Karya Tulis
984 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 19) Bab ke-138 Agama di Sisi Allah adalah Islam


 

Agama di Sisi Allah adalah Islam

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”(QS. Ali Imran [3]: 19)

 

Pertama : Hakekat Agama.

1)      Kata (الدِّيْنَ) pada ayat di atas mempunyai banyak arti ketundukan, pembalasan, perhitungan. Ini mirip dengan firman Allah,

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

“Pemilik hari pembalasan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)

Banyak orang yang mengartikan (الدِّيْنَ) adalah agama. Maka pengertian agama adalah sebagai ketundukan dan kepatuhan terhadap ajaran ajaran Tuhan (yang diyakininya) serta menyakini bahwa amal perbuatannya di dunia akan di perhitungan pada hari kiamat dan dibalas, jika baik dibalas dengan pahala, dan jika buruk di balas dengan siksa.

2)      Ayat di atas menunjukkan bahwa satu-satu agama yang di ridhai di sisi Allah adalah Islam, bukan yang lainnya. Dan barangsiapa memeluk agama selain Islam, maka amalnya tertolak sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”(QS. Ali-Imran [3]: 85)

3)      Agama Islam di sini mencakup seluruh ajaran yang di bawa oleh seluruh nabi dan rasul. Sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka seluruh ajaran nabi sebelumnya telah dihapus dan diganti dengan ajaran dan syariat yang di bawa Nabi Muhammad. Oleh karenanya para pengikut Nabi Musa dan isa yang hidup setelah kdatangan Nabi Muhammad, jika masih mengikuti ajaran Nabi Musa dan Isa serta tidak beriman dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad, maka amalan mereka tertolak dan di akhirat dimasukkan ke dalam neraka. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi,

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi dan Nashrani, mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya (yaitu agama Islam, pent.), kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim no. 153)

4)      Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca ayat di atas dengan fathah pada (اِنَّ) menjadi (ان)

Yang berarti bahwa Allah, malaikat, dan orang-orang berilmu bersaksi bahwa agama yang di ridhai dan diterima di sisi Allah hanya Islam.

Kedua : Perpecahan Ahlul Kitab.

وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗ

“Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.”

1)      Tidaklah orang-orang yang diberi kitab (Ahlul kitab) dari kalangan Yahudi dan Nasrani berselisih diantara mereka kecuali karena dua hal,

a)      Setelah datang kepada mereka pengetahuan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul akhr zaman.

b)      Terdapat kedengkian diantara mereka sendiri karena kepentingan dunia.

2)      Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud ayat di atas bahwa orang-orang Nasrani berselisih seteah datang kepada mereka penjeasan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan Nabi Isa adalah seorang nabi dan rasul.

3)      Ayat di atas juga menunjukkan bahwa kedengkian dan perpecahan diantara umat Islam karena ada kepentingan dunia di balik itu.

4)      Firman-Nya,

وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

“Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Maksudnya bahwa setelah datang keterangan dan ilmu tentang kenabian Nabi Muhammad, kemudian mereka kafir terhadapnya, maka sesungguhnya Allah Maha Cepat  perhitungan-Nya.

 

Ketiga : Dialog Dengan Ahlul Kitab.

فَاِنْ حَاۤجُّوْكَ فَقُلْ اَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗوَقُلْ لِّلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْاُمِّيّٖنَ ءَاَسْلَمْتُمْ ۗ فَاِنْ اَسْلَمُوْا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚ وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِ

“Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, ‘Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.’ Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang buta huruf, ‘Sudahkah kamu masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.’” (QS. Ali-Imran [3]: 20)

1)      Ayat di atas memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengakhiri perdebatan dengan ahlul kitab jika mereka masih mendebat tentang ke-Esaan Allah dengan alasan yang dibuat-buat.

2)      Firman-Nya,

فَقُلْ اَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ

“katakanlah, ‘Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.’”

  1. Kata (وَجْهِي) artnya wajahku. Dan yang dimaksud denagan wajah disini seluruh tubuh, karena wajah mewakili anggota tubuh yang lain. Seseorang jika menanyakan orang lain tidak yang tidak hadir dalam pertemuan, dia akan mengatakan “ dia tidak kelihatan wajahnya.” Begitu juuga dengan jika wajah seseorang ditutup maka orang lain sulit untuk mengenalnya. Hal itu karena wajah adalah yang paling menonjiol dari sisi luar seseorang.
  2. Memasrahkan atau mengahdapkan wajah adalah istilah yang sudah popuer di dalam Al-Quran dan Sunnah diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, ”Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Anam [6]: 74)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar-Rum [30]: 30)

Di dalam hadits Al-Bara bin Azib bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا فُلَانُ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنَّكَ إِنْ مُتَّ فِي لَيْلَتِكَ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنْ أَصْبَحْتَ أَصَبْتَ أَجْرًا

Dari al-Barra' bin Azib berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hai fulan, jika engkau mendatangi kasurmu, maka panjatkanlah doa:

“Ya Allah, aku pasrahkan diriku kepada-Mu, dan kuhadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan berharap-harap cemas kepada-Mu, sesungguhnya tidak ada tempat bersandar dan tempat keselamatan selain kepada-Mu, saya beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan nabi-Mu yang Engkau utus).”

Maka sekiranya engkau meninggal di malam hari, maka engkau meninggal di atas fitrah, dan jika engkau bangun pagi harinya, maka engkau peroleh pahala."
(HR. Al-Bukhari, 6934)

3.      Kata (وَمَنِ اتَّبَعَنِ) “Dan orang-orang yang mengikutiku.” Menunjukkan bahwa di dalam beribadah dilakukan secara jamaah, tidak sendiri. karena pada dasar Islam ditegakkan secara berjamaah. Allah berfirman,

شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ

“Diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura [42]: 13)

Juga firman-Nya,

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imran [3]: 103)

  1. Ayat 20 dari surah Ali Imran di atas mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

         قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf [12]: 108)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad, tidak sendiri dalam berdakwah tetapi para pengikutnya juga berdakwah. Berarti berdakwah dilakukan secara berjamaah.

3)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقُلْ لِّلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْاُمِّيّٖنَ ءَاَسْلَمْتُمْ ۗ فَاِنْ اَسْلَمُوْا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚ

”Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang buta huruf, ‘Sudahkah kamu masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk,”

Ayat di atas memerintahkan Nabi Muhammad untuk membuka dialog kembali, dan memberikan kesempatan kepada dua kelompok sekaligus yaitu Ahlul Kitab dan Al-Ummiyun (orang-orang musyrikin) untuk berpasrah kepada Allah dengan masuk ke dalam agama Islam. Jika mereka masuk Islam berarti mereka mendapatkan hidayah dari Allah. Jadi masuk Islam itu hidayah dari Allah, bukan karena keinginan diri karena jika Allah tidak menggerakkan hatinya, dia tidak aka nada keinginan masuk Islam. Allah berfirman,

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”(QS. Al-Anam [6]: 125)

4)      Firman-Nya,

وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِ

“tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa tugas Rasul adalah menyampaikan, bukan memberikan hidayah karena hidayah ada di tangan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qasas [28]: 56)

Juga dalam firman-Nya,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut’, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).’” (QS. An-Nahl [16]: 36)

 

5)      Dalam sejarah disebutkan bahwa Rasulullah sangat semangat dalam mendakwahkan manusia agar masuk Isla. Diantaranya mengirim surat kepada para raja, dan kelompok kelompok manusia baik dari bangsa Arab maupun non Arab. Bahkan beliau sampai berdakwah kepada anak Yahudi yang pernah membantu Rasulullah, sebagaimana yang terdapat di dalam hadits Anas bin Malik bahwa :

  كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ

“Seorang remaja Yahudi yang pernah membantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jatuh sakit, maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjenguknya, dan duduk di dekat kepalanya, dan beliau mengatakan : “ Masuk Islamlah ! Maka anak tersebut menoleh kepada bapaknya yang juga sedang berada di dekatnya, maka Bapaknya mengatakan : “ Ikutilah ajakan Abu al-Qasim Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka anak tersebut masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar seraya bersabda : “ Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api  neraka.” ( HR. Bukhari,1356 )

****

Jakarta, Kamis 3 Maret 2022.

 

KARYA TULIS