Karya Tulis
619 Hits

Tafsir An-Najah (QS. 3: 39-41) Bab ke-149 Sifat-sifat Nabi Yahya


 

Sifat-sifat Nabi Yahya

فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ٣٩

“Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, teladan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.“ (QS. Ali-Imran [3] : 39)

 

 

Pertama: Banyak Beribadah

1)      Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memerintahkan malaikat untuk memberikan kabar gembira ini kepada wali Zakaria yang waktu itu sedang berada sendiri dimihrab melaksanakan shalat.

2)      Para ulama berbeda pendapat malaikat yang diutus untuk memberi kabar gembira kepada Nabi Zakaria. Sebagaimana mengatakan bahwa yang memanggil dan menyampaikan adalah banyak malaikat, karena didalam didalam ayat disebabkan (ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ) artinya banyak malaikat.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa memanggil Nabi Zakaria adalah hanya malaikat Jibril saja. Karena walaupun disebut malaikat tetapi maksudnya satu malaikat saja. Ini seperti didalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

 

يُنَزِّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ بِٱلرُّوحِ مِنۡ أَمۡرِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦٓ أَنۡ أَنذِرُوٓاْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱتَّقُونِ ٢

“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan pemerintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.” (QS. An-Nahl [16] : 2)

Maksud (ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ) pada ayat diatas adlah malaikat Jibril saja, bukan yang lainnya.

3)      Firman-Nya

وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ

“ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab.” (QS. Ali-Imran [3] : 39)

 

a)      Ayat diatas menunjukkan bahwa Nabi Zakaria banyak beribadah kepada Allah, terutama salat. Seseorang yang banyak melakukan shalat dan berkha’wat dengan Allah, berzikir, memuji, dan mengagungkan Allah maka akan didekati malaikat dan diberikan kabar gembira. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fussilat [41] : 30)

b)      Ayat diatas juga menunjukkan bahwa Nabi Zakaria shalat dalam keadaan berdiri, sebagaimana dalam ajaran agama Islam bahwa berdiri adalah salah satu rukun salat. Jika ditinggalakan tanpa ada udzur, maka salat seseorang tidak dianggap sah. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa sebaik-baik salat adalah dengan panjangnya berdiri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam jika salat tahajud berdirinya panjang sampai kedua telapak kakinya bengkak karena panjangnya berdirinya beliau.

 

Kedua: Kelahiran Nabi Yahya

Firman-Nya

أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ

“Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya.” (QS. Ali-Imran [3] : 39)

1)      Ayat diatas menunjukkan anjuran memberi kabar gembira dengan kelahiran anak. Dan ini bisa ditunjukkan kepada orang tuanya akan ditunjukkan kepada orang lain.

2)      Sekaligus menujukkan bahwa anak adalah karunia Allah yan harus disyukuri tidak boleh dikufuri atau menampakkan kekecewaan pada raut wajah dengan kelalaian anak, walau yang lahir adalah anak perempuan, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Musyrikin. Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman :

 

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلۡأُنثَىٰ ظَلَّ وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدّٗا وَهُوَ كَظِيمٞ ٥٨ يَتَوَٰرَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦٓۚ أَيُمۡسِكُهُۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمۡ يَدُسُّهُۥ فِي ٱلتُّرَابِۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ ٥٩ 

“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah {58}. Dia sembunyikan dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya de dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu {59}.” (QS. An-Nahl [16] : 58-59)

 

Hal ini juga disebutkan dlam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحۡمَٰنِ مَثَلٗا ظَلَّ وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدّٗا وَهُوَ كَظِيمٌ ١٧

“Dan apabila salah seorang di antara mereka ddiberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena menahan sedih (dan marah).” (QS. Az-Zukhruf [43] : 17)

3)      Adapun arti Yahya adalah yang hidup. Hikmah dinakan Yahya adalah sebagai berikut

a)      Sebagai isyarat bahwa anak akan hidup dengan kehidupan abadi, karena akan mati syahid dan orang yang mati syahid hakikatnya masih hidup mendapatkan rezeki dari Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman

وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ

“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yanng terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah [2] :154)

وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ ١٦٩

“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki.” (QS. Ali-Imran [3] : 169)

b)      Sebagai isyarat bahwa arah ini akan hidup dan berkembang sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

c)      Sebagai isyarat bahwa arah ini akan beramala dengan amal shaleh maka kebaikannya akan selalu dikenang sepanjang masa. Walau dia sudah meninggal dunia.

d)      Berkata Qatadah : diberi nama Yahya karena Allah menghidupkannya dengan keimanan dan kenabian.

e)      Karena melalui perantara Nabi Yahya, Allah menghidupkan manusia dengan hidayah.

f)       Karena melaluinya Allah menghidupkan kembali rahim ibunya.

 

Ketiga: 4 Sifat Nabi Yahya

مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, teladan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.“ (QS. Ali-Imran [3] : 39)

 

Empat sifat Empat sifat Yahya pada ayat diatas adalah sebagai berikut :

1)         مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ

Nabi Yahya adalah orang pertama yang beriman dan membenarkan Nabi Isa ‘Alaihi Sallam yang dikenal dengan ‘kalamullah’, karena diciptakn dengan kalimat ‘Kun’ tidak dengan cara alami yang melalui perantara ayah dan ibu. Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi Yahya dan Nabi Isa adalah saudara seperti diceritakan bahwa ketika Maryan mengandung Isa, saudari Maryam yang merupakan isrti Zakaria juga mengandung Yahya.

 

2)      سَيِّدٗا

Ada beberapa penafsiran tentang makna sayid :

a)      Seorang pimpinan bagi kaumnya.

b)      Panutan dalam ilu dan ibadah.

c)      Santun dan penuh ketaqwaan.

d)      Orang yang tidak pernah dikendalikan oleh amarah.

e)      Orang yang selalu menggungguli diatas teman-temannya dalam segala hal.

 

Berkata al-Qurthubi, “ayat ini sebagai dalil kebolehan seseorang memberi nama dorang dengan “Sayid” sebagaimana dibolehkan memberinya nama “Aziz” atau “Karim”. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda kepada orang-ornag Anshar untuk menghormati Sa’ad bin Mu’adz pimpinan mereka.

قوموا إلى سيدكم

“Berdirilah untuk menghormati pemimpin kalian.”

3)      حَصُورٗا

Hashur asla katanya adalah al-Hashr artinya al-Habs (menahan) didalam al-Quran disebutkan

وَجَعَلۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَٰفِرِينَ حَصِيرًا ٨ 

“Mudah-mudahan Tuhan kamu melimpahkan rahmat kepada kamu, tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Dan Kami jadikan Neraka Jahanam penjara bagi orang kafir.” (QS. Al-Isra’ [17] : 8)

 

Para ulama berbeda pendapat didalam menafsirkan “Hashur” dalam ayat ini :

a)      Nabi Yahya adlah orang yang menjaga nafsunya dari wanita, padahal beliau mampu untukmelakukannya karena ingin menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak baik. Inilah adlah penafsiran yang tebaik karena Allah menyebut sifat “Hashur”  dalam konteks pujian, hal itu karena bisa menahan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.

b)      Maksudnya adalah yang menjaga dirinya dari baik. Melakukan hal-hal yang tercela.

c)      Maksudnya adalah perang yang diperihara dari perbuatan dosa.

Sifat ini khusus bagi Nabi Yahya tetapi secara umum didalam syariat Islam, bahwa menikah jauh lebih baik daripada tidak menikah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mempunyai banyak istri. Walaupun demikian beliau tidak melupakan kewajibannya terhadap Allah. Bahkan dengan banyaknya istri dan anak-anak amal ibadah dan pahalanya bertambah banyak dengan mendidik dan memberikan nafkah kepada mereka. Bahkan lahirnya Nabi Yahya adalah hasil dari pernikahan Nabi Zakaria dengan istrinya.

4)      وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Nabi dari kalangan orang-orang shalih.”

a)      Ini adalah kabar gembira kedua, yaitu pengangkatan Yahya sebagai Nabi. Adapun berita gembira pertama adlaah berita kelahiran Yahya. Berita kedua ini lebih tinggi kedudukannya daripada berita gembira yang pertama.

b)      Dua berita gembira dalam satu waktu ini juga dialami oleh ibunya Nabi Musa. Yaitu ketika Nabi Musa yang masih bayi dikembalikan kepadanya dan sekaligus pemberitahuan bahwa dia diangkat menjadi Nabi.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala  berfirman

إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيۡكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ٧ 

“sesungguhnya Kami akan mengembalikannnya kepadamu, dan menjadikannya slah seorang Rasul.” (QS. Al-Qasas [28] : 7)

 

Keempat: Mandul dan Lanjut Usia

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَقَدۡ بَلَغَنِيَ ٱلۡكِبَرُ وَٱمۡرَأَتِي عَاقِرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ ٤٠ 

“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dia kehendaki.” (QS. Ali-Imran [3] : 40)

 

1)      Nabi Zakaria sangat heran dengan berita gembira bahwa dia akan mempunyai anak. Kebenarannya didasarkan pada kebiasaan dalam kehidupan manusia yang selama ini beliau lihat :

a)      Beliah sudah lanjut usia atau dengan bahasa al-Qur’an bahwa usia lanjut itu yang menemuinya atau melampauinya. Artinya bahwa usia tua (lanjut) bukan kehendaknya, tetapi kehendak Allah. Ini dikuatkan dengan firman Allah,

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا ٤

“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (Qs. Maryam [19] : 4)

b)      Istrinya mandul

2)      Disini Nabi Zakaria mengungkapkan kelemahannya terlebih dahulu, bahwa penyebab tidak punya anak. Karena usianya sudah lanjut usia. Ini adalah akhlak seorang Nabi dan orang-orang yang mulia. Berbeda dengan akhlak orang-orang sekarang. Jika suami istri tidak dikunjung dikaruniai anak, padahal pernikahan mereka sudah berjalan beberapa tahun lamanya, masing-masing dari suami atau istri menuduh bahwa penyebabnya adalah suaminya atau istrinya, bukan dirinya.

قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ

Inilah jawaban Allah, bahwa hukum alam dibawah kendali Allah. Dia bisa merubahnya kapan saja sesuai yang Dia kehendaki.

 

Kelima: Bahasa Isyarat

ﵟقَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزٗاۗ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ كَثِيرٗا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ ٤١ﵞ 

“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman, “Tanda bagimu adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia delama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbilah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.” (QS. Ali-Imran [3] : 41)

 

1)      Mendengar berita gembira yang disampaikan malaikat bahwa dia akan mempunyai anak padahal sudah lanjut usia, Nabi Zakaria meminta kepada Allah suatu tanda bahwa hal itu benar-benar akan terjadi.

2)      Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi permintaan Nabi Zakaria agar Allah memberikan kepadanya suatu “Tanda”

Pendapat pertama, bahwa permintaan ini dianggap hal yang kurang tepat oleh Allah, maka Allah memberikan sanksi kepadanya berupa ketidakmampuan berbicara kepada orang lain selama tiga hari, walaupun beliau tetap bisa berzikir, bertasbih dan membaca Taurat.

Pendapat kedua,  bahwa permintaan Nabi Zakaria agar Allah mendatangkan “Tanda” tentang kelahirang anaknya. Bukanlah suatu dosa yang harus diberi sanksi, tetapi permintaan untuk menambah ketenangan hati agar bisa lebih bisa bersyukur. Atau memohon tambahan nikmat setelah mendapatkan nikmat berupa kabar gembira akan kelahiran anak.

3)      Ini mirip dengan permintaan Nabi Ibrahim kepada Allah diperlihatan bagaimana Allah menghidupkan sesuatu yang sudah mati. Bukan karena Nabi Ibrahim tidak beriman dan percaya kepada kemampuan Allah, tetapi untuk menambah keyakinan dan keimanannya kepada Allah. Sebagaimana disebutkan didalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِـۧمُ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَلَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ قَالَ فَخُذۡ أَرۡبَعَةٗ مِّنَ ٱلطَّيۡرِ فَصُرۡهُنَّ إِلَيۡكَ ثُمَّ ٱجۡعَلۡ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٖ مِّنۡهُنَّ جُزۡءٗا ثُمَّ ٱدۡعُهُنَّ يَأۡتِينَكَ سَعۡيٗاۚ وَٱعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٢٦٠ 

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" Dia (Ibrahim) menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)." Dia (Allah) berfirman, "Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah [2] : 260)

4)      Ayat diatas juga menujukkan bahwa isyarat (رَمۡزٗاۗ ) bisa mewakili perkataan. Jika ada suami yang bisa kemudian menceraikan istrinya dengan isyarat, maka cerainya sah. Didalam kitab shahihnya, al-Bukhari menulis suatu bab yang berjudul (Bab : Isyarat didalam menceraikan dan urusan-urusan lain). Begitu juga jika seseorang sakit dan tidak bisa melatunkan apa-apa kecuali memberikan isyarat dengan kedipan mata atau gerakan bibir, maka dia tetap berkewajiban mengerjakan salat fardhu dengan menggunakan isyarat.

5)      Sebagai pengganti bicara kepada orang lain, Allah perintahkan Nabi Zakaria untuk diwaktu pagi dan petang. Kata (  وَسَبِّح  ) artinya bertasbihlah, mensucikan Allah dari segala bentuk kekurangan. Maksudnya disini adalah melatukan salat karena didalam salat seseorang diperintah bertasbih didalam ruku’ dan sujud. Dan salat sendiri mengandung pensucian Allah dari segala kekurangan.

6)      Salah satu pelajaran yang bisa diambil dari ayat diatas adalah seseorang ketika menghadapi banyak masalah atau problematika hidup atau ketika terjadi musibah, ujian, dan bencana hendaknya banyak berdzikir, bertasbih, mengucapkan kalimat tauhid, memperbanyak bacaan al-Qur’an dan salat-salat sunnah. Serta menghindari banyak bicara dengan orang lain dalam masalah-masalah dunia.  Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala

فَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ قَبۡلَ طُلُوعِ ٱلشَّمۡسِ وَقَبۡلَ غُرُوبِهَاۖ وَمِنۡ ءَانَآيِٕ ٱلَّيۡلِ فَسَبِّحۡ وَأَطۡرَافَ ٱلنَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرۡضَىٰ ١٣٠ 

“Maka sabarka engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbenam, dan bertasbikah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang.” (Qs. Taha [20] : 130)

 

Allah Suhanahu Wa Ta’ala juga berfirman,

وَلَقَدۡ نَعۡلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدۡرُكَ بِمَا يَقُولُونَ ٩٧ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٩٨ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ ٩٩

“Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan {97}. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (sholat) {98}. Dan sembahlan Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu {99}.” (QS. Al-Hijr [15] : 97-99)

 

****

 

Jakarta, Ahad 13 Maret 2022

 

KARYA TULIS