Karya Tulis
627 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 23) Bab ke-140 Berhukum dengan Kitabullah


 

Berhukum dengan Kitabullah

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُدْعَوْنَ اِلٰى كِتٰبِ اللّٰهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلّٰى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ وَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ ٢٣

“Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memerhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) kitab (Taurat)? Mereka diajak (berpegang) pada kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka, kemudian segolongan dari mereka berpaling dan menolak (kebenaran).” (QS. Ali-Imran [3]: 23)

 

Pertama, sebab turunnya ayat

1)      Dari Ibnu abbas Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masuk kedalam al-Midrqas (Semacam sekolah Yahudi untuk mempelajari kitab Taurat) untuk menemui sekelompok orang Yahudi. Lalu beliau menyampaikan dakwah kepada mereka untuk masuk Islam. Lalu Nu’aim bin Amr’ dan Al-Harits bin Zaid berkata kepada beliau “ Agama apa yang engkau pegang wahai Muhammad? “Beliau berkata “Agama dan Syariat Ibrahim”. Mereka berdua berkata “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Yahudi”. Lalu beliau berkata “Kalau begitu, mari kita meminta hukum dari kitab Taurat yang sekarang ada diatanra kita” Namun mereka berdua menolak usulan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat ini (ali-Imran [ 3 } : 23-24)

Kedua, Mengetahui bagian dari Kitab

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ

“Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memerhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) kitab (Taurat)?

1)      Kata (اَلَمْ تَرَ) artinya “apakah engkau tidak melihat”, tetapi maksudnya disini adalah (apakah engkau tidak mengetahui) melihat disini bukan melihat benda, tetapi melihat peristiwa.

Pertanyaan ini bukan pertanyaan yang meminta jawaban, tetapi pertanyaan untuk mengungkapkan keheranan dan rasa aneh.

2)      Kata (نَصِيْبًا) artinya yang diberi bagian atau nasib. Kata nasib sudah menjadi bahasa Indonesia hasil serapan dari bahasa Arab. Adapun maksudnya dalam ayat ini adalah “Orang-orang yang diberi bagian ilmu dari Kitab Taurat”

3)      Ayat diatas menunjukan bahwa orang-orang Yahudi sangat mengetahui isi Kitab Taurat, tetapi mereka menyeleweng dari isi kitab tersebut.

Ketiga, Diajak untuk berhukum dengan kitab Allah

يُدْعَوْنَ اِلٰى كِتٰبِ اللّٰهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ

Mereka diajak (berpegang) pada kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka,

1)      Mereka diajak untuk berhukum dan memutuskan perkara-perkara yang mereka perselisihkan diantara mereka dengan kitab Allah yaitu Taurat, dimana mereka sudah mengetahui isinya.

2)      Sebagian mengatakan bahwa mereka diajak untuk mengikuti isi Taurat yang isinya, perintah untuk beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

3)      Pada ayat diatas disebutkan (Kitabullah) buku kitab yang ditangan mereka, karena yang ada di tangan mereka sudah dirubah, ditambahi dan dikurangi sehingga tidak asli lagi.

Keempat, Mereka berpaling dari Kitabullah

ثُمَّ يَتَوَلّٰى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ وَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ

 kemudian segolongan dari mereka berpaling dan menolak (kebenaran)

1)      Kata (فَرِيْقٌ) artinya sebagian “menunjukan bahwa sebagian dari mereka tidak berpaling, tetapi tetap memegang teguh isi Taurat, sehingga akhirnya mereka masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya

Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَمِنْ قَوْمِ مُوْسٰٓى اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ يَعْدِلُوْنَ ١٥٩

“Di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan (dasar) kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil)” (QS. Al-Ara’f [7]: 159)

 

2)      Ayat ini menjadi dalil wajibnya memenuhi ajakan untuk membawa masalah yang diperselisihkan kepada hakim muslim yang mau memutuskan perkara berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah. Dan dilarang berpaling dari ajakan tersebut.

Kelima, Diperdayakan oleh kebohongan

ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍ ۖ وَّغَرَّهُمْ فِيْ دِيْنِهِمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ ٢٤

“Demikian itu disebabkan bahwa mereka berkata, ‘Api neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hitungan hari saja.’ Mereka teperdaya dalam agamanya oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 24)

 

1)        Sebab berpalingnya mereka dari Kitabullah dan keengganan mereka untuk mengamalkan isinya, karena mereka berkeyakinan bahwa mereka tidak akan masuk neraka kecuali beberapa hari saja, kemudian setelah itu mereka akan masuk surga selamanya. Ini adalah keyakinan yang salah, sesat dan menyesatkan.

Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٨٠

“Mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-Baqarah [2]: 80)

 

2)        Oleh karena itu, mereka sudah tidak peduli lagi untuk melakukan berbagai maksiat, karena merasa ada jaminan dari Allah. Mereka pun berangan-anagn untuk bisa hidup dan bersenang-senang di dunia ini 1000 tahun lagi.

Sebagaimana Firman-Nya

وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ٩٦

”Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 96)

 

3)        Firman-Nya

وَّغَرَّهُمْ فِيْ دِيْنِهِمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ

Mereka teperdaya dalam agamanya oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.

Maksudnya bahwa mereka melakukan maksiat dan berpaling dari berhukum kepada Kitabullah, karena ‘terpedaya’ oleh kebohongan-kebohongan dalam agama yang selalu mereka buat-buat sendiri, seperti perkataan mereka,

“ Kami adalah anak-anak Allah dan para kekasih-Nya”

“ Kami tidak akan tersentuh api neraka kecuali hanya beberapa hari saja” dan perkataan bohong lainnya.

 

Keenam, Hari berkumpulnya semua manusia.

فَكَيْفَ اِذَا جَمَعْنٰهُمْ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِۗ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ٢٥

“Bagaimanakah (nanti) jika mereka Kami kumpulkan pada hari (Kiamat) yang tidak ada keraguan padanya dan setiap jiwa diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya tanpa dizalimi?” (QS. Ali-Imran [3]: 25)

 

1)      Ini adalah bentuk ancaman dari Allah bahwa mereka pasti, idak akan ada keragu-raguan lagi, akan dikumpulkan di padang mahsyar pada hari kiamat.

2)      Pada hari itu, hubungan nasab terputus, harta kekayaan dan anak-anak, kedudukan seseorang di dunia tidak akan memberi manfaat apapun.

Ini seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ ٨٨

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ ٨٩

“(Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak, Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syuara [26]: 88-89)

3)      pada hari itu, setiap jiwa akan diberi balsan dengan adil sesuai dengan apa yang diperbuat selama hidup di dunia, tanpa di kurangi sedikitpun.

Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

لَا يَسْبِقُوْنَهٗ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِاَمْرِهٖ يَعْمَلُوْنَ ٢٧

“Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya [21]: 27)

4)      dan pada hari itu akan didatangkan para Nabi dan para saksi untuk diputuskan secara adil dan mereka tidak dizhalimi sedikitpun

ini sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala

وَاَشْرَقَتِ الْاَرْضُ بِنُوْرِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتٰبُ وَجِايْۤءَ بِالنَّبِيّٖنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ٦٩

وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُوَ اَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُوْنَ ࣖ ٧٠

 

“Bumi (padang Mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya Tuhannya, buku (catatan amal) diberikan (kepada setiap orang), para nabi dan para saksi pun dihadirkan, lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil dan mereka tidak dizalimi, Setiap jiwa diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia paling tahu tentang apa yang mereka lakukan.” (QS. Az-Zumar [39]: 69-70)

 

****

Jakarta, Jumat 4 Maret 2022

 

 

 

KARYA TULIS