Karya Tulis
518 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:113) Bab ke-170 5 Sifat Ahlul Kitab Yang Beriman


5 Sifat Ahlul Kitab Yang Beriman

 

لَيْسُوْا سَوَاۤءً ۗ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اُمَّةٌ قَاۤىِٕمَةٌ يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ - ١١٣

"Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (salat)."  

(QS. Ali-Imran [3] : 113)

Pertama : Sebab Turunnya Ayat

1)      Ayat ini menjelaskan bahwa sebagian Ahlul Kitab terdapat orang-orang yang baik, mereka mengikuti apa yang ada di dalam kitab mereka tentang kebenaran kenabian Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka beriman kepadanya dan memeluk agama Islam. Jadi tidak sama antara Ahlul Kitab yang mendustkan Nabi Muhammad dan Ahlul Kitab yang beriman kepadanya.

2)      Ibnu Abbas Radiyallahu 'Anhu, Ia berkata : "Tatkala Abdullah bin Salam, Tsalabah bin Sa'nah, Asid bin Sa'nah, Asad bin Ubaid masuk Islam dan beberapa orang dari kaum Yahudi yang masuk Islam bersama mereka, lalu mereka beriman membenarkan dan berusaha mmembuat orang lain senang untuk masuk Islam, maka para pendeta Yahudi dan orang-orang kafir dari kaum Yahudi berkat, "Tidak beriman kepada Muhammad dan mengikutinya kecualai orang-orang yang jelek dan hina diantara kami. Maka tentunya mereka tidak akan meninggalkan agama nenek moyang mereka untuk memeluk agama yang lain." Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat ini.

Kedua : 5 Sifat Ahlul Kitab Yang Beriman

Ayat ini dan berikutnya menerangkan 5 sifat ahlul kitab yang beriman

Sifat pertama  : membaca al-quran di malam hari

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ

" Mereka membaca ayat-ayat Alalh di malam hari "

1)      Membaca Al-Quran di malam hari lebih terkesan di dalam hati disbanding membaca Al-Qur'an pada siang hari. Karena malam hari suasana sepi, kebanyak orang sedang tidur (istirahat), tiidak terdapat aktifitas manusia yyang berarti, sehingga hati mudah terbawa untuk khusyu' dan tersentuh nasehat-nasehat di dalam Al-Qur'an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ - ٦

"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan." (QS. Muzammil [73] : 6)

2)      Membaca Al-Qur'an disini tidak terbatas membaca saja, tetapi membaca dengan mentadaburinya dan mengamalkan isinya. Hal itu karena kata (  (يَتْلُوْنartinya tilawatul Qur'an. Sedangkan tilawah sendiri mengandung dua makna :

a)      Mengikuti bacaan Al-Qur'an dengan bacaan berikutnya, setiap mengkhatamkan Al-Qur'an, dia melanjutkannya dengan khataman berikutnya.

b)      Mengikuti bacaan Al-Qur'an dengan pengamalan di dalm kehidupan sehari-hari.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَه حَقَّ تِلَاوَتِه اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِه ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِه فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ - ١٢١

"Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Baqarah [2] : 121)

Sifat kedua : mereka memmperbanyak shalat dan sujud

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ

"Dan mereka (juga) bersujud (salat)."

1)      Sujud pada ayat ini maksudnya adalah melakukan shalat. Disebut sujud disini karena sujud adalah salah satu rukun shalat yang penting.

2)      Memperbanyak sujud adalah salah satu jalan yang mengantarkan seseorang ke surga. Did alam hadits Rabi'ah bin Ka'abb Al-Aslami Radiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata,

كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

"Saya bermalam bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga -dia berkata, 'Atau dia selain itu'. Aku menjawab, 'Itulah yang dia katakan-maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'." (HR. Muslim )

3)      Sujud adalah posisi terdekat antara hamba dengan Rabbnya, didalamnya diperintahkan untuk memperbanyak do'a. di dalam hadits disebutkan,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

"Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa." (HR Muslim).

Sifat ketiga : Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ - ١١٤

"Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh." (QS. Ali-Imran [3] :114)

1)      Ini sifat yang berhubungan dengan hati, yaitu beriman dan yakin kepada Allah bahwa Dia satu-satunya Illah (Tuhan) yang berhak disembah. Mereka juga beriman kepada hari akhir termasuk di dalamnya yakin dengan datangnya hari kiamat, azab kubur, hari kebangkitan, Shirath (jemabtan) surga dan neraka.

2)      Iman kepada Allah dan hari akhir adalah ringkasan atau kesimpulan dari rukun iman yang enam. Ini mirip dengan firman Allah Subahanahu wa Ta'ala,

 لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ - ١٧٧

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2] : 177)

Sifat keempat : Beramal ma'ruf dan Nahi Munkar

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

"Menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar"

-      Inilah ciri khas umat Islam sebagaimana yang sudah dijelaskan pada ayat 104 dari surat Ali-Imran

-      Sifat-sifat sebelumnya berhubungan dengan amalan hati dan amalan anggota badan di malam hari yang berhubungan dengan Allah (hubungan vertical). Adapun Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar berhubungan dengan masyarakat (hubungan horizontal).

Sifat kelima : Bersegera Dalam Kebajikan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ

"Dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan."

1)      Di dalam surah Al-Mukminun, akal meneruskan penegrtian orang-orang yang berse gera di dalam mengerjakan kebajikan. Allah berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ ۙ – ٥٧ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ ۙ – ٥٨ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ ۙ – ٥٩ وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ ۙ – ٦٠ اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ - ٦١

"Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya." (QS Al-Mukminun [23] :57-61)

Jadi ciri-ciri orang yang bersegera dalam menegrjakan kebajikan menurut ayat-ayat di atas adalah,

a)      Mereka takut kepada adzab Tuhan.

b)      Mereka beriman dengan tanda-tanda (kekuasaaan) Allah.

c)      Meeka tidak mensyirikan Tuhannya.

d)      Mereka bersedekah dengan rasa takut (kalau sedekahnya tidak diterima).

e)      Mereka yakin akan kembali kepada Tuhannya.

2)      Bersegera dalam mengerjakan kebajikan adalah penyebab dikabulkannya do'a dan sifat para nabi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَاسْتَجَبْنَا لَه  ۖوَوَهَبْنَا لَه يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَه زَوْجَه اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ - ٩٠

"Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS.Al-Anbiya' [21] : 90)

3)      Salah satu kebajikan yang harus segera dikerjakan dan diraih adalah memohon ampun dan beristigfar atas segala dosa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ - ١٣٣

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa," (QS. Ali-Imran [3] : 133)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِه ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ - ٢١

"Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul" (QS. Al-Hadid [57] : 21)

Ketiga : Mereka Orang-Orang Shalih

Firman-Nya,

وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

"Mereka termasuk orang-orang yang shalih"

1)      Beberapa nabi disifati Allah dengan sebutan di atas yaitu " Termasuk orang-orang yang shalih" di antara mereka adalah

a)      Nabi Ishak dan Ya'kub

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَوَهَبْنَا لَه اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ - ٧٢

"Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Yakub, sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh." (QS. Al-Anbiya' [21] : 72)

b)      Nabi Luth

وَاَدْخَلْنٰهُ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّه مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ࣖ - ٧٥

"Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami; sesungguhnya dia termasuk golongan orang yang saleh." (QS. Al-Anbiya' [21] : 75)

c)      Nabi Ismail, Nabi Idris, Nabi Dzulkifli

وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ - ٨٦

"Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh, mereka termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Anbiya' [21] : 86)

d)      Nabi Sulaiman

وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

"Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”" (QS. An-Naml : 19)

2)      Ungkapan "Mereka termasuk di dalam golongan orang-orang saleh". Ini lebih baik daripada ungkapan mereka atau dia orang shaleh, karena ungkapan seperti ini menunjukan kebersamaan darn bahwa mereka tidaklah sendiri dalam kesalihannya. Ini juga menunjukan bahwa mereka akan dimasukkan dalam surga secara bersama, tidak sendiri-sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ اِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءُوْهَا وَفُتِحَتْ اَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خٰلِدِيْنَ -–٧٣

"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.”" (QS. Az-Zumar [39] : 73)

Keempat : Amal Mereka Diterima Allah

وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُتَّقِيْنَ - ١١٥

"Dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan, tidak ada yang mengingkarinya. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa." (QS.Ali-Imran [3] :115)

1)      Maksudnya bahwa Adalah tidak mengingkari (menghapus) amal kebajikan mereka atau dengan kata lain bahwa amal kebajikan mereka diterima Allah. Hal itu, karena meeka beramal diniatkan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.

2)      Diterimanya suatu amal adalah salah satu bentukk pensyukuran Allah kepada orang-orang yang beramal.

3)      Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا - ١٩

"Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik." (QS. Al-Isra' [17] : 19)

Allah Subhanahu wa Ta’ala  juga berfirman,

وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ 

"Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2] : 158)

Kelima : Amal Orang Kafir Ditolak Allah

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ - ١١٦

"Sesungguhnya orang-orang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya." (QS. Ali-Imran [116] : 116)

1)      Pada ayat sebelumnya ( ayat 113-115) dijelaskan sifat-sifat Ahlul Kitab yang telah beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan memeluk agama Islam, bahwa amal-amal kebajikan mereka akan diterima Allah. Sedangkan pada ayat in (116-117) Allah menjelaskan kelompok Ahlul Kitab yang tidak mau beriman kepada Rasulullah dan memilih tetap dalam keakfiran. Alalh tidak menerima amal kebajikan meeka pada hari kiamat.

2)      Disebutkan secara khusus pada ayat ini bahwa harta dan anak mereka tidak bermanfaat bagi mereka untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah. Hal seperti ini banyak disebut di dalam Al-Quran, diantaranya :

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ – ٨٨ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ - ٨٩

"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih," (QS. Asy-Syu'ara [26] : 88-89)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَآ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ بِالَّتِيْ تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفٰىٓ اِلَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًاۙ فَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَزَاۤءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوْا وَهُمْ فِى الْغُرُفٰتِ اٰمِنُوْنَ - ٣٧

"Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)." (QS. Saba' [34] : 37)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا - ٤٦

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahfi [18] :46)

d)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ – ١ مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُه وَمَا كَسَبَۗ - ٢

"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan." (QS. Al-Lahab [111] : 1-2)

Ayat-ayat di atas menunjukan bahwa harta dan anak tidak akan bermanfaat bagi seseorang pada hari kiamat, kecuali amal shalih yang dia kerjakan. Amal shalih ini kadang disebut dengan "Qalbun Shalih" (hati yang bersih) atau "Al-Baqiyat Ash-Shalihah" (amal sholeh yang langgeng)

3)      Ayat di atas juga menunjukan bahwa orang-orang kafir akan masuk ke dalam neraka selam-lamanya. Ayat-ayat yang menunjukan hal itu sangat banyak sekali di dalam Al-Qur'an salah satunya adalah firman Allah,

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ - ٦

"Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk." (QS. Al-Bayyinah [98] : 6)

Keenam : Kebun Yang Terbakar

مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ - ١١٧

"Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri." (QS. Ali-Imran [3] : 117)

1)      Ayat ini merupakan penegasan sekaligus penjelasan dari ayat sebelumnya (ayat 116) bahwa harta dan usaha orang kafir tidak bermanfaat di akhirat. Penjelasan ini diungkap dalam perumpamaan dengan tujuan agar mudah dipahami oleh masyarakat umum, apalagi contohnya berhubungan dengan sesuatu yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.

2)      Kalimat (فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا) "Dalam kehidupan dunia" menunjukan bahwa apa yang mereka belanjakan dari harta yang mereka  miliki semat-mata hanya untuk kepentinagn dunia semata, tidak sedikitpun diniatkan untuk kepentingan akhirat.

3)      Perumpamaan amal perbuatan mereka di dunia seperti petani yang telah bekerja keras mengelola saawahnya sehingga siap dipanen, tetapi tiba-tiba datang angina yang membawa hawa dingin (صِرٌّ) akhirnya tanaman yang hendak dipanen tersebut terbakar dan dia tidak mendapatkan apa-apa.

Demikianlah keadaan orang-orang kafir pada hari kiamat. Mereka mengira akan mendapatkankan balsan atas kebaikan-kebaikan yang mereka lakuakn di dunia, tetapi ternyata di akhirat tidak mendapatkan sesuatu apapun juga, kecuali adzab yang pedih.

4)      Perumpamaan ini seperti perumpamaan orang yang habis melihat fatamorgana (air) ditengah padang pasir, ketika didatanginya ternyata air itu tidak aa ternyata hanya fatamorgana.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَه لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَه فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ - ٣٩

"Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. An-Nur [24] : 39)

5)      Firman-Nya,

وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

"Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri."

Mereka menzalimi diri mereka sendiri, karena menanam tanaman tidak pada waktunya atau menanam tanaman bukan pada tempatnya, maka Allah memberikan sanksi kepada mereka. Maksudnya mereka beramal sesuatu yang tidak ada hubungannya dari Allah dan Rasul-Nya dan tidak ikhlas dalam beramal, maka Allah menghapus amal mereka.

***

Jakarta, Ahad 27 Maret 2022

 

KARYA TULIS