Karya Tulis
739 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 4: 74-76) Bab 228 Memberi Akhirat


Memberi Akhirat

(Ayat 74-76)

 

فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya.”

(Qs. an-Nisa’: 74)

 

Pelajaran (1) Di Jalan Allah

(1) Pada ayat sebelumnya, menjelaskan tiga keadaan orang munafik dalam menghadapi perang dan jihad di jalan Allah. Pada ayat ini diterangkan keadaan orang mukmin dalam berjihad dan dijelaskan tujuan jihad.

(2) Firman-Nya,

فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah.”

(a) Ayat ini menunjukkan perintah untuk berperang di jalan Allah (فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ), maksudnya adalah perang yang tujuannya untuk menegakkan kalimat Allah. Bukan perang untuk kepentingan dunia dan bukan pulang untuk kepentingan politik tertentu. Niat dan tujuan sangat menentukan dalam hal ini.

Di dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu disebutkan,

عن أبي موسى الأشعري-رضي الله عنه- قال: «سُئِلَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- عَنْ الرَّجُلِ: يُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، وَيُقَاتِلُ رِيَاءً، أَيُّ ذَلِكَ فِي سَبِيلِ الله؟ فَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ الله هِيَ الْعُلْيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ الله».

Dari Abu Musa al-Asy’ari raḍiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai seseorang yang berperang karena keberanian, berperang karena dendam dan berperang karena ria, manakah di antara mereka yang berperang di jalan Allah?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Orang yang berperang agar kalimat Allah menjadi tinggi, maka dialah yang berperang di jalan Allah.”

(b) Siapakah yang diperintahkan berperang di sini? Yang diperintahkan adalah orang-orang yang mau menukar kehidupan dunia dengan segala kesenangannya dengan kehidupan akhirat yang dijanjikan Allah yaitu orang-orang yang siap mengorbankan harta dan jiwa untuk kepentingan agama, agar kalimat Allah menjadi tinggi.

 

Pelajaran (2) Dua Pilihan

 وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

“Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya.”

(1) Ayat di atas menjelaskan dua kemugkinan yang akan dihadapi oleh para pejuang di jalan Allah, yaitu gugur atau menang. Ini memberikan motivasi kepada mereka agar semangat di dalam berjuang, agar mendapatkan salah satu dari dua kemungkinan di atas. Tidak ada kemungkinan ketiga atau keempat, seperti ditawan atau kalah.

(2) Hal ini mengisyaratkan bahwa orang beriman selama hidupnya harus merasa menang, walaupun dalam keadaan ditawan, luka atau bahkan kalah sementara dalam peperangan.

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Qs. Ali ‘Imran: 139)

Adapun dua pilihan di atas juga disebut juga oleh Allah di dalam surah lain,

قُلْ هَلْ تَرَبَّصُوْنَ بِنَآ اِلَّآ اِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِۗ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ اَنْ يُّصِيْبَكُمُ اللّٰهُ بِعَذَابٍ مِّنْ عِنْدِهٖٓ اَوْ بِاَيْدِيْنَاۖ فَتَرَبَّصُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ مُّتَرَبِّصُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan adzab kepadamu dari sisi-Nya, atau (adzab) melalui tangan kami. Maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.’” (Qs. at-Taubah: 52)

(3) Apakah sama orang yang terbunuh syahid dengan orang yang hidup dan menang dalam perang?

(a) Ayat di atas secara lahirnya menunjukkan kesamaan antara keduanya. Kedua-duanya akan mendapatkan pahala yang besar.

(b) Hal ini dikuatkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,

تضمن الله لمن خرج في سبيله لا يخرجه إلا جهاد في سبيلي، وإيمان بي، وتصديق برسلي؛ فهو ضامن عليّ أن أدخله الجنّة، أو أرجعه إلى منزله الذي خرج منه بما نال من أجر، أو غنيمة

“Allah menjamin bagi orang yang keluar di jalan-Nya. ‘Tidaklah dia keluar melainkan berjihad di jalan-Ku, dan beriman kepada-Ku, dan membenarkan para rasul-Ku, maka dia adalah dalam jaminan-Ku bahwa Aku akan memasukkannya ke surga, atau mengembalikannya ke rumah dari mana dia keluar, dengan hadiah atau barang rampasan perang’.” (HR. Muslim)

Hadits di atas menunjukkan bahwa orang yang mati syahid mendapatkan pahala dengan dimasukkan ke dalam surga. Adapun yang masih hidup tetap akan mendapatkan pahala berjihad, baik dia mendapatkan bagian harta rampasan perang atau tidak mendapatkannya.

 

Pelajaran (3) Menolong Mereka yang Tertinggal

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا

“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya hzhalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu’.” (Qs. an-Nisa’: 75)

(1) Ayat ini menunjukkan salah satu tujuan berjihad di jalan Allah, yaitu membebaskan orang-orang lemah yang ditindas oleh orang-orang kafir, baik yang berada di Makkah maupun yang berada di tempat-tempat lain.

(2) Orang-orang yang lemah tersebut terdiri dari laki-laki, wanita dan anak-anak kecil. Ini sesuai dengan doa Nabi Muhammad ﷺ,

اللهم نج الوليد بن الوليد، اللهم نج سلمة بن هشام، اللهم نج المستضعفين من المؤمنين

“Ya Allah, bebaskan al-Waleed bin al-Walid, Ya Allah, selamatkan Salama bin Hisyam. Ya Allah, selamatkan yang lemah di antara orang-orang beriman.”

(3) Penyebutan orang-orang yang tertindas di sini berfungsi juga karena fitrah manusia, dia akan berusaha memberikan sanak keluarganya atau teman temannya yang tertindas dan untuk membangkitkan semangat juang kaum muslimin.

(4) Ayat di atas juga mengajarkan kepada kaum muslimin yang tertindas dimanapun berada untuk berdua sebagaimana yang tersebut di dalam ayat,

رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zhalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.”

(5) Beberapa kandungan doa di atas adalah:

(a) Diwajibkan bagi kaum muslimin untuk berhijrah ke tempat di mana mereka bebas melaksanakan ajaran agamanya, yaitu di tempat atau negara yang pemimpinnya tidak berbuat zhalim kepada rakyatnya. Ini berdasarkan firman Allah ﷻ,

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Qs. an-Nisa’: 9)

(b) Jika tidak bisa berhijrah karena lemah, atau tidak tahu jalan, atau tidak mempunyai biaya, hendaknya dia beristighfar dan berdoa dengan doa di atas. Allah ﷻ berfirman,

إِلَّا ٱلۡمُسۡتَضۡعَفِينَ مِنَ ٱلرِّجَالِ وَٱلنِّسَآءِ وَٱلۡوِلۡدَٰنِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ حِيلَةٗ وَلَا يَهۡتَدُونَ سَبِيلٗا ۞ فَأُوْلَٰٓئِكَ عَسَى ٱللَّهُ أَن يَعۡفُوَ عَنۡهُمۡۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَفُوًّا غَفُورٗا ۞

“Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah) maka mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” (Qs. an-Nisa’: 98-99)

(c) Allah menjadi pelindung dan penolong bagi mereka yang tertindas. Maka hendaknya mereka yang tertindas memohon perlindungan dan pertolongan kepada-Nya. Ungkapan ini menunjukkan  bahwa penderitaan yang dialami mereka sudah sampai puncaknya dan tidak ada lagi yang bisa menyelamatkan mereka kecuali Allah ﷻ.

(d) Doa ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang tertindas sudah memasrahkan segala urusannya kepada Allah.  Bagi mereka yang penting mendapatkan perlindungan dan pertolongan Allah, bagaimana caranya dan kapan waktunya diserahkan kepada Allah.

 

Pelajaran (4) Tipu Daya Setan

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (Qs. an-Nisa’: 76)

(1) Ayat ini membagi orang yang berperang menjadi dua kelompok, yaitu:

(a) Pertama: orang-orang yang beriman yang berperang di jalan Allah. Mereka berperang untuk menegakkan kalimat Allah dan menghilangkan kemusyrikan dari muka bumi.

(b) Kedua: orang-orang kafir yang berperang di jalan thagut. Ini menunjukkan bahwa thagut adalah seseorang yang disembah dan dipatuhi selain Allah.

(2) Ayat ini juga menunjukkan perintah untuk memerangi wali-wali setan. Karena merekalah yang mewakili setan di dalam menyesatkan manusia dan memadamkan cahaya Allah. Hal itu karena setan sendiri tidak nampak secara kasat mata di hadapan manusia, yang tampak adalah manusia-manusia pengikut setan.

(3) Dari ayat di atas juga bisa dipahami bahwa wali terbagi menjadi dua, yaitu:

(a) Wali Allah, yaitu orang-orang yang taat kepada perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Menyembah-Nya dan bertawakkal kepada-Nya. Mereka berperang di jalan-Nya untuk menegakkan kalimat-kalimat Alah.

(b) Wali setan, yaitu orang-orang yang menyembahnya dan mengikuti bisikan-bisikannya. Mereka adalah orang-orang musyrik, para dukun dan tukang sihir. Mereka adalah orang-orang yang memerangi wali-wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.

(4) Ayat di atas juga menunjukkan bahwa thagut adalah setan. Karena setan menyebut thagut, Allah menyebut setan daripada walinya. Hal itu mengisyaratkan bahwa thagut adalah setan.

(5) Ayat di atas juga menunjukkan bahwa tipu daya itu lemah. Lemah di hadapan orang-orang beriman. Setan tidak akan bisa menguasai orang yang ikhlas dan bertawakkal kepada Allah, sebagaimana di dalam firman Allah ﷻ,

اِنَّمَا سُلْطٰنُهٗ عَلَى الَّذِيْنَ يَتَوَلَّوْنَهٗ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِهٖ مُشْرِكُوْنَ ࣖ ۞ اِنَّهٗ لَيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ۞

“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (Qs. an-Nahl: 99-100)

Ini dikuatkan dalam firman-Nya,

اِنَّ عِبَادِيْ لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطٰنٌۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ وَكِيْلًا

“Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.” (Qs. al-Isra’: 65)

(6) Apakah tipu daya wanita lebih dahsyat daripada tipu daya setan?

Terdapat dua pendapat ulama, yaitu:

(a) Tipu daya wanita kepada laki-laki lebih dahsyat daripada tipudaya setan. Karena pada ayat ini (Qs. an-Nisa’: 76) Allah mengatakan bahwa tipu daya setan itu lemah.

اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ

“(Karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”

Sedangkan di dalam surah Yusuf, Allah menceritakan perkataan pembesar Mesir bahwa tipu daya wanita itu besar. Allah ﷻ berfirman,

فَلَمَّا رَاٰى قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ

“Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, ‘Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.” (Qs. Yusuf: 28)

(b) Tipu daya setan walaupun dikatakan pada ayat ini lemah, tetapi selemah-lemahnya tipu daya setan masih lebih kuat dari tipu daya wanita. Hal itu karena wanita sendiri ketika mebuat tipu daya sebenarnya dia telah terkena tipu daya setan.

Sebenarnya, kedua pendapat di atas tidak bertentangan. Karena yang dimaksud bahwa tipu daya dahsyat adalah ketika dia menggoda dan memperdaya laki-laki. Sebagaimana diketahui Bersama, bahwa banyak laki-laki jika digoda setan secara langsung, barangkali dia sadar dan kuat dalam mengahadapinya. Tetapi ketika setan menggunakan wanita untuk menggoda laki-laki tersebut, bisa saja dia tergelincir karena tidak menyadari bahwa godaan dan rayuan tersebut berasal dari setan.

Hal ini dikuatkan dengan firman Allah yang menunjukkan bahwa manusia itu diciptakan mempunyai sifat lemah,

وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا

“Karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.” (Qs. an-Nisa’: 28)

Salah satu penafsiram ayat di atas adalah bahwa manusia lemah di hadapan godaan dan tipu daya wanita.

 

***

Jakarta, Ahad, 1 Mei 2022.

KARYA TULIS