Karya Tulis
1669 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 4: 44-48) Bab 219 Allah Mengetahui Musuh Kalian


Allah Mengetahui Musuh Kalian

(Ayat 44-48)

 

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يَشْتَرُوْنَ الضَّلٰلَةَ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ تَضِلُّوا السَّبِيْلَۗ

“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang telah diberi bagian Kitab (Taurat)? Mereka membeli kesesatan dan mereka menghendaki agar kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).”

(Qs. an-Nisa’: 44)

 

Pelajaran (1) Membeli Kesesatan

(1) Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang pembinaan internal khususnya dalam masalah keluarga muslim, maka pada ayat ini dijelaskan hubungan umat Islam dengan umat-umat lainnya, terutama dengan Ahlul Kitab dari kalangan kaum Yahudi.

(2) Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan oerang-orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah, pada ayat ini dijelaskan orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan cenderung kepada kebatilan.

(3) Ayat ini memerintahkan kepada Nabi ﷺ dan kaum muslimin untuk memperhatikan perilaku orang-orang yang diberi pengetahuan sebagian dari al-Kitab (yaitu Taurat). Maksudnya mereka adalah orang-orang yang berilmu, yang mengetahui kebanaran.

(4) Salah satu kebenaran yang mereka ketahui adalah berita tentang kedatangan Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul terakhiruntuk mengajak kebenaran dan diutus untuk seluruh manusia.

(5) Mereka menutupi kebenaran tersebut demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit. Allah mengungkapkannya dengan membeli kesesatan,

يَشْتَرُوْنَ الضَّلٰلَةَ

“Mereka membeli kesesatan.”

 

Pelajaran (2) Agar Kalian Tersesat

(1) Tujuan mereka melakukan hal itu supaya bisa menyesatkan umat Islam dan memurtadkan mereka dari agamanya.

وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ تَضِلُّوا السَّبِيْلَۗ

“Dan mereka menghendaki agar kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).”

(2) Ayat-ayat lain yang kandungannya mirip dengan ayat ini, antara lain:

(a) Firman Allah ﷻ,

وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs. al-Baqarah: 109)

(b) Firman Allah ﷻ,

لَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ

“Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup.” (Qs. al-Baqarah: 217)

(c) Firman Allah ﷻ,

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” (Qs. al-Baqarah: 120)

(d) Firman Allah ﷻ,

وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ كَمَا كَفَرُوْا فَتَكُوْنُوْنَ سَوَاۤءً فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ حَتّٰى يُهَاجِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ وَجَدْتُّمُوْهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًاۙ

“Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong.” (Qs. an-Nisa’: 89)

(3) Ayat di atas juga menunjukkan bahwa salah satu penyakit yang menimpa ornag berilmu adalah cnta dunia, sehingga mereka menyelewengkan ilmu-ilmu yang mereka miliki demi kepentingan dunia yang sesaat. Oleh karenanya Allah murka kepada mereka.

 

Pelajaran (3) Allah Mengetahui Musuh Kalian

وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاَعْدَاۤىِٕكُمْ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّا ۙوَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا

“Dan Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).” (Qs. an-Nisa’: 45)

(1) Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi yang disebut pada ayat sebelumnya adalah musuh umat Islam, yaitu orang-orang yang menghendaki kehancuran Islam dan menghendaki umat Islam meninggalkan ajaran agamanya.

(2) Cukuplah Allah yang akan menjadi wali, yaitu pelindung orang-orang beriman, dan cukuplah Allah sebagai penolong mereka. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah menjamin agama Islam ini akan terus berlangsung dan berkembang sebagai agama yang paling benar sampai hari kiamat kelak.

(3) Ayat ini mirip dengan firman-Nya,

  يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْۗ وَاللّٰهُ مُتِمُّ نُوْرِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ ۞ هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ۞

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.  Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.” (Qs. as-Shaff: 8-9)

Ini dikuatkan juga dalam firman-Nya,

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّٰهُ اِلَّآ اَنْ يُّتِمَّ نُوْرَهٗ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ ۞ هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ۞

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (Qs. at-Taubah: 32-33)

 

Pelajaran (4) Mereka Menyelewengkan Al-Kitab

مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا

“(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman, kecuali sedikit sekali.” (Qs. an-Nisa’: 46)

(1) Ayat sebelumnya memberikan isyarat tentang musuh umat Islam. Pada ayat ini musuh tersebut dijelaskan secara gamblang. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang mengubah kalimat-kalimat yang Allah turunkan di dalam Taurat.

(2) Orang Yahudi mengubah kalimat di dalam Taurat dengan tiga cara, yaitu:

(a) Mengubah kata dengan kata yang lain. Seperti: mengikuti kata “rajam” dengan kata “jilid”, mengubah “hithah” dengan kata “hinthah.”

(b) Menyelewengkan penafsiran kalimat yang ada kepada penafsiran lain yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Seperti menafsirkan kedatangan Nabi Muhammad dengan penafsiran lain.

(c) Mencampuradukkan yang hak dengan yang batil. Seperti mencampurkan ajaran-ajaran Nabi Musa dengan aturan-aturan yang mereka buat sendiri.

(3) Ayat di atas kandungannya mirip dengan firman Allah ﷺ,

يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْۢ بَعْدِ مَوَاضِعِهٖۚ

“Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya.” (Qs. al-Ma’idah: 41)

 

Pelajaran (5) Tiga Dosa Kaum Yahudi

وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ

“Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama.”

(1) Ayat di atas menyebutkan tiga dosa orang-orang Yahudi yang dilakukan di depan Nabi Muhammad ﷺ, yaitu:

(a) Orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad, “Kami mendengar perkataanmu tetapi kami tidak mentaatimu.”

(b) Mereka juga berkata kepada Nabi dengan rasa benci dan hasad, “Dengarlah wahai Muhammad, tetapi hati mereka mengatakan. ‘semoga Allah menutupi telingamu’ atau ‘semoga ajakanmu tidak didengar’”.

(c) Mereka juga mengatakan “Ra’ina” yang artinya “Perhatikan ucapan kami.” Tetapi arti yang mereka inginkan adalah bodoh untuk mengejek Nabi Muhammad dan mencela agama (وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِ).

(2) Kalimat yang lebih baik.

وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ

“Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat.”

(a) Kemudian pada ayat ini, Allah mengarahkan orang-orang beriman agar mengucapkan kata-kata yang mulia dan baik di depan Nabi. Yaitu dengan megucapkan: “Kami mndengar dan kami taat, dengarlah dan perhatikan kami.” Atau “Perhatikan kami dan tunggulah jangan cepat-cepat supaya kami paham apa yang kamu katakan.”

(b) Hal seperti pernah dijelaskan di dalam tafsir (Qs. al-Baqarah: 104)

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, raa'inaa, tetapi katakanlah, ‘Unzhurnaa’ dan dengarkanlah. Dan orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.” (Qs. al-Baqarah: 104)

(3) Iman yang tipis.

وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا

“Tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.”

(a) Ayat ini menunjukkan bahwa kaum Yahudi akan dilaknat oleh Allah karena kekafiran mereka akan dijauhkan dari rahmat Allah, dan tidak akan diberi petunjuk.

(b) Oleh karenanya, mereka tidak beriman kecuali sangat lemah, sehingga keimanan itu tidak bisa masuk ke dalam hati mereka dan meberikan manfaat kepada mereka.

(c) Ibnu Katsir mengatakan bahwa maksudnya, mereka tidak beriman dengan iman yang bermanfaat, sebagaimana dalam firman-Nya,

وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ

“Dan mereka berkata, ‘Hati kami tertutup.’ Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman.” (Qs. al-Baqarah: 88)

 

Pelajaran (6) Pintu Harapan

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اٰمِنُوْا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدَّهَا عَلٰى اَدْبَارِهَآ اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ السَّبْتِ ۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا

“Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu, sebelum Kami mengubah wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu). Dan ketetapan Allah pasti berlaku.” (Qs. an-Nisa’: 47)

(1) Ayat ini membuka pintu harapan bagi Ahlul Kitab baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani untuk beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.

(2) Al-Quran ini berfungsi sebagai peberian (مُصَدِّقًا) atas kitab yang ada pada mereka, yaitu: Taurat dan Injil, sebelum diubah dan diselewengkan.

(3) Ayat ini juga berisi tentang ancaman kepada mereka yang tidak mau mengikuti perintah Allah untuk beriman kepada al-Qur’an.

 

Pelajaran (7) Dua Bentuk Ancaman

Ancaman Allah kepada kaum Yahudi terdiri dalam dua bentuk, yaitu:

(1) Bentuk pertama, yaitu dengan menghapus wajah mereka.

 مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدَّهَا عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ

“Sebelum Kami mengubah wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang.”

Kata (اَنْ نَّطْمِسَ) artinya penghapusan sesuatu sehingga tidak tersisa.

(a) Seperti di dalam firman Allah ﷻ,

فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْۙ

“Maka apabila bintang-bintang dihapuskan.” (Qs. al-Mursalat: 8)

(b) Juga seperti dalam firman-Nya,

وَقَالَ مُوْسٰى رَبَّنَآ اِنَّكَ اٰتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَاَهٗ زِيْنَةً وَّاَمْوَالًا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ رَبَّنَا لِيُضِلُّوْا عَنْ سَبِيْلِكَ ۚرَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰٓى اَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ

“Dan Musa berkata, ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih’.” (Qs. Yunus: 88)

(c) Firman-Nya,

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ

“Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?” (Qs. Yasin: 66)

Maksud ancaman dalam bentuk pertama ini terdapat beberapa penafsiran:

(a) Mengubah wajah mereka dan memutarkannya ke belakang kepada yang tidak bisa ada mata, hidung dan mulut. Kalau mereka berjalan. Maka arahnya ke belakang bukan ke depan.

(b) Menghapus dan memindahkan wajah mereka, sehingga tidak memiliki, mata hidung dan mulut.

Ini semua akan terjadi pada hari kiamat atau pada akhir zaman. Sebagian ulama mengatakan bahwa ancaman ini akan terjadi jika tidak ada satupun dari mereka yang beriman. Akan tetapi karena sebagian dari Ahlul Kitab telah beriman dan masuk Islam, maka sanksi ini tidak dijatuhkan kepada mereka. Diriwayatkan bahwa Ka’ab al-Ahba salah satu tokoh Yahudi langsung masuk Islam ketika mendengar ayat ini.

(c) Ini adalah perumpamaan bagi mereka yang berpaling dari kebenaran, menuju kepada jalan kebatilan, serta berbalik dari jalan yang terang menuju jalan kesesatan. Mereka bagai berjalan ke belakang.

(d) Mengubah keadaan para pemuka dan pembesar mereka (wujuh) yang tadinya memiliki kekuasaan dan kehormatan menjadi orang-orang yang tidak terhormat lagi dan menjadi orang yang hina. Ini seperti dalam firman Allah ﷻ,

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (Qs. Ali ‘Imran: 112)

(e) Ancaman dalam ayat telah terjadi ketika Bani Qunaiqa, Bani Nadhr serta Bani Quraizhah diusir dari kota Madinah dan sebagian mereka dibunuh karena pengkhianatan yang mereka lakukan. Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗ مَا ظَنَنْتُمْ اَنْ يَّخْرُجُوْا وَظَنُّوْا اَنَّهُمْ مَّانِعَتُهُمْ حُصُوْنُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَاَتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوْا وَقَذَفَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُوْنَ بُيُوْتَهُمْ بِاَيْدِيْهِمْ وَاَيْدِى الْمُؤْمِنِيْنَۙ فَاعْتَبِرُوْا يٰٓاُولِى الْاَبْصَارِ

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan!” (Qs. al-Haysr: 2)

 

(2) Bentuk kedua, yaitu mengubah wajah mereka.

اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ السَّبْتِ ۗ

“Atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu).”

Maksudnya Allah akan mengubah wajah mereka menjadi kera dan babi, sebagaimana yang terjadi pada orang-orang yang melakukan pelanggaran pada hari Sabtu.

Kisah pelanggaran dan sanksinya disebutkan oleh Allah di dalam surah al-Baqarah: 65, surah al-A’raf: 163, dan surah al-Ma’idah: 60.

(a) Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِـِٕيْنَ

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” (Qs. al-Baqarah: 65)

(b) Firman Allah ﷻ,

وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِۘ اِذْ يَعْدُوْنَ فِى السَّبْتِ اِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَّيَوْمَ لَا يَسْبِتُوْنَۙ لَا تَأْتِيْهِمْ ۛ كَذٰلِكَ ۛنَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Qs. al-Araf: 163)

(c) Firman Allah ﷻ,

قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (Qs. al-Ma’idah: 60)

 

Pelajaran (8) Ketetapan Allah

وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا

“Dan ketetapan Allah pasti berlaku.”

(1) Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa maksud dalam ayat ini adalah tidak ada yang mampu menolak ketetapan hukum-Nya, dan tidak pula ada yang bisa membatalkan keputusan-Nya. Ini sesuai dengan doa,

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Ya Allah, tdk ada sesuatu yg dapat menghalangi pemberian-Mu, dan tak ada pula sesuatu yg dapat memberi apa-apa yg Engkau larang, dan tak ada manfaat kekayaan bagi yg mempunyai, kebesaran bagi yg dimilikinya, kecuali kekayaan dan kebesaran yg datang bersama ridha-Mu.”

(2) Ayat di atas juga mengandung makna bahwa apabila Allah menginginkan sesuatu maka Dia akan mewujudkannya, sebagaimana di dalam firman-Nya,

اِنَّمَا اَمْرُه اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.” (Qs. Yasin: 82)

 

Pelajaran (9) Doa Syirik

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (Qs. an-Nisa’: 48)

(1) Pada ayat sebelumnya dijelaskan dosa-dosa dan kekufuran Ahlul Kitab, pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa dosa dibagi menjadi dua, yaitu: dosa yang diampuni dan dosa yang diampuni. Tujuannya agar umat Islam menjauhi dosa yang tidak diampuni, yaitu: syirik, dan meminta ampun terhadap dosa yang bisa diampuni.

(2) Ayat yang mirip kandungannya dengan ayat di atas adalah firman Allah ﷻ,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِه وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.” (Qs. an-Nisa’: 116)

(3) Adapun rincian pembagian dosa pada ayat di atas adalah sebagai berikut,

Pertama: dosa yang tidak diampuni.

Dosa yang tidak diampuni adalah dosa syirik, yaitu seseorang menyekutukan Allah dengan sesuatu. Di dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- قال: سألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أيُّ الذنب أعظم؟ قال: أن تجعل لله نِدًّا، وهو خَلَقَكَ

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata “Ya Rasulullah dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab, “Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia telah ‎menciptakanmu."

Maksud tidak diampuni di sini bahwa seseorang di dalam hidupnya menyembah tuhan selain Allah sampai meninggal dunia, dan dia belum sempat bertaubat dari dosa tersebut. Maka Allah tidak mengampuninya. Dia akan dimasukkan ke dalam neraka selamanya.

Akan tetapi jika dia bertaubat dari dosanya sebelum meninggal dunia, kemudia dia hanya menyembah Allah saja, maka Allah akan menerima taubatnya dan mengampuni dosanya. Bukankah dahulu para sahabat Rasulullah para penyembah berhala, kemudian bertaubat dan masuk Islam dan Allah mengampuni dosa mereka serta menjanjikan mereka dengan surga?

Kedua: dosa yang diampuni.

Adapun dosa yang diampuni adalah dosa-dosa selain dosa syirik. Maksud diampuni di sini adalah jika seseorang melakukan dosa-dosa selain syirik, kemudian meninggal dunia sebelum bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa tersebut bagi yang dikehendaki-Nya. Ini sesuai dengan firman-Nya,

(a) Firman Allah ﷻ,

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 129)

(b) Firman Allah ﷻ,

لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs. al-Baqarah: 284)

(c) Firman Allah ﷻ,

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ ۗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ

“Orang Yahudi dan Nasrani berkata, ‘Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.’ Katakanlah, ‘Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Tidak, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali’.”  (Qs. al-Ma’idah: 18)

 

***

Jakarta, Selasa, 26 April 2022.

KARYA TULIS