Tafsir An-Najah (QS. 3: 121-123) Bab ke-172 Persiapan Perang Uhud
Persiapan Perang Uhud
وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
"(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran.) Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Ali-Imran [3] : 121)
Pertama : Persiapan Perang
1) Pada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan tentang sikap dan perlakuan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin secara non fisik, seperti ucapan-ucapan, lata-kata yang bisa melemaskan iman dan mental kaum muslimin. Mereka melakukan perang urat syaraf terhadap kaum muslimin secara bertubi-tubi. Namun dengan bekal kesabaran dan ketaqwaan, makar mereka tidak bisa menggoyahkan iman kaum muslimin.
Nah, pada ayat ini dan ayat-ayat selanutnya, diterangkan bahwa orang-orang kafir memulai menabuh gendering perang fisik kepada kaum muslimin yang berada di kota Madinah.
2) Firman-Nya,
وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ
"(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu"
Pagi hari Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam sudah meninggalkan rumah istrinya, yaitu Aisyah yang letaknya dekat masjid. Kapan Rasulullah pergi dari rumah istrinya? Para ulama berbeda pendapat. Diantaranya,
a) Pergi dari rumah istrinya pada pagi hari Jum'at untuk bermusyawarah menghadapi pasukan kafir. Tetapi mengatur barisan kaum muslimin pada hari Sabtu.
b) Pergi dari rumah istrinya pada pagi hari Sabtu, sekaligus mengatur barisan kaum muslimin. Karena Rasulullah pada hari Jum'at setelah selesai melaksanakan shalat Ju'mat, beliau melaksanakan shalat jenazah seorang Bani Najjar yang bernama Malik bin 'Amr. Kemudian beliau bermusyawarah dengan kaum muslimin untuk menghadapi pasukan kaum kafirin.
Beliau bertanya, "Apakah sebaiknya pergi meninggalkan kota Madinah menghadapi mereka atau tetap tinggal di Madinah?" sebagian sahabat mengusulkan agar tetap tinggal di Madinah, namun sebagian lain terutama yang tidak ikut perang Badar mengusulkan agar tetap menghadapi mereka di luar kota.
Kemudian beliau masuk rumah, lalu mengeratkan baju besinya dan keluar dari rumah untuk menemui para sahabat. Sebagian sahabat menyarankan kembali supaya tetap bertahan di kota Madinah saja.beliapun bersabda, "Tidak layak bagi seorang nabi, jika sudah memakai baju besinya untuk kembali sampai Allah memberikan keputusan baginya."
3) Dari ayat 121 sampai ayat 180 surah Ali-Imran atau sekitar 60 ayat berbicara tentang seputar perang Uhud. Di tenagh-tengah pembicaraan perang Uhud disisipi pembicaraan perang Badar dengan tujuan untuk mengingat nikmat Allah berupa kemenangna pada perang tersebut.
Kedua : Mengatur Barisan
Firman-Nya,
تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ
"Untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran"
1) Para ulama menyebutkan bahwa perang Uhud terjadi pada hari Sabtu, bulan Syawal, tahun ketiga Hijriyah atau 625 Masehi. Tapi mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya, ada yang mengatakan 7 Syawal atau 11 Syawal atau pertengahan Syawal.
2) Beliau keluar bersama 1000 orang. Sesampainya pada salah satu bukit gunung Uhud ditepi lembah dengan posisi membelakangi pasukan dan Gunung Uhud. Beliau menempatkan 50 pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair di bukit tersebut, sambil bersabda " Lindungilah kami dengan anak panah kalian, jangan sampai musuhh menyerangkami dari belakang. Sekali-kali jangan sampai meninggalkan posisi kalian baik ketika kami terdesak kalah atau menang."
3) Bendera pasukan Islam dipeagang oleh Mus'ab bin Umair. Sayap kanan dipimpin oleh Zubair bin Awam dan sayap kiri dipimpin oleh Mundzir bin Amr.
Adapun pasukan musuh, bendera perangnya dipegang oleh Thalhah bin Abi Thalhah, sedang sayap kanan dan kiri masing-masing dipimpin oleh khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abi Jahal. Pasukan pemanah mereka berjumlah 100 personel dipimpin oleh Abdullah bin Abi Rabi'ah. Jumlah pasukan musuh sekitar 3000 tentara, diantaranya 700 orang menggunakan baju besi, 200 orang yang berkuda, di antaranya Sofwan bin Umayyah, salah satu prajurit yang terkenal.
4) Ayat di atas menunjukan kewajiban seorang pemimpin atau komandan perang untuk membuat strategi perang, mengatur barisan psukan dengan baik dan tepat. Hal ini selain telah dilakukan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, juga telah dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُه مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ
"Untuk Sulaiman dikumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib" (QS. An-Naml [27] : 17)
Ketiga : Dua kelompok Yang Ragu
Firman-Nya,
اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ١٢
"(Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu114) ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS. Ali-Imran [3] : 122)
1) Yang dimaksud ((طَّۤاىِٕفَتٰنِ "Dua kelompok" pada ayat ini adalah Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani haritsah dari Suku Aus.
2) Kata ( اَنْ تَفْشَلَاۙ ) artinya takut dan merasa lemah.
3) Bani Salamah dan Bani Haritsah terpengaruh dengan sikap pimpinan kaum munafiqik yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul yang mengajak 300 orang atau sepertiga pasukan untuk kembali pulang ke Madinah. Dia marah, karena pendapatnya untuk tetap tinggal di kota Madinah dalam menghadapi pasukan musuh diterima, padahal pendapatnya hamper sama dengan pendapat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Hanya saja beliau akhirnya meilih pendapat mayoritas kaum Anshar yang memilih untuk meyambut pasukan musuh di luar kota, terutama mereka yang tidak ikut perang Badar.
4) Apa yang dilakukan Bai Salamah dan Bani Haritsah sampai disebut takut dan merasa lemah ( اَنْ تَفْشَلَاۙ ) ? jawabannya, bahwa mereka hendak ikut pulang bersama Abdullah bin Ubay bin Salul, tetapi Alah menjaga hati mereka, sehingga tidak jadi pulang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا
"Padahal Allah adalah penolong mereka."
Yaitu hati mereka dijaga, sehingga tidak ikut pulang. Sebagian ulama mengatakan ayat ini pujian untuk dua kelompok tersebut dan bukan kecaman.
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ فِينَا نَزَلَتْ { إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا } قَالَ نَحْنُ الطَّائِفَتَانِ بَنُو حَارِثَةَ وَبَنُو سَلِمَةَ وَمَا نُحِبُّ وَقَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً وَمَا يَسُرُّنِي أَنَّهَا لَمْ تُنْزَلْ لِقَوْلِ اللَّهِ { وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا }
"Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhuma berkata mengenai firman Allah: ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu... (Ali Imran: 122). Dia berkata; Kamilah dua kelompok itu, yaitu Bani Haritsah dan Bani Salamah, tidaklah aku menyukainya -sedangkan dalam riwayat lain Sufyan berkata; - dan tidaklah yang membuatku senang kecuali karena ayat itu diturunkan berupa firman Allah; Padahal Allah adalah penolong kedua golongan itu." (HR. Bukhari)
Firman-Nya,
وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
"Hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal."
Ayat ini memberikan motivasi dan semangat kepada pasukan Islam, terutama kepada Bani Salamah dan Bani Haritsah agar dalam menghadapi pasukan musuh untuk bertawakkal kepada Allah. Tentunya tawakkal ini setelah melakukan ikhtiar dan usha maksimal, memepersiapkan apa yang dibuthkan untuk berperang. Dan Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.
Keempat : Kemenangan dalam Perang badar
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah.115) Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur." (QS. Ali-Imran [3] : 123)
1) Ayat ini memberikan motivasi, semangat dan dorongan kepada tentara kaum muslimin dalam Perang Uhud. Walaupun jumlah mereka sedikit, 1000 orang. Kemudian jumlah tersebut berkurang, karena pengaruh Abdullah bin Ubay bin Salul, sehingga menjadi 700 orang saja. Jumlah yang sedikit itu harus melawan pasukan musuh yang berjumlah lebih banyakk tiga kali lipat, yaitu 3000 orang yang senjata dan perlengkapan perang jauh lebih lengkap.
Dalam keadaan seperti itu Allah mengingatkan mereka akan Perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah, dimana keadaan tentara kaum muslimin juga lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tentara musuh dan peralatan perang mereka jauh lebih sedikit dan sederhana. Dibanding peralatan perang pasukan musuh. Walapun begitu, Allah memberikan pertolongan kepada mereka, sehingga mereka mendapatkan kemenangan mutlak atas pasukann musuh.
2) Kata ( بَدْرٍ ) yaitu pada Perang Badar. Badar adlah nama sebuah sumur di tempat tersebut. Kemudian nama tersebut digunakan untuk menyebut nama tempat dimana sumur itu berada.
Ada pula yang mengatakan bahwa (Badar) adalah nama pemilik sumur dari Suku Juhainah, yaitu Badar bin Harin. Badar ini terletak di antara Mekkah dan Madinah.
3) Kata ( اَذِلَّةٌ ) jama' dari ( دَلِيْلٌ ) yang artinya hina laan dari mulia. Tetapi yang dimaksud dalam ayat ini adlah sedikit. Yaitu jumlah pasukan Islam pada perang Badar sedikit, sekitar 313 tentara. Sedangkan jumlah pasukan musuh sekitar 1000 tentara.
4) Kalimat ( فَاتَّقُوا اللّٰهَ ) menunjukan perintah unutk bertaqwa kepada Allah. Terdapat dua makna dibalik perintah bertaqwa pada ayat ini,
- Penyebab kemenangna pasukan Islam pada Perang Badar adalah taqwa kepada Allah, maka Allah memberikan pertolongan kepada mereka.
- Oleh karenanya, pada perang Uhud, hendaknya pasukan Islam juga bertaqwa kepada Allah, agar mendapatkan kemenenangan sebagaiman yang di dapat pada perang Badar.
5) Firman-Nya,
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Agar kamu bersyukur."
Agar kamuu bersykur terhadap pertolongan Allah pada Perang Badar.
***
Jakarta, Selasa 29 Maret 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »