Karya Tulis
541 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:173-175)Bab ke-190 Setan Menakut-nakuti Pengikut


Setan Menakut-nakuti Pengikutnya

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ

 “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, ‘Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’ ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.

(QS. Ali-Imran [2]: 173)

Pelajaran (1): Perang Badar Ash-Sughra

1)      Ayat ini lanjutan dari ayat sebelumnya, masih berbicara tentang orang-orang yang menyambut ajakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk berangkat menghadapi pasukan musyrikin, kemudian mereka ditakut-takuti oleh seseorang yang menyatakan bahwa pasukan Quraisy dalam jumlah yang banyak hendak menyerang mereka. Tetapi kaum muslimin tidak gendar dan takut, justru bertambah iman mereka.

2)      Para ulama berbeda pendapat tentang sebab turunnya ayat ini. Sebagian mengatakan bahwa nyata ini masih berkenaan dengan peristiwa “Hamra’ul al-Asad” yang sudah diterangkan pada penafsiran ayat sebelumnya.

3)      Namun sebagian yang lain mengatakan bahwa ayat ini berkenaan dengan peristiwa perang “Badar Ash-Sugra”. Adapun kisahnya bahwa Abu Sufyan ketika hendak meninggalkan Uhud, ia berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam “Wahai Muhammad kita bertemu kembali pada musim Badar tahun depan, jika kamu bersedia” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun menjawab “Baiklah, InsyaAllah”.

Setelah tiba waktu yang disepakati, Abu Sufyan dan pasukannya bermarkas di suatu tempat yang bernama “Marru Azh-Zhahran” , tetapi hatinya tidak tenang dan gundah serta sangat khawatir apabila kalah perang.

Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal, sedangkan pada bulan Dzulqadah, para saudagar datang ke Madinah, dan melakukan jual beli (perniagaan) di Badar Asy-Sugra.

Abu Sufyan kemudian bertemu dengan Nu’aim bin Mas’ud yang baru saja menyelesaikan umrah dan memintanya untuk menaku-nakuti kaum muslimin, dengan imbalan 10 ekor unta yang dititipkan kepada Suhail bin Amr. Sesampainya di kota Madinah, dia mendapatkan kaum muslimin sedang bersiap-siap berangkat perang menuju Badar Ash-sugra menghadapi pasukan musyrikin. Nu’aim bin Mas’ud berkata kepada kaum musllimin,

إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ

“Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”

Yaitu Nu’aim bin Mas’ud berkata “Apa yang kalian lakukan ini tidak tepat sebelumnya mereka (kaum musyrikin) telah mendatangi kalian di rumah-rumah kalian, dan di antara kalian tidak ada yang selamat, kecuali menjadi orang yang terusir. Lalu kalian justru ingin mendatangi mereka. Padahal mereka sekarang telah mempersiapkan pasukan untuk menyambut kedatangan kalian di pasar Badar Ash-Sugra, sungguh di antara kalian tidak ada yang selamat”

4)      Perkataan Nu’aim bin Mas’ud ini, berhasil menggoyangkan jiwa sebagian kelompok kaum muslimin. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda “Sungguh demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, aku akan tetap pergi walau hanya sendiri”

Kemudian bergabung bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sekitar 70 sahabat mereka tidak gentar menghadapi pasukan musyrikin, justru bertambah iman mereka”

فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنا

“Maka bertambah iman mereka”

وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ

“mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.’”

Pelajaran (2): Manusia secara umum dan Khusus

1)      Pada ayat di atas kata (ٱلنَّاسُ) “manusia” disebut dua kali. Kata “An-Naas” yang pertama maksudnya adalah Nu’aim bin Mas’ud, seorang diri. Disebut demikian karena perkataan satu orang ini bagaikan perkataan banyak orang dan pengaruhnya kepada banyak orang juga.

2)      Adapun kata (An-Naas) yang kedua maksudnya adalah pasukan kaum musyrikin Quraisy yang hendak menyerang kaum muslimin.

3)      Iman Asy-Syafi’i pencetak buku pertama Ilmu Ushul Fiqih menyebutkan kata (ٱلنَّاسُ) disini adalah suatu yang umum tetapi yang dimaksud adalah khusus, yaitu Nu’aim bin Mas’ud atau pasukan Quraisy, bukan seluruh manusia.

Dalam ilmu ushul fiqih disebut sebagai,

          ”Lafadh umum, tetapi maksudnya khusus”

Pelajaran (3): Imam Bertambah dan Berkurang

فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنا

“Maka bertambahlah iman mereka”

1)      Ayat ini menunujukan keyakinan ahlul sunah wal jamaa’ah bahwa iman bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

2)      Para sahabat bertambah keimanan mereka karena mentaati Rasulullah Shallallahu

3)      Alaihi wa Sallam dengan ikut berjihad di jalan Allah. Sedangkan orang-orang yang lari dari perang Uhud atau pulang sebelum perang, maka keimanan mereka menjadi turun.

4)      Iman bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiaatan di tunjukan oleh dalil-dalil di bawah ini.

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”

(QS. Al-Anfal [8]: 2)

      Ayat diatas menyebutkan bahwa satu ciri orang mukmin adalah jika di bacakan kepadanya ayat Al-Qur’an bertambah imannya.

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَة فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰناۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ 

“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini? ’Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah [9]: 124)

      Salah satu ciri orang beriman menurut ayat di atas adalah jika diturunkan surat Al-Qur’an kepadanya, maka akan bertambah imannya.

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيما

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana” (QS. Al-Fath [48]: 4)

      Ayat di atas menyebutkan bahwa Allah menurunkan keterangan ke dalam hati orang mukmin supaya imannya bertambah.

d)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

.. وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنا ..

“agar orang yang beriman bertambah imannya” (QS. Al-Muddasir [74]: 31)

Pelajaran (4): Cukuplah Allah sebagai penolong

حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ

“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

1)      Kalimat di atas pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim Alaihi Sallam, ketika dirinya dilemparkan ke dalam api. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas Alaihi Sallam, ia berkata,

كان آخر كلام إبراهيم حين ألقي في النار : حسبي الله ونعم الوكيل

“Kata terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dia dilemparkan ke dalam api adalah ‘cukuplah Allah sebagai penolongku dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”

2)      Diriwayatkan bahwa Zainab binti Al-Jahsy dan Aisyah Raidyallahu Anhu, keduannya saling membanggakan diri, Zainab berkata, “Allah yang menikahkanku dari langit, sementara kalian dinikahkan oleh wali kalian.” Aisyah pun berkata, “Allah yang membersihkanku dan menerangkan tentang kesucianku langsung dari langit dan itu termaksud dalam Al-Qur’an”.

Zainab bertanya “Apa yang engkau ucapkan ketika menaiki kendaraan Shafwan bin Al - Muaththal? ”  jawab Aisyah,

            حسبي الله ونعم الوكيل

            “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”

3)      Ayat dan hadits-hadits di atas menunjukan keutamaan kalimat

حسبي الله ونعم الوكيل

Hendaknya setiap muslim juga mengucapkan kalimat ini ketika tertimpa musibah, atau ketika berada dalam keadaan lemah, terdesak, terzalimi atau ketika melihat hal-hal yang tidak menyenangkan. Dengan mengucapkan kalimat tersebut, diharapkan dia akan di tolong oleh Allah, sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihi Sallam, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Aisyah di tolong oleh Allah dengan ucapan tersebut.

 

Pelajaraan (5): Mendapatkan Empat keuntungan.

فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ

“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.”(QS. Ali-Imran [3]: 174)

1)      Rombongan Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, yang berangkat berperang menghadap pasukan musyrikin yang di pimpin Abu Sufyan, walaupun jumlah mereka tidak banyak, tetapi ketika mereka bertawakal kepada Allah dan mengucapkan,

حسبي الله ونعم الوكيل

Maka mereka mendapatkan empat keuntungan sebagaimana yang disebutkan ayat di atas.

2)      Empat keuntungan yang disebutkan ayat di atas adalah,

Pertama, mereka mendapatkan nikmat dari Allah

فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ

Ibnu Abbas berkata “yang dimaksud nikmat disini adalah keseluruhan”. Atau bisa juga diartikan nikmat Allah secara umum.

            Kedua, mereka mendapatkan karunia dari Allah

وَفَضْلٍ

Maksudnya adalah keuntungan dari perniagaan. As-Suddi berkata “pada peristiwa Badar Ash-Sugra, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan beberapa dirham kepada para sahabat, lalu mereka gunakan untuk berniaga pada musuh pasar pada waktu itu, yaitu pasar Badar Ash-Sugra dan mereka pun mendapatkan keuntungan yang banyak .

            Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada kabilah yang membawa barang dagangan kemudian oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dibeli. Hasil keuntungannya dibagikan kepada para sahabat yang mengawalnya.

Ketiga, mereka tidak tersentuh keburukan sedikipun

لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ

            Mereka tidak mendapatkan luka dan tidak pula terbunuh serta tidak pula mendapatkan gangguan-gangguan lain apapun.

Keempat, mereka bisa mengikuti ridha Allah.

وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ

            Maksudnya mereka bisa melaksanakan ketaatan kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya.

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah [9]: 100)

Kesimpulannya, bahwa setiap orang yang bermal dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam serta bertawakal kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan keuntungan dunia berupa rezeki dan keselamatan serta keuntungan akhirat berupa surga dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pelajaran (6): Setan menakut-nakuti Pengikutnya

اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Ali-Imran [3]: 175)

1)      Terdapat dua pendapat di dalam memahami ayat di atas

Pertama, maknanya: “sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kalian) dengan teman-teman setianya.

Menurut pendapat ini yang ditakut-takuti adalah kaum muslimin dengan cara menyebarkan berita bahwa pasukan musyrikin (teman-teman setia setan) telah bersiap-siap menyerang kaum muslimin dan membunuh mereka.

Kedua, maknanya: “sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti teman-teman setianya (orang-orang munafik)

            Menurut pendapat ini yang ditakut-takuti adalah orang-orang munafik (teman-teman setia setan) untuk tidak ikut berperang melawan pasukan musyrikin, karena pasti akan kalah.

2)      Siapa yang menakut-nakuti?

Para ulama berbeda pendapat

Pertama, yang menakut-nakuti adalah setan dari golongan jin, yaitu setan yang selama ini dikenal oleh manusia.

Kedua, yang menakut-nakuti adalah setan dari golongan manusia.

Mereka pun berbeda pendapat tentang manusia yang menakut-nakuti kaum muslimin.

a)      Dia adalah Nu’aim bin Mas’ud yang kisahnya sudah dijelaskan pada penafsiran ayat 173.

b)      Dia adalah Abdul Qais

Pelajaran (7): Takut Hanya kepada Allah.

وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

1)      Ayat di atas menjelaskan bahwa salah sau ciri orang mukmin adalah takut kepada allah, atau takut terhadap ancaman siksa-Nya yang pedih

2)      Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal ini, diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal” (QS. Al-Anfal [9]: 2)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ ۙ

“Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati” (QS. Al-Mukminun [23]: 57)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا

“Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.” (QS. Al-Insan [76]: 10)

d)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّه وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ

فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,,maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naziat [79]: 40-41)

e)      Didalam hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, beliau berkata “sangat jarang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit dari suatu majelis sehingga berdoa dengan doa ini untuk sahabat sahabatnya yang duduk dalam majelis”


قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ لأَصْحَابِهِ  :اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ  

“Sangat jarang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari suatu majlis sehingga berdoa dengan doa ini untuk orang-orang yang duduk bersamanya: ‘Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepada-Mu yang bisa  menjadi penghalang  antara kami dan maksiat kepada-Mu.’” (HR. at-Tirmidzi, an-Nasai. At-Tirmidzi berkata: Hadis ini Hasan Gharib)

***

Jakarta, Sabtu 9 april 2022

 

KARYA TULIS