Tafsir An-Najah (Qs. 4: 39-42) Bab 217 Berangan-angan Menjadi Tanah
Berangan-angan Menjadi Tanah
(Ayat 39-42)
وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ بِهِمْ عَلِيْمًا
“Dan apa (keberatan) bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah diberikan Allah kepadanya? Dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.”
(Qs. an-Nisa’: 39)
Pelajaran (1) Apa yang Mereka Khawatirkan
(1) Ayat ini mengajak orang-orang kafir, dan orang-orang munafik serta orang-orang yang bakhil terhadap hartanya untuk berfikir lebih jernih tentang kehidupan ini yaitu bahwa beriman kepada Allah dan hari akhir serta menginfakkan sebagian harta bukanlah suatu kerugian, dan bukan pula suatu beban yang berat bagi seseorang.
(2) Atau dengan ungkapan lain, apa sih yang mereka khawatirkan. Jika mereka melakukan itu semua? Beriman kepada Allah dan hari akhir bukanlah suatu hal yang sulit, karena keimanan sebenarnya adalah fitrah yang ada pada setiap orang, mereka hanya diminta untuk menyatakannya saja dan menjaganya. Kemudian Allah juga tidak meminta mereka untuk menginfakkan sebagian kecilnya saja.
Bukankah harta yang mereka miliki adalah pemberian darn karunia dari Allah juga?
(3) Dengan melaksanakan semua itu, seseorang tidaklah merugi di dunia, tetapi yang di dapat justru keuntungan dunia dan akhirat. Hidup bahagia, tenang, nyaman, hati lapang, dan di akhirat akan masuk surga.
Pelajaran (2) Allah Tidak Menzhalimi Hamba-Nya
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۚوَاِنْ تَكُ حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا
“Sungguh, Allah tidak akan menzhalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (Qs. an-Nisa’: 40)
(1) Ayat sebelumnya mengajak orang-orang kafir dan munafik untuk beriman kepada Allah dan hari akhir, serta berinfak dengan sebagian harta mereka, maka pada ayat ini Allah menegaskan bahwa amal shalih yang dikerjakan oleh setiap orang beriman tidak akan kurang sedikitpun. Dan tidak akan dizhalimi oleh Allah.
(2) Kata (ذَرَّةٍ) artinya debu yang kelihatan ketika ada sinar matahari, atau suatu dzat terkecil yang tidak bisa di bagi lagi, dalam istilah kimia disebut atom. Sedangkan (مِثْقَالَ) adalah ukuran berat. Sering digunakan untuk menyebut berat mas seukuran 4,80 gram.
(3) Maksud ayat ini bahwa Allah tidak akan mengurangi pahala amal yang dilakukan oleh hamba-Nya sedikitpun. Sebaliknya, Allah juga tidak akan menghukum orang yang tidak melakukan kesalahan. Karena tindakan seperti ini termasuk dalam tindakan zhalim. Bahkan Allah akan melipatgandakan kebaikan yang dikerjakan hamba-Nya.
(4) Ayat-ayat lain yang menunjukkan hal itu adalah sebagai berikut:
(a) Firman Allah ﷻ,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzhalimi hamba-hamba(-Nya).” (Qs. Fushilat: 46)
(b) Firman Allah ﷻ,
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizhalimi).” (Qs. al-An’am: 160)
(c) Firman Allah ﷻ,
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَ
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (Qs. al-Anbiya’: 47)
(d) Firman Allah ﷻ,
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
“(Lukman berkata), ‘Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti’.” (Qs. Luqman: 16)
(e) Firman Allah ﷻ,
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ۞ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ۞
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Qs. az-Zalzalah: 7-8)
(f) Firman Allah ﷻ,
يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ اُنَاسٍۢ بِاِمَامِهِمْۚ فَمَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ يَقْرَءُوْنَ كِتٰبَهُمْ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.” (Qs. al-Isra’: 71)
(g) Firman Allah ﷻ,
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzhalimi dirinya sendiri.” (Qs. Yunus: 44)
Pelajaran (3) Menjadi Saksi pada Hari Kiamat
فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هُٰلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ
“Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.” (Qs. an-Nisa’: 41)
(1) kata (فَكَيْفَ) artinya “maka bagaimana?” Maksud disini adalah ungkapan keheranan, bagaimana dengan keadaan orang-orang kafir pada hari kiamat. Ketika kami (Allah) mendatangkan dari setiap umat seorang rasul sebagai saksi atas perbuatan yang mereka lakukan.
(2) Ayat ini mirip dengan firman Allah ﷻ,
مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۚوَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْهِمْ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِيْ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ ۗوَاَنْتَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Qs. al-Ma’idah: 117)
Ayat ini menunujukkan bahwa Nabi Isa ‘alaihi as-aalam bersaksi atas umatnya.
(3) Firman Allah ﷻ,
وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هُٰلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ
“Dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.”
Ayat ini mengandung beberapa pengertian, yaitu:
(a) Kami datangkan engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi bagi para rasul yang menjadi saksi atas umatnya terdahulu, bahwa mereka telah benar-benar melaksanakan tugas mereka dan menyampaikan risalah kepada umatnya. Jadi maksud (هُٰلَاۤءِ) pada ayat di atas adalah para rasul.
(b) Kami datangkan engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi atas orang-orang kafir Quraisy yang mendustakan dakwahmu. Jadi maksud (هُٰلَاۤءِ) pada ayat ini adalah orang-orang kafir Quraisy.
(4) Ayat lain yang senada dengan ayat ini adalah firman Allah ﷻ,
وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
“Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (Qs. al-Hajj: 78)
Begitu juga di dalam firman Allah ﷻ,
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Qs. al-Baqarah: 143)
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa,
(a) Umat Islam memberkan persaksian kepada para nabi dan rasul terdahulu bahwa mereka telah menyampaikan risalah kepada umatnya.
(b) Rasulullah ﷺ menjadi saksi bahwa umatnya telah beriman dan menjadi sebaik-baik umat.
(5) Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, pernah diminta oleh Rasulullah ﷺ untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an untuk beliau. Maka Ibnu Masud membacakan surah an-Nisa’ hingga sampai pada ayat ini, dan ketika itu Nabi ﷺ memintanya untuk berhenti. Ibnu Mas’ud berkata, “Maka aku melihat air matanya bercucuran.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Pelajaran (4) Berangan-angan Menjadi Tanah
يَوْمَىِٕذٍ يَّوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَعَصَوُا الرَّسُوْلَ لَوْ تُسَوّٰى بِهِمُ الْاَرْضُۗ وَلَا يَكْتُمُوْنَ اللّٰهَ حَدِيْثًا
“Pada hari itu, orang yang kafir dan orang yang mendurhakai Rasul (Muhammad), berharap sekiranya mereka diratakan dengan tanah (dikubur atau hancur luluh menjadi tanah), padahal mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian apa pun dari Allah.” (Qs. an-Nisa’: 42)
(1) Ayat ini menjelaskan secara lebih rinci keadaan orang-orang kafir yang disinggung pada ayat sebelumnya, yaitu mereka berharap diratakan dengan tanah.
(2) Firman Allah ﷻ,
وَعَصَوُا الرَّسُوْلَ
“Dan orang yang mendurhakai Rasul (Muhammad).”
Dalam ayat ini digabungkan antara kafir dengan yang mendurhakai Rasul. Hal ini menunjukkan bahwa beriman kepada Allah belumlah cukup, kecuali juga harus mengikuti petunjuk Rasulullah. Karena banyak orang yang mengakui beriman kepada Allah, tetapi tidak mau mengikuti petunjuk Rasul-Nya, maka keimanan mereka tidak sempurna dan ibadah mereka akan tertolak.
(3) Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan kewajiban mengikuti Rasul setelah beriman kepada Allah, diantaranya:
(a) Firman Allah ﷻ,
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 31)
(b) Firman Allah ﷻ,
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (Qs. an-Nur: 56)
(c) Firman Allah ﷻ,
مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ
“Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Qs. al-Hasyr: 7)
(4) Firman Allah ﷻ,
لَوْ تُسَوّٰى بِهِمُ الْاَرْضُۗ
“Berharap sekiranya mereka diratakan dengan tanah (dikubur atau hancur luluh menjadi tanah).”
(a) Orang-orang kafir terang-terangan agar mereka diratakan dengan tanah ketika melihat dahsyatnya hari kiamat, dan tidak ada penolong bagi mereka.
(b) Sebagian ulama mengatakan bahwa orang-orang kafir berangan-angan menjadi tanah karena mereka melihat hewan-hewan setelah mati berubah menjadi tanah, sedangkan mereka setelah mati akan dimasukkan ke dalam api neraka.
(c) Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,
اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا ەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكٰفِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) adzab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, ‘Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah’.” (Qs. an-Naba’: 40)
Pelajaran (5) Menyembunyikan Peristiwa
وَلَا يَكْتُمُوْنَ اللّٰهَ حَدِيْثًا
“Padahal mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian apa pun dari Allah.” (Qs. an-Nisa’: 42)
(1) Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya tentang ayat ini yang kelihatannya bertentangan dengan firman Allah ﷻ,
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ
“Kemudian tidaklah ada jawaban bohong mereka, kecuali mengatakan, ‘Demi Allah, ya Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah’.” (Qs. al-An’am: 23)
Ayat 42 dari surah an-Nisa’ menyebutkan bahwa mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah sesuatu kejadianpun. Tetapi di dalam surah al-An’am ayat 23 mereka bisa menyembunyikan kesyirikan mereka. Ibnu Abbas menjawab, “Ketika pada hari kiamat, mereka menyaksikan bahwa Allah tidak memberikan ampunan kecuali untuk orang Islam dari berbagai dosa selain dosa syirik, maka orang-orang musyrik berkata,
وَاللّٰهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِيْنَ
“Demi Allah, ya Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah.”
Mereka berharap Allah mengampuni mereka, maka Allah mengunci mulut mereka tetapi tangan-tangan dan kaki-kaki merekalah yang berbicara tentang segala hal yang telah mereka berharap diratakan dengan tanah, seperti di dalam surah an-Nisa’ ayat 42.
(2) Tentang ditutupnya mulut mereka, sementara tengan-tangan dan kaki-kaki mereka berbicara ditunjukkan di dalam beberapa firman-Nya, diantaranya:
(a) Firman-Nya,
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs. Yasin: 65)
(b) Firman-Nya,
حَتّٰىٓ اِذَا مَا جَاۤءُوْهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَاَبْصَارُهُمْ وَجُلُوْدُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۞ وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُّمْ عَلَيْنَا ۗقَالُوْٓا اَنْطَقَنَا اللّٰهُ الَّذِيْٓ اَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَّهُوَ خَلَقَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۙ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ۞ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُوْنَ اَنْ يَّشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَآ اَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُوْدُكُمْ وَلٰكِنْ ظَنَنْتُمْ اَنَّ اللّٰهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ۞
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ (Kulit) mereka menjawab, ‘Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.’ Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu) bahkan kamu mengira Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kamu lakukan.” (Qs. Fushilat: 20-22)
***
Jakarta, Senin, 25 April 2022.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »