Tafsir An-Najah (QS.4: 15-18) Bab ke-206 Taubat yang diterima

 

Taubat yang diterima

 

وَالّٰتِيْ يَأْتِيْنَ الْفَاحِشَةَ مِنْ نِّسَاۤىِٕكُمْ فَاسْتَشْهِدُوْا عَلَيْهِنَّ اَرْبَعَةً مِّنْكُمْ ۚ فَاِنْ شَهِدُوْا فَاَمْسِكُوْهُنَّ فِى الْبُيُوْتِ حَتّٰى يَتَوَفّٰىهُنَّ الْمَوْتُ اَوْ يَجْعَلَ اللّٰهُ لَهُنَّ سَبِيْلًا

“Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji di antara perempuan-perempuan kamu, hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Apabila mereka telah memberi kesaksian, maka kurunglah mereka (perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan (yang lain) kepadanya.” (QS. An-Nisa [4]: 15)

 

Pelajaran (1) : Wanita yang Berzina.

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya, telah dijelaskan hak-hak wanita untuk mendapatkan mahar dalam pernikahan dan mendapatkan bagian dari harta warisan. Sebaliknya pada ayat ini Allah memberikan ancaman kepada mereka untuk tidak berbuat maksiat dan melakukan perbuatan keji.

2)      Ayat di atas menjelaskan bahwa para wanita yang melakukan perbuatan zina (Al-Fahisyah) hendaknya dipersaksikan oleh empat saksi laki-laki. Jika mereka telah menyampaikan persaksiannya, maka hukuman para wanita tersebut adalah dikurung di dalam rumah sampai akhir hayat atau Allah mengadakan sebuah jalan keluar untuk mereka.

3)      Hukuman wanita yang berzina seperti yang disebutkan di atas berlaku pada permulaan Islam. Kemudian Allah memberikan jalan keluar lainnya, yaitu dicambuk bagi perawan dan dirajam bagi yang sudah menikah. Ini terdapat di dalam firman Allah,

 

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”

(QS. An-Nur [24]: 2)

Di dalam hadits Ubadah bin Ash-shamit, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

خُذُوا عني، خُذُوا عني، قد َجَعَلَ الُله لَهُنَّ سبيلا، البِكْرُ بالبِكْر جَلْدُ مِائة ونَفْيُ سَنَةٍ، والثَّيِّبُ بالثيب جلد مائة والرجم

“Ambillah dariku, ambillah dariku, Allah telah memberikan jalan bagi mereka, perawan dengan perawan seratus cambukan dan pengasingan selama setahun, yang tidak bajik dengan seratus cambukan dan rajam.” (HR. Muslim )

 

Pelajaran (2) : Laki-laki yang Berzina.

وَالَّذٰنِ يَأْتِيٰنِهَا مِنْكُمْ فَاٰذُوْهُمَا ۚ فَاِنْ تَابَا وَاَصْلَحَا فَاَعْرِضُوْا عَنْهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا

“Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya. Jika keduanya tobat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa [4]: 16)

1)      Ayat ini menjelaskan hukuman bagi dua orang laki-laki yang melakukan perbuatan zina. Sebgaian ulama mengatakan maksudnya adalah dua orang laki-laki dan perempuan yang melakukan zina. Sebagian yang lain mengatakan maksudnya adalah dua laki-laki yang melakukan homoseks.

2)      Hukuman bagi mereka berdua adalah disakiti dengan kata-kata kasar, dicemohan, kecaman atas oerbuatan tersebut. Tetapi jika mereka mau bertaubat dan memperbaiki diri, serta menyesali perbuatannya. Maka harus berhenti juga untuk menyakiti keduanya. Karena orang yang bertaubat seperti orang yang tidak melakukan dosa. Di dalam hadits disebutkan,

روى ابن ماجة عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : التائب من الذنب كمن لا ذنب له

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah bin Masoud radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak melakukan dosa.”

3)      Ini adalah hukum bagi laki-laki yang berzina di awal Islam kemudian hukum ini dihapus dengan ayat 2 dalam surah An-Nur, yaitu rajam bagi pezina yang sudah menikah dan cambuk 100 kali serta diasingkan satu tahun bagi pezina yang belum menikah.

 

Pelajaran (3) : Taubat yang Diterima.

 

اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa [4]: 17)

1)      Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan, dua orang yang melakukan perbuatan zina kemudian bertaubat, maka tidak boleh di cemooh dan disakiti lagi. Pada ayat ini Allah menjelaskan tentang syarat-syarat  diterimanya taubat seseorang.

2)      Kata (بِجَهَالَةٍ)”karena kebodohan.” Maksudnya bahwa setiap maksiat yang dilakukan pasti berangkat dari kebodohan. Bukan bodoh karena tidak tahu bahwa yang dilakukan adalah maksiat. Tetapi bodoh kalau maksiat itu akan membawa kepada kesengsaraaan dunia dan akhirat. Bodoh kalau Allah pasti akan melihat seluruh perbuatannya dan akan memberikan sanksi atas maksiatnya.

3)      Bisa disimpulkan bahwa setiap maksiat adalah kebodohan dan setiap ketaatan adalah ilmu.

Diantara dail yang menguatkan pernyataan di atas adalah,

a)      Firman-Nya,  

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.”(QS. Fathir [35]: 28)

Ayat di atas menunjukkan bahwa yang takut kepada Allah hanya ulama (orang-orang yang mempunyai ilmu). Berarti yang tidak takut kepada Allah adalah orang-orang yang jahil atau bodoh.

b)      Firman-Nya,

اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39]: 9)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang taat dan beribadah pada malam hari adalah orang-orang yang berilmu.

c)      Firman-Nya,

قُلْ اَفَغَيْرَ اللّٰهِ تَأْمُرُوْۤنِّيْٓ اَعْبُدُ اَيُّهَا الْجٰهِلُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?’”(QS. Az-Zumar [39]: 64)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang menyembah selain Allah adalah orang-orang yang bodoh.

d)      Firman-Nya,

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

“Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf [12]: 33)

Ayat di atas menunujukkan bahwa orang yang berzina adalah orang-orang yang bodoh.

e)      Firman-Nya,

 

قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ

“Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.” (QS. Hud [11]: 46)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang meminta kepada Allah sesuatu yang dia Tidak Tahu ilmunya adalah tindakan bodoh.

4)      Taubat dalam waktu dekat.

 

ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ

“kemudian segera bertobat.”

a)      Yang dimaksud bertaubat dalam waktu dekat adalah waktu antara maksiat dan kematian. Yaitu dia bertaubat sebelum datangnya kematian. Karena kematian itu sesuau yang dekat.

b)      Karena kematian datangnya mendaak dan tidak diketahui oleh siapapun juga. Maka taubat harus segera dilakukan secepat mungkin tanpa mengundurkan waktu lagi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali-Imran [3]: 133)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid [57]: 21)

 Ini dikuatkan dengan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda :

  مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ، ثُمَّ يُصَلِّي، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ: ( وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون(

“Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk bersuci, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. “ ( Hadits Hasan Riwayat at-Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521 )

5)      Dari ayat ini bisa disimpulkan bahwa antara syarat taubat adalah,

a)      Dia berbuat maksiat karena kebodohan, khilaf, terbawa hawa nafsu dan lupa kepada Allah.

b)      Dia segera bertaubat, tidak diundur-undur lagi sampai datang kematian.

 

Pelajaran (4) : Taubat yang tidak diterima.

 

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا

“Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.”

(QS. An-Nisa [4]: 18)

1)      Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan orang-orang yang diterima taubatnya. Pada ayat ini Allah menjelaskan sebaliknya, yaitu orang orang yang tidak diterima taubatnya.

Pertama, mereka yang selalu melakukan maksiat dan dosa serta mengundur-undur taubatnya. Hingga ketika maut menjemputnya ( dalam keadaan sakaratul maut)  mereka baru berkata, “ Saya sekarang taubat.”

a)      Hal ini seperti taubatnya Fir’aun ketika dalam keadaan tenggelam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَااِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْٓ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْٓا اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَنَا۠ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

اٰۤلْـٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ

“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, ‘Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).’ Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus [10]: 90-91)

b)      Kisah Fir’aun di atas dikuatkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ اِيْمَانُهُمْ لَمَّا رَاَوْا بَأْسَنَا ۗسُنَّتَ اللّٰهِ الَّتِيْ قَدْ خَلَتْ فِيْ عِبَادِهِۚ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكٰفِرُوْنَ

“Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.” (QS. Ghafir [40]: 85)

c)      Ini dikuatkan juga di dalam firman-Nya,

حَتّٰى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ

لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun [23]: 99-100)

d)      Dikuatkan juga dengan hdits Ibnu Umar, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لمَ ْيُغَرْغِرْ

“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama belum yu-ghor-ghir” (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: “Hadits ini hasan gharib”. Di-hasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi)

Kedua, mereka yang mati dalam keadaan kafir. Maksdunya bahwa orang-orang yang kafir tidak diterima taubatnya ketika sudah mati. Ini ditujukan oleh beberapa ayat di bawah.

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَۚ لَا يُقْضٰى عَلَيْهِمْ فَيَمُوْتُوْا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِّنْ عَذَابِهَاۗ كَذٰلِكَ نَجْزِيْ كُلَّ كَفُوْرٍ ۚ

وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ

“Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.’ (Dikatakan kepada mereka), ‘Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.’” (QS. Fathir [35]: 36-37)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَلَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Maka seandainya kita dapat kembali (ke dunia) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syuara [26] :102)

c)       Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

قَالُوْا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَاۤلِّيْنَ

رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْهَا فَاِنْ عُدْنَا فَاِنَّا ظٰلِمُوْنَ

“Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran), sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mukminun [23]: 106-107)

2)      Perbedaan anatara dua kelompok yang tidak diterima taubatnya di atas bahwa kelompok pertama yang melakukan dosa selain syirik, mereka masuk neraka namun tidak kekal.  Adapun kelompok kedua mereka masuk neraka kekal di dalamnya.

****

 

 

Jakarta, Senin 18 April 2022.