Karya Tulis
543 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:161-164) Bab ke 187 Mencari Ridha Allah


 

Mencari Ridha Allah

 

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ ۚ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu,”

(QS. Ali-Imran [3]: 161)

Pertama : Memburu Hari Rampasan Perang.

1)      Ayat ini masih menjelaskan sifat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai lanjutan dari ayat-ayat sebelumnya. Dalam hal ini masih terkait dengan peristiwa perang Uhud.

 

2)      Diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pasukan pemanah yang meninggalkan posisi mereka di atas bukit karena menginginkan harta rampasan perang. Mereka khawatir tidak mendapatkan bagian darinya. Maka ayat ini turun menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan berkhianat atau berbuat dzalim di dalam membagi harta rampasan perang.

Kedua : Akibat Berkhianat.

وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ

“Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat.”

1)      Orang yang berkhianat (mencuri harta rampasan perang), maka pada hari kiamat akan membawa apay ag dicurinya di atas punggung dan lehernya, dia tersiksa dengan beratnya beban bawaan tersebut, telinganya menjadi pekak (sakit) karena suara (binatang yang dipikulnya), dan malu karena membawa barang tersebut di depan manusia.

 

2)      Disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri diantara kami, menyampaikan nasehat tentang dosa berkhianat. Beliau bersabda,

 

لا ألفيَنَّ أحدَكم يجيءُ يومَ القيامةِ على رقبتِهِ بعيرٌ له رُغاءٌ أو بقرةٌ لها خوارٌ أو شاةٌ لها ثُغاءٌ أو رقاعٌ تخفقُ فيقولُ يا محمدُ أغثْني فأقولُ لا أملكُ لك من اللهِ شيئًا قد أبلغتُكَ

Aku tidak akan menemukan seorang pun di antara kamu yang pada hari kiamat pada lehernya akan datang unta yang berbusa, atau sapi yang berbusa, atau domba yang mengembik, atau bercak-bercak yang mengepak, lalu dia berkata, Wahai Muhammad, tolong aku, dan aku akan berkata, aku tidak punya apa-apa untukmu dari Allah, aku telah memberitahumu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

3)      Di dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri disebutkan bahwa Ibnu Lutbiyah menerima hadiah pegawai, ketika ditugaskan mengambil zakat dari masyarakat. Rasululah bersabda,

 

إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ

kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak,

4)      Kandungan hadits-hadits di atas, telah dijelaskan oleh Allah di dalam beberapa firman-

Nya, diantaranya.

a)     Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ

“Sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya.” (QS. Al-An’am [6]: 31)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۙ

(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat.” (QS. An-Nahl [16]: 25)

c)       Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ ۖ

Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri,”

(QS. Al-Ankabut [29]: 13)

 

Ketiga : Mencari Ridha Allah.

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ

“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah.” (QS. Ali-Imran [3]: 162)

1)      Ayat ini membedakan antara orang yang dalam hidupnya berusaha mencari ridha Allah dengan orang yang semua perbuatannya membawa murka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2)      Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan perbedaan antara dua golongan di atas, diantaranya,

a)       Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا ۚ

“Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik?”

 (QS. As-Sajadah [32]: 18)

b)       Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.” (QS. As-Sad [38]: 28)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka.”

(QS. Al-Jasiyah [45]: 21)

3)      Ridha Allah adalah tujuan tertinggi seorang muslim, bahkan lebih tinggi dari surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ۚ

Dan keridhaan Allah adalah lebih besar.” (QS. At-Taubah [9]: 72)

4)      Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan umatnya untuk berlindung kepada ridha Allah dari murka-Nya. Di dalam do’a shalat malam disebutkan,

 

عن عبد الله بن عمر - رضي الله عنهما - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

 

“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam: ‘Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, dan dari pindahnya keselamatan yang Engkau berikan, dan dari kedatangan sangsi-Mu yang  tiba-tiba, serta dari seluruh murka-Mu.’” (HR. Muslim)

 

Keempat : Tingkatan surga.

هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 163)

1)       Masing-masing dari golongan di atas, yaitu golongan yang mencari ridha Allah dan golongan yang membuat murka Allah memiliki kedudukan dan derajat yang berbeda-beda.

Orang-orang yang mencari ridha Allah masing-masing diri mereka memiliki kedudukan dan derajat yang berbeda-beda di dalam surga. Derajat yang paling tinggi adalah mereka yang berada di dalam surga Firdaus.

2)      Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan bahwa surga mempunyai tingkatan. Diantaranya,

 a) Dari Abu Umamah  Radhiyallahu ‘Anhu  ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

 أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun hanya bergurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." (HR. Abu Daud : 4167)

Hadits di atas menjelaskan bahwa surga ada tiga tingkatan :

1.     Tepi surga ( ربض الجنة ).

2.      Tengah surga ( وسط الجنة ).

3.      Surga yang tertinggi ( اعلى الجنة ).

 b) Hadits,

 

إذا سألتم الله فسألوه الفردوس فإنها أعلى الجنة ومنها تفجر أنهار الجنة

 

Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya. surga, karena surga adalah surga tertinggi dan darinya mengalir sungai-sungai surga.”

 

3)      Sebagaimana surga memiliki tingkaan, maka neraka pun memilih tingkatan. Diantara dalilnya adalah.

a)       Firman Alllah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

 

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah  dari neraka.”  (QS. An-Nisa [4]: 145)

 

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang munafik akan di tempatkan di dalam  neraka yang paling bawah.

 

b)      Hadits syafa’at Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada pamannya Abu Thalib, beliau bersabda,

 

وجَدْتُهُ في غَمَراتٍ مِنَ النَّارِ، فأخْرَجْتُهُ إلى ضَحْضاحٍ

Ya, saya menemukannya di tengah-tengah api, jadi saya membawanya ke kuburan yang dangkal.

 

Hadits di atas menyebutkan permukaan api neraka.

 

4)      Sebagian ulama mengatakan bahwa yag dimaksud firman-Nya,

هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ ۗ

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah,” (QS. Ali-Imran [3]: 163)

Maksudnya adalah orang-orang yang beriman ahli surga, bukan ahli neraka. Karena penggunaan kata (دَرَجَاتٌ) untuk menyebut tangga yang menuju ke atas., sedangkan surga tempatnya di atas.

Adapun untuk menyebut tingkatan neraka, digunakan kata (دَرَجَاتٌ) sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah  dari neraka.”  (QS. An-Nisa [4]: 145)

 

5)      Terdapat ayat lain yang kandungannya mirip dengan kandungan ayat (163) surah Ali Imran di atas, yaitu firman-Nya,

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۚ

Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Al-An’am [6]: 132)

 

Kelima : Karunia  Allah Kepada Manusia.

 

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul.” (QS. Ali-Imran [3]: 164)

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan pelanggaran kaum muslimin terhadap perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian telah dijelaskan juga tentang sifat-sifat dan akhlaq beliau yang sangat mulia. Maka pada ayat itu diingatkan betapa kehadiran beliau di tengah-tengah kehidupan manusia sangatlah berharga.

Kehadiran beliau adalah anugrah Allah yang besar untuk seluruh alam semesta ini. Anugerah ini harus dijaga dengan cara menghormati dan mentaatinya dalam setiap perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

2)      Rasul dari kalangan manusia,

إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا

ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul.” (QS. Ali-Imran [3]: 164)

a)      Kata (مِنْ أَنْفُسِهِمْ) diartikan dari kalangan manusia, bukan dari kalangan malaikat. Ini seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا

 

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,  (QS. Ar-Rum [30]: 21)

 

Kata (مِنْ أَنْفُسِكُمْ) pada ayat ini artinya dari kalangan manusia bukan dari kalangan malaikat atau jin.

 

b)      Hal itu karena seorang Rasul jika di utus dari kalangan malaikat kepada manusia, tentunya manusia akan sulit berinteraksi dengannya, meniru  dan mengambil contoh darinya.

c)      Oleh karenanya banyak ayat Al-Qur’an yang membantah keinginan orang-oraang kafir agar Rasul yang diutus adalah rasul dan kalangan malaikat. Diantara ayat-ayat itu adalah,

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ ۖ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الْأَمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ

Dan mereka berkata: Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.’”

 (QS. Al-An’am [6]: 8-9)

 

  1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَىٰ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا(94)

قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا(95)

Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI? Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul.”

 (QS. Al-Isra’ [17]: 94-95)

 

d)      Allah mengutus rasul dari kalangan manusia juga dijelaskan di dalam firman Allah,

 

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,” (QS. At-Taubah [9]: 128)

 

3)       Tiga Tugas Rasul.

 

كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 151)

Ayat di atas menyebutkan tiga tugas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

a)      Membacakan ayat-ayat Allah yang menunjukkan akan ke-Esaan-Nya, dan kekuasaan-Nya yang begitu luas. Begitu juga ayat-ayat yang menunjukka akan hukum-hukum-Nya tentang alam dan tentang syari’at-Nya.

b)      Mensucikan hati dan jiwa mereka dari kotoran syirik, dengki, hasad, dendam, iri, cinta dunia, tamak, dan penyakit-penyakit hati lainnya.

c)      Mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan Sunnah yang keduanya menjadikan mereka manusia yang berilmu tinggi, berwawasan luas, dan berakhlaq karimah.

Padahal  sebelumnya mereka adalah orang-orang sesat, penyembah berhala, peman judi, pembunuh anak perempuan, hobi berperang. Sebelumnya mereka adalah orang-orang rumah yang tidak diperhitungkan bangsa-bangsa besar.

 

 

****

 

Jakarta, Kamis 7 April 2022.

 

KARYA TULIS