapatkan seseorang yang tidak disangka oleh kebanyakan orang akan menjadi raja ternyata dikemudian hari dia menjadi raja dengan izin dari Allah. Diantaranya Nabi Daud ‘Alaihi Sallam pada zaman kejayaan islam. Kita mengenal dinasti Mamalik (Kerajaan para budak) dimana itu kekuasaan islam pada waktu dipegang oleh para budak atau mantan budak-budak. Diantara tokoh mereka yang sangat terkenal karena bisa menghancurkan pasukan tatar adalah Saifuddin Al-Quths dan Dhahir Babers.
Begitu juga dinasti Utsman (Khilafah Utsmaniyah) mereka menjadi penguasa islam selama berabad-abad, padahal dulunya mereka adalah suku-suku turki yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap hidup mereka, berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya. Tetapi Allah akhirnya memberikan kekuasaan yang kuat dan luas kepada mereka.
4. Tabut.
وَقَا لَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اٰيَةَ مُلْکِهٖۤ اَنْ يَّأْتِيَکُمُ التَّا بُوْتُ فِيْهِ سَکِيْنَةٌ مِّنْ رَّبِّکُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ اٰلُ مُوْسٰى وَاٰ لُ هٰرُوْنَ تَحْمِلُهُ الْمَلٰٓئِكَةُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
"Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat." Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang beriman." (QS. Al-Baqarah [2]: 248)
1) Untuk menyakinkan Bani Israil atas kepemimpinan Thalut dan dia adalah pilihan Allah, Nabi Syamuel menyatakan bahwa salah satu tanda kebenaran apa yang dia katakan sekaligus tanda keabsahan kepemimpinan Thalut adalah adanya Tabut (kotak) dirumahnya.
2) Tabut adalah kotak penyimpanan Taurat, terbuat dari kayu yang dilapisi emas. Dahulu kotak ini diturunkan Allah kepada Nabi Adam ‘Alaihi Sallam, kemudian sampai ketannga Nabi Ayub ‘Alaihi Sallam. Dengan tabut ini, Bani Israil selalu dapat menyalahkan musuh yang mereka perangi. Suatu ketika tersebut durhaka dan maksiat sehingga Tabut itu bisa direbut dan diambil oleh musuh mereka yaitu bangsa Amalek, yaitu Jalut dan tentarannya.
3) Firman-Nya ,
فِيْهِ سَکِيْنَةٌ مِّنْ رَّبِّکُمْ
“Didalamnya terdapat ketenangan dari tuhan kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 248)
Maksud dari “ketenangan” pada ayat diatas adalah,
a) Ketenangan hati dalam mengatasi perselisihan tentang diangkatnya Thalut menjadi raja mereka. Ini mirip dengan firman Allah Subhanallahu Wa Ta’ala
فَاَ نْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَـتَهٗ عَلَيْهِ
“Maka Allah menurunkan ketenangannya kepadanya (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam)” (QS. At-Taubah [9]: 40)
b) Mereka merasa tenang dengan adanya Tabut disamping mereka, khususnya ketika mereka sedang berperang melawan musuh.
c) Ibnu Ahiyah berkata, “Di dalam Tabut terdapat beberapa peninggalan para Nabi, sehingga mereka merasa tenang dengannya.”
d) Firman-Nya,
وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ اٰلُ مُوْسٰى وَاٰ لُ هٰرُوْنَ تَحْمِلُهُ الْمَلٰٓئِكَةُ
“dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat." (QS. Al-Baqarah [2]: 248)
a) Yang dimaksud “Baqiyah” pada ayat di atas adalah peninggalan Nabi Musa dan Harun. Diantaranya beberapa papan yang berisi Taurat dan pecahannya, tongkat, sandal Nabi Musa dan sorban Harun.
b) Dahulu menyembah patung anak sapi, beliau marah dan membuang papan tersebut hingga sebagiannya pecah. Dan dikumpulkan pecahan tersebut didalam Tagut.
c) Malaikat membawa Tabut itu dari orang-orang Amaliq karena mereka membuangnya dan meletakkannya didaerah Bani Israil
5. Melewati Sungai
فَلَمَّا فَصَلَ طَا لُوْتُ بِا لْجُـنُوْدِ ۙ قَا لَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْکُمْ بِنَهَرٍ ۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِ نَّهٗ مِنِّيْۤ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِۢيَدِهٖ ۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ ۙ قَا لُوْا لَا طَا قَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَا لُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَا لَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ کَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً کَثِيْرَةً بِۢاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, "Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barang siapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan." Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, "Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya." Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, "Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah." Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 249)
1) Kata Thalut Fashala (yaitu keluar) bersama tentaranya yang berjumlah 80.000 menurut pendapat As-Suddi, dia berkata “Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan sungai.” Karena waktu itu mereka tidak membawa persediaan air kecuali hanya sedikit.
2) Thalut ingin menguji ketaatan pasukkannya dengan melewati sungai yeng berada antara Jordan dan Palestina. Pasukannya terbelah menjadi tiga :
a) Mereka yang sangat taat sehingga tidak meminumnya sama sekali
b) Mereka yang mengambil Rukhsah (keringanan) dengan mium darinya hanya seciduk
c) Mereka yang melanggar larangan Thalut dan minum dari sungai itu sebanyak-banyaknya.
Mereka yang taat dan yang meminum satu ciduk saja berjumlah sekitar 313 orang. Merekalah yang kemudian berperang melawan Jalut dan tentaranya.
3) Sebagian ulama mengambil pelajaran dari ayat diatas bahwa manusia didalam menghadapi dunia terbagi menjadi tiga :
a) Mereka yang meninggalkan kesenangan dunia untuk meraih kebahagiaan akhirat.
b) Mereka yang mengambil dunia banyak sekedarnya saja.
c) Mereka yang hanyut dalam kesenangan dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.
4) Diriwayatkan bahwa yang berangkat untuk berjihad bersama Thalut sekitar 80.000 orang, kemudian setelah melewati sungai jumlah mereka tinggal 4000 orang. Ketika bertemu dengan Jalut dan pasukannya yang berjumlah 100.000 orang, mereka takut dan gentar dengan tentara Jalut. Akhirnya dari 4000 orang yang lari dan mundur dari medan jihad sekitar 3687 orang, sehingga yang tersisa bersama Thalut dalam menghadapi Jalut tinggal. 313 orang kelompok kecil inilah yang mengatakan,
کَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً کَثِيْرَةً بِۢاِذْنِ اللّٰهِ
"Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah." (QS. Al-Baqarah [2]: 249)
5) Berkat Bara’ bin Azib, “Dulu kami berbicara tentang jumlah ahli badar seperti jumlah pasukan Thalut yang telah melewati sungai yaitu sekitar 313.000 orang. Tidak ada yang bisa melewati bersamanya kecuali orang yang beriman.
6) Firman-Nya,
وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَـالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَا لُوْا رَبَّنَاۤ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَا مَنَا وَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْکٰفِرِيْنَ
"Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah [2]: 250)
Inilah doa yang sangat agung dan oenting, khususnya ketika menghapadi masa-masa yang sulit. Apalagi sedang terdesak dan tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah doa ini mengandung tiga dasar penting
a) Memohon kesabaran
Hal itu, karena seseorang dalam keadaan yang terjepit dan tertekan oleh kekuatan yang sangat besar, didalam menghadapinya perlu kesabaran yang luar biasa. Tanpa kesabaran,seseorang akan lemah akhirnya pasrah dan kalah oleh karenanya disebutkan syarat kepemimpinan adalah kesabaran.
Allah berfirman,
وَ جَعَلْنَا مِنْهُمْ اَئِمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَ مْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْا ۗ وَكَا نُوْا بِاٰ يٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah [32] : 24)
b) Memohon keteguhan
Maksudnya memohon keteguhan hati dan kemantapan langkah ketika musuh menyerang. Kesabaran akan menumbuhkan keteguhan dan kemenangan. Salah satu doa besar adalah lari peperangan, yaitu ketika sudah berhadapan dengan musuh. Karena lari dari peperangan menyebabkan kekalahan. Sebaliknya, keteguhan menyebabkan kemenangan.
c) Memohon agar dimenangkan atas orang-orang kafir
Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kemenangan harus melalui beberapa tahapan diantaranya kesabaran, dan teguh hati didalam menghadapi musuh.
6. Nabi Daud dan Jalut
فَهَزَمُوْهُمْ بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَقَتَلَ دَاوٗدُ جَا لُوْتَ وَاٰ تٰٮهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ وَا لْحِکْمَةَ وَعَلَّمَهٗ مِمَّا يَشَآءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّا سَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَ رْضُ وَلٰـکِنَّ اللّٰهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ
"Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian, Allah memberinya (Daud) kerajaan, dan Hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam." (QS. Al-Baqarah [2] : 251)
1) Daud bin Isyai ada yang menyatakan Daud bin Zakaria bin Risywa dari keturunan Yahudza bin Ya’kub adalah seorang penggembalan kambing yang tidak punya pengalaman perang. Dia diutus ayahnya untuk melihat dan mencari berita tentang tiga atau enam saudaranya yang ikut rombongan pasukan Thalut. Daud adalah anak terkecildari tujuh bersaudara. Ketika Jalut menantang duel dari pasukan tahlut, tidak satu pun yang berani maju menghadapinya. Maka daud memberanikan diri menghadap dan meminta izin Thalut untuk melakukan duel dengan Jalut. Panglima bangsa Amalek yang paling kuat Thalut mengkhawatirkan keselamatannya dan meperingatkannya, tetapi Daud menjawab “Saya pernah membunuh seekor singa yang memangsa seekor kambing ayah saya. Selain singa itu juga ada seekor beruang. Dan saya membunuhnya pula.” Kemudian ia maju dan mengantongi lima butir intan dan memegang ketapelnya. Sesudah bicara dengan Jalut, Dawud membidiknya dengan sebutir batu intan yang tepat mengenai keningnya sehingga ia terjatuh. Dawud lantas mendekatinya, mengambil pedangnya dan memegang kepalanya. Bangsa Amaleh akhirnya kalah. Raja Thalut kemudian menikahkan Dawud dengan putrinya, Mikhal, dan menjadikannya panglima pasukan.
2) Firman-Nya,
وَاٰ تٰٮهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ وَا لْحِکْمَةَ وَعَلَّمَهٗ مِمَّا يَشَآءُ
“Dan Allah memberinya (Daud) kerajaan, dan Hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah [2] : 251)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan kepada Daud tiga hal :
a) Allah memberikan kepadanya kerajaan, yaitu kerajaan Thalut setelah Thalut menjadikan Daud sebagai menantunya.
b) Allah memberikan kepadanya kenabian yaitu setelah kenabian Syama’un.
c) Allah mengajarkan kepadanya beberapa hal :
(1) Cara membuat baju besi.
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman,
وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّـكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْ ۚ فَهَلْ اَنْـتُمْ شٰكِرُوْنَ
"Dan Kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperanganmu. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?" (QS. Al-Anbiya [21] : 80 )
(2) Mengajarinya bahasa burung.
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman,
عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ
“Kami telah diajari bahasa burung.” (QS. An-Naml [27] : 16)
(3) Mengajarkan cara memutuskan perkara dalam sengketa.
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman,
وَشَدَدْنَا مُلْكَهٗ وَاٰ تَيْنٰهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَا بِ
"Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan Hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara." (QS. Sad [38] : 20)
7. Hukum Keseimbangan.
وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّا سَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَ رْضُ
“Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini.” (QS. Al-Hajj [22] : 40)
1) Berkata Ibnu Katsin, “Maksudnya kalau saja Allah tidak membela suatu kaum dari serangan kaum yang lain, sebagaimana dia telah membela Bani Israil melalui penyerbuan Thalut dan keberanian Dawud, niscaya mereka akan binasa. Sebgaimana Allah subhanallahu wa Ta’ala berfirman,
ٱلَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَا رِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّاۤ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ۗ وَلَوْلَا دَ فْعُ اللّٰهِ النَّا سَ بَعْضَهُمْ بِبَـعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَا مِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ
"(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa." (QS. Al-Hajj [22] : 40)
2) Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang Allah jadikan sebagai penyebab terhindarnya kerusakan dimuka bumi ini?
Pendapat pertama, mereka adalah “Al-Abdal”, yang berjumlah 40 orang. Jika salah satu dari mereka meninggal dunia, akan diganti dengan yang lain. Ketika datang hari kiamat mereka akan mati semua. 40 orang tersebut yang 22 orng berada di Syam. Sedang yang 18 lainnya berada di Iraq.
Hal itu berdasarkan hadits Ali bin Abi Thallib disebutkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab “Nawadir Al-Ushul”Al-Abdal adalah para wali Allah pengganti para Nabi. Disebut Al-Abdal dari Badal yang artinya pengganti yaitu pengganti para nabi di dalam memperbaiki dunia dari kerusakan. Mereka termasuk dalam kategori para wali Allah.
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.”
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
“Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.” (HR. Imam Bukhâri)
Beberapa sifat Al-Abdal yang disebutkan di dalam dua hadits di atas,
a) Dengan perantara mereka Allah turunkan hujan, dan Allah menangkan umat Islam terhadap musuh-musuhnya, serta Allah hindarkan mereka dari segala marabahaya dan musibah.
b) Amalan mereka yang menonjol adalah berakhlak karimah, wara’ (berhati-hati) dari fitnah dunia, niatnya yang tulus, hati yang bersih dari kedengkian terhadap kaum muslimin, menasehati mereka semata-mata hanya mencari ridha Allah.
Pendapat kedua, mereka adalah tentara-tentara umat Islam, para mujahid dalam barisan pasukan islam. Tanpa mereka orang-orang kafir dan musyrik akan menguasai umat Islam dan membuat kerusakan di muka bumi.
Pendapat ketiga, mereka adlaah orang-orang islam yang shalih, kalau bukam karena mereka niscaya orang-orang kafir dan para pelaku maksiat akan dihancurkan Allah.
Di dalam hadits disebutkan,
لولا عباد لله تعالى ركع وصبية رضع وبهائم رتع لصب عليكم العذاب صبا ثم رص رصا
“Jika bukan karena hamba-hamba Allah yang sujud, bayi yang disusui, dan ternak yang merumput, niscaya ditimpakan siksaan atas kamu pada waktu muda, niscaya kamu akan merasa cukup dengan ridha”
3) Sebagian menyebuatkan bahwa Allah menghindarkan kenabian dari manusia dan kerusakan bumi ini dengan cara menjadikan kekuatan manusia seimbang. Kadang kedzaliman suatu kelompok dihalangi oleh kelompok lainnya. Begitu sebaliknya, sehingga masing-masing dari kelompok tersebut membuat perhitungan yang matang sebelum menyerang kelompok lain. Sehingga dunia selamat dari kerusakan. Inilah yang disebut dengan hukum keseimbangan. Wallahu ‘Alam.
Dan inilah yang dimaksud dengan firman-Nya,
ولكن الله ذو فضل على العالمين
“Tetapi Allah memberikan karunia-Nya terhadap alam semesta ini.”
4) Firman-Nya,
تِلْكَ اٰيٰتُ اللّٰهِ نَـتْلُوْهَا عَلَيْكَ بِا لْحَـقِّ ۗ وَاِ نَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
"Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan benar dan engkau (Muhammad) adalah benar-benar seorang Rasul." (Qs. al-Baqarah [2] : 252)
a) Ayat di atas sebagai penutup dari kisah Thalut dan Jalut. Dan menjelaskan bahwa didalam kisah tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keyakinan Allah bagi yang mau meneruskannya.
b) Berkata Al-Qurthubi “ Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Ayub Nya bahwa ayat-ayat yang lulus disebutkan diatas tidaklah ada yang mengetahuinya kecuali oleh Nabi dan Rasul.”
****
Jakarta, Ahad 13 Februari 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »