Karya Tulis
689 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 4: 66-68) Bab 225 Keimanan yang Kokoh


Keimanan yang Kokoh

(Ayat 66-68)

 

وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ

“Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).”

(Qs. an-Nisa’: 66)

 

Pelajaran (1) Sebab Turunnya Ayat

(1) Pada ayat sebelumnya, diterangkan tentang kewajiban taat kepada perintah Rasulullah ﷺ dan ridha dengan keputusannya. Pada ayat ini diterangkan bahwa kebanyakan manusia berat dan lalai dalam masalah ini.

(2) Diriwayatkan sebab turunnya ayat ini bahwa Tsabit bin Qais dan orang Yahudi mereka berdoa saling membanggakan diri. Orang Yahudi berkata, “Demi Allah, kami pernah diperintahkan untuk membunuh diri dan kami telah laksanakan sampai 70.000 orang terbunuh”. Maksudnya adalah peristiwa yang pernah terjadi pada zaman Nabi Musa dimana Bani Israel diperintahkan untuk membunuh diri mereka sendiri sebagai bentuk taubat atas dosa yang mereka lakukan, yaitu menyembah patung anak sapi.

Mendengar hal itu Tsabit bin Qais berkata, “Demi Allah, seandainya Allah memerintahkan kami untuk membunuh diri kami, maka kami akan laksanakan. Tetapi, Alhamdulillah Allah selamatkan kami dari hal itu.”

 

Pelajaran (2) Keimanan yang Kokoh

(1) Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat ini ditujukan kepada orang-orang munafik yang tidak ridha dengan keputusan hukum Rasulullah ﷺ, yang disebut pada ayat sebelumnya. Yaitu “Seandainya Allah perintahkan kepada mereka untuk membunuh diri mereka sendiri, sebagaimana yang pernah diperintahkan kepada Bani Israel pada zaman Nabi Musa, atau diperintahkan kepada mereka untuk keluar dari rumah mereka untuk berhijrah sebagaimana yang dilakukan oleh para Muhajirin yang meninggalkan kota Makkah menuju Madinah. Maka jika orang-orang munafik tersebut diperintahkan dengan dua hadits di atas, niscaya mereka tidak akan melaksanakan perintah tersebut, kecuali hanya sedikit dari mereka, karena tipisnya keinginan mereka.

(2) Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa penggalan pertama dari ayat di atas turun kepada manusia secara umum. Tetapi penggalan dua ayat tersebut berkenaan dengan sahabat Rasulullah. Jika diperintahkan untuk membunuh diri mereka sendiri atau untuk keluar dari rumah mereka, maka mereka tidaklah akan melaksanakan perintah tersebut, kecuali hanya sedikit dari mereka. Yang dimaksud sedikit adalah Abu Bakar, Umar dan Tsabit bin Qais, serta sahabat-sahabat lainnya.

(3) Kepada mereka yang sedikit itulah Nabi ﷺ bersabda,

إن من أمتي رجالا الإيمان أثبت في قلوبهم من الجبال الرواسي

“Di antara umatku ada orang-orang beriman, yang imannya kokoh di hati mereka dari gunung-gunung yang kokoh.”

(4) Seandainya manusia secara umum atau orang-orang munafik itu mau melaksanakan perintah-perintah Allah, niscaya hal itu lebih baik bagi mereka dan akan menguatkan keimanan mereka.

 

Pelajaran (5) Pahala yang Besar

وَّاِذًا لَّاٰ تَيْنٰهُمْ مِّنْ لَّدُنَّآ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ

“Dan dengan demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami.” (Qs. an-Nisa’: 67)

(1) Melaksanakan perintah-perintah Allah, selain akan menguatkan keimanan di dunia, juga akan mendatangkan pahala besar di akhirat, berupa surga-Nya.

(2) Dalam ayat ini terdapat sekian banyak penekanan, diantaranya:

(a) Kata (لَّاٰ تَيْنٰهُمْ) di sini terdapat huruf Lam taukid, huruf Lam untuk penekanan yang mengundang makna benar-benar atau pasti, yaitu kami pasti akan memberikan kepada mereka.

(b) Kata (مِّنْ لَّدُنَّآ) dari sisi kami ini digunakan untuk menggambarkan anugerah khusus dari Allah. Augerah khusus dari Allah itu sebagaimana digambarkan di dalam firman Allah,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Qs. as-Sajdah: 17)

Ini dikuatkan di dalam hadits Abu Said al-Khudri, tentang sifat surga,

فيها ما لا عين رأت ولا أذن سمعت..» إلى «إن أدنى مقعد أحدكم من الجنة

“Di dalamnya adalah apa yang tidak pernah dilihat mata dan tidak didengar telinga...” hingga “Tempat duduk terendah di antara kalian adalah di surga.”

(c) Kata (اَجْرًا عَظِيْمًاۙ) “ganjaran pahala yang agung” yaitu surga.

(3) Hidayah kepada jalan yang lurus.

وَّلَهَدَيْنٰهُمْ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًا

“Dan pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.” (Qs. an-Nisa’: 68)

Selain yang disebutkan pada ayat sebelumnya, mereka juga akan terus diberikan petunjuk oleh Allah di dalam hidup di dunia ini, sehingga mereka senantiasa beramal shalih yang akan menambah pahala dan kedudukan mereka di akhirat.

 

Pelajaran (4) Empat Pelajaran dari Ayat

Beberapa pelajaran dari tiga ayat di atas (ayat 66-68), sebagai berikut:

(1) Pada ayat 66 surah an-Nisa’ menunjukkan bahwa Islam tidak memberikan beban kepada umatnya sesuatu yang sangat berat dan sulit dipikulnya, seperti perintah bunuh diri. Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir’.” (Qs. al-Baqarah: 286)

(2) Dalam ayat 66 juga menunjukkan bahwa untuk menaati perintah-perintah Allah diperlukan keimanan yang kokoh dan kuat untuk mencapai surga, harus melewati berbagai jenis ujian dan rintangan. Ini sesuai dengan firman Allah ﷺ,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (Qs. al-Baqarah: 214)

Hal ini dikuatkan di dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,

حفت الجنة بالمكاره، وحفت النار بالشهوات

“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disenangi manusia, sedangkan neraka dikelilingi dengan syahwat dan hawa nafsu.” (HR. Muslim)

(3) Sedikit sekali dari manusia yang mau melaksanakan perintah Allah secara sempurna dan dengan segala resiko yang akan ditanggungnya.

(a) Ini sesuai dnegan firman-Nya,

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

“Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba’: 13)

(b) Juga firman-Nya,

فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ اُولُوْا بَقِيَّةٍ يَّنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِى الْاَرْضِ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّنْ اَنْجَيْنَا مِنْهُمْ ۚوَاتَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مَآ اُتْرِفُوْا فِيْهِ وَكَانُوْا مُجْرِمِيْنَ

“Maka mengapa tidak ada di antara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang yang telah Kami selamatkan. Dan orang-orang yang zhalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (Qs. Hud: 116)

(c) Juga firman-Nya,

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (Qs. al-Anam: 116)

(d) Juga firman-Nya,

اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْۤءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاۤءَ الْاَرْضِۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗقَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ

“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (Qs. an-Naml: 62)

(4) Semua perintah Allah mengandung kemaslahatan dan kebaikan. Dan orang yang melaksanakan perintah-perintah Allah, akan mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat.

(a) Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-A’raf: 96)

(b) Juga firman-Nya,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-Nahl: 97)

(c) Juga firman-Nya,

قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًاۢ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚفَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ەۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدٰيَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى

“Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”.” (Qs. Thaha: 123)

 

***

Jakarta, Sabtu, 30 April 2022.

KARYA TULIS