Karya Tulis
587 Hits

Tafsir An-Najah (QS. 3: 26) Bab ke-141 Kekuasaan Allah pada Kehidupan


Kekuasaan Allah pada Kehidupan Manusia

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٦

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali-Imran [3]: 26)

 

Pertama, Sebab turunnya ayat

1)      Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu dia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah berhasil menguasai kota Mekkah dan menjanjikan kepada umat beliau bahwa kerajaan Romawi dan Persia akan berhasil mereka kuasai juga, lalu orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi berkata “Jauh sekali, bagaimana Muhammad akan bisa menguasai kerajaan Romawi dan Persia? Mereka bangsa Romawi dan Persia jauh lebih kuat dan tangguh dari apa yang diperkirakan. Tidaklah Muhammad merasa cukup dan puas telah menguasai Mekkah dan Madinah hingga ia juga ingin menguasai kerajaan Romawi dan Persia? “Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat ini. (ali-Imran 26-27)

Kedua, Tujuan turunnya ayat

1)      Ayat ini diturunkan untuk menghibur sekaligus membimbing Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang menghadapi sikap orang-orang musyrik, orang-orang Yahudi dan Nashrani yang mengingkari dan menentang dakwah beliau.

Orang-orang musyrik tidak mau menerima dan mengakui kenabian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, seorang laki-laki biasa yang memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar, sedangkan Ahlul Kitab, terutama Yahudi tidak mau mengakui kenabian beliau karena beliau bukan keturunan Bani Israel.

2)      Ayat diatas selain untuk menghibur dan membimbing Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Juga sebagai salah satu bentuk kesyukuran kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir. Hal itu, karena Allah telah mengalihkan kenabian dan Bani Israel kepada Nabi yang berkebangsaan Arab, dari suku Quraisy di Mekkah sekaligus sebagai penutup Nabi dan Rasul, diutus kepada seluruh manusia dan jin.

Ketiga, Allah pemilik kerajaan

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki”

1)      Ayat ini menunjukan perintah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk berdoa dengan doa seperti diatas. Perintah ini mencakup perintah untuk umatnya juga.

Doa yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an adalah doa terbaik yang semestinya setiap muslim untuk menghafalkan dan mengucapkannya setiap saat. Selain berpahala dengan membacanya, doa ini mengajarkan hal-hal yang paing penting untuk kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat.

2)      Kata (مٰلِكَ الْمُلْكِ) “Pemilik kerajaan” menunjukan kekuasaan Allah yang begitu luas dan tanpa batas yang mencakup kerajaan langit dan bumi.

Ayat lain yang menguatkan hal itu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ ١

“Mahaberkah Zat yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS.Al-Mulk [67]: 1)

 

3)      Allah lah yang meberikan kekuasaan kepada yang dikehendaki “artinya penguasa dunia sejak zaman dahulu seperti Raja Namrud, Fir’aun, Bukhtashar, kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, Kerajaan Persia dan Romawi sampai zaman sekarang, seperti Uni Soviet (Rusia) dan Amerika serikat, semuanya adalah pemberian Allah. Hal ini dikuatkan dengan doa Nabi Sulaiman yang disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ ٣٥

“Dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi’” (QS. Shad [38]: 35)

 

Ayat ini menunjukan juga bahwa kerajaan Nabi Sulaiman adalah pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala

4)      Allah juga mencabut kerajaan dari seseorang.

Firman-Nya

وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ

“dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki”

  1. Diantara contohnya adalah Allah mencabut kekuasaan Namrud, dengan mengirim seekor nyamuk yang masuk ke dalam hidungnya kemudian kedalam otaknya. Dia merasakan kepalanya kesakitan sekali dan menderita selama 40 hari kemudiam meninggal.
  2. Allah mencabut kekuasaan Fir’aun dengan menggelamkannya ke laut dan diselamatkan badannya hingga bisa di ambil pelajaraan oleh banyak orang sampai sekarang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ ࣖ ٩٢

“Pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah kamu. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar lengah (tidak mengindahkan) tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS.Yunus [10]: 92)

 

  1. Allah mencabut kekuasan Romawi dan persia pada zama Umar bin al-Khattab.

 

5)      Allah memuliakan seseorang

Firman-Nya

وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ

“Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki”

  1. Allah memuliakan Nabi Ibrahim ketika diselamatkan dari kobaran api Raja Namrud dan menghinakan Raja Namrud.
  2.  Allah memuliakan Nabi Yusb ketika dihinakan Zulaikha dan menghinakan       Zulaikha ketika segala hartanya dan jabatannya musnah.
  3.  Allah memuliakan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menghinakan Abu Lahab yang mana karena terkena sakit kulit yang sangat menjijikan, sehingga Istri, anak dan hartanya tidak memberi manfaat kepadanya. Mereka meninggalkan Abu Lahab mati sendirian. Dimana tidak ada yang mengurusinya.

 

6)      Salah satu ayat yang menunjukan bahwa Allah memuliakan seseorang dan menghinakan lainnya adalah firman Allah

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٨

“Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun [63]: 8)

 

Ayat diatas turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay bin Salul (pemimpin orang-orang munafik) dan para pengikutnya yang ingin menghinakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan mengahalanginya masuk kota Madinah tapi justru yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul terhina karena diancam oleh anaknya sendiri yang sudah muslim, sehingga tidak bisa masuk kota Madinah kecuali dengan iin Rasulullah Shalllallahu Alaihi wa Sallam. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٨

“Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun [63]: 8)

 

Keempat, Ditangan Allah segala kebaikan

Firman-Nya

بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Ada beberapa penafsiran tentang ayat “Ditangan Engkaulah segala kebaikan”

1)      Didalam ayat ini hanya disebut “Kebaikan (Al-Khair), padahal kebaikan dan kejelekan semuanya atas kuasa dan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini karena tema besar dalam surat Ali-Imran, terutama pada ayat-ayat ini adalah pemindahan jabatan “Kenabian” dari Bani Israel kepada orang-orang Quraisy (Nabi Muhammmad Shallallahu Alaihi wa Sallam).

            Pemindahan ini mengandung kebaikan bagi alam semesta.

2)      Pemberian kekuasaan kepada seseorang dan pencabutan kekuasaan dari seseorang semuanya mengandung hikmah dan kebaikan bagi orang yang bersangkutan atau bagi orang lain atau bagi masyarakat umum.

3)      Allah menciptakan alam semesta ini tujuannya untuk kebaikan, bukan untuk kejelekan atau suatu madharat, sebagaimana firman-Nya

اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ ١١٥

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ ١١٦

 

“Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?, Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya. Tidak ada tuhan selain Dia, pemilik ‘Arasy yang mulia.” (QS. Al-Mukminun [23]: 115-116)

 

Ini dikuatkan dengan firman-Nya

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ١٩١

“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-Imran [3]: 191)

 

4)      kadang seseorang mendapatkan keburukan secara lahir, seperti sakit, hilang kerja, terkena musibah, kecelakan, masuk penjara, jatuh kedalam sumur, atau bahkan kematian sekalipun, tetapi dibalik itu terdapat hikmah dan kebaikan di sisi Allah. Seperti yang menimpa Nabi Yusuf Alaihi sallam, ketika beliau dimasukan ke dalam sumur, dijual di pasar sebagai budak, difitnah dan dimasukan penjara selama puluhan tahun lamanya, ternyata sesuatu yang jelek secara lahir membawanya kepada kebaikan berupa diangkatnya beliau sebagai penguasa mesir dan dengan kekuasaan tersebut, beliau mampu menyebarkan keadilan keselurh rakyat mesir dan menyelamatkan mesir dan krisis ekonomi dan krisis pangan yang berkempanjangan.

5)      Pada ayat tersebut hanya disebutkan “Ditangan Engkau lah segala “Kebaikan” hal itu karena kejelekan tidak dihisbatkan kepada Allah. Ini sesuai dengan hadits Ali bin Abu Thalib.

والشر ليس إليك

            “…dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu.” [HR. Muslim].

6)      Oleh karenanya ketika Nabi Ibrahim berdoa tidak menisbatkan kepada Allah keburukan Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,

الَّذِيْ خَلَقَنِيْ فَهُوَ يَهْدِيْنِ ۙ ٧٨

وَالَّذِيْ هُوَ يُطْعِمُنِيْ وَيَسْقِيْنِ ۙ ٧٩

وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ ۙ ٨٠

“(Allah) yang telah menciptakanku. Maka, Dia (pula) yang memberi petunjuk kepadaku, Dia (pula) yang memberiku makan dan minum, Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syua’ra [26]: 78-80)

 

Pada ayat diatas Nabi Ibrahim menisbatkan kepada Allah 5 kebaikan

a. Menciptakan.

b. Memberikan hidayah.

c. Memberikan makan.

d. Memberikan minum.

e. Menyembuhkan seseorang dari penyakit

 

Disisi lain Nabi Ibrahim menisbatkan satu keburukan secara lahir kepada dirinya sendiri, yaitu “Jika saya sakit” . Beliau tidak mengatakan “Jika Allah menimpakan kepada saya sakit”

7)      Ini dikuatkan dengan doa Nabi Ayub Alaihi Sallam, sebagiaman di dalam firman-Nya

۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ ٨٣

“(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya [21]: 83)

 

Pada Ayat ini Nabi Ayyub mengatakan “(Ya Allah) saya ditimpa penyakit” beliau tidak mengatakan “Allah menimpakan kepadaku penyakit”

Bahkan beliau jelaskan lagi di ayat lain, Nabi Ayyub Alaihi Sallam menisbatkan penyakit tersebut kepada Syetan, sebagiaman firman-Nya

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ ٤١

“Ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan dengan penderitaan dan siksaan (rasa sakit).” (QS. Shad [38]: 41)

 

8)      Nabi Yusuf Alaihi Sallam ketika dipertemukan oleh Allah dengan seluruh keluarganya beliau berkata kepada bapaknya (Nabu Ya’kub Alaihi Sallam ) sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تُؤْمِنَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ ١٠٠

“Tidak seorang pun akan beriman, kecuali dengan izin Allah dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak mau mengerti.” (QS. Yunus [10]: 100)

 

Pada ayat di atas Nabi Yusuf menisbatkan 6 kebaikan kepada Allah yaitu,

a. Membuat mimpinya menjadi kenyataan.

b. Berbuat baik kepadanya.

c. Mengeluarkannya dari penjara.

d. Mendatangkan keluarganya ke Mesir.

e. Membuat lembut kepadanya.

f. Maha mengetahui dan Bijaksana

 

Disisi lain Nabi Yusuf menisbatkan satu keburukan kepada syetan dengan berkata “Setelah setan merusak hubungan anatara aku dan saudara-saudaraku”

Dan contoh-contoh lain dalam Al-Qur’an dan Hadits sangat banyak

.

****

Jakarta, Sabtu, 5 Maret 2022

 

 

KARYA TULIS