Iman, Islam dan Ihsan Dalam Bekerja
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
‘’Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan‘’. (Qs. at-Taubah: 105)
A. IMAN DALAM PEKERJAAN
Pelajaran Pertama: Kita bekerja karena perintah Allah. Kita bekerja karena beriman kepada Allah. Itulah syarat pertama supaya pekerjaan kita tidak sia-sia dan diterima di sisi Allah. Ya, ikhlas (lillah ta’ala). Adapun maksud ikhlas di sini adalah bekerja karena mencari pahala di sisi Allah.
Pelajaran Kedua: Oleh karenanya, kita diperintahkan untuk memulai setiap pekerjaan dengan menyebut nama Allah, baik dengan mengucapkan bismillah ataupun hamdalah, sebagaimana dalam hadist Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ لِلَّهِ أَقْطَعُ
“Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan “Alhamdulillah“, maka akan terputus (berkahnya)“. (HR. Abu Daud, Hasan)
Pelajaran Ketiga: Bekerja juga harus memperhitungkan keberkahan, bukan sekedar meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, sangat perlu kita menginfakkan sebagian dari rizqi yang diberikan Allah kepada kita, supaya pekerjaan kita mendapatkan keberkahan di sisi Allah.
B. ISLAM DALAM BEKERJA
Pelajaran Keempat: Sebagai seorang muslim, ketika kita bekerja bukan hanya sekedar bekerja kemudian mendapatkan uang. Akan tetapi, kita harus melihat dan meneliti, apakah pekerjaan yang kita pilih tersebut sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya atau belum?, Apakah sudah masuk katagori halal, syubhat, atau bahkan haram?. Dan inilah syarat kedua agar pekerjaan kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu harus sesuai dengan tuntuntan Allah dan Rasul-Nya. Dan ini sesuai dengan firman Allah:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
‘’Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun’’. (Qs. al-Mulk: 2)
Maksud dari “yang lebih baik amalnya“ adalah, yang paling ikhlas karena mencari pahala di sisi Allah dan yang paling sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pelajaran Kelima: Pekerjaan yang halal akan membawa berkah dalam kehidupan, keluarga dan masyarakat.
C. IHSAN DALAM BEKERJA
Pelajaran Kelima: Dalam bekerja kita harus selalu merasa diawasi oleh Allah, atau yang sering kita kenal dengan muraqabatullah, sebagaimana firman Allah di atas:
فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.“
Dengan demikian, kita dituntut untuk selalu jujur dan tidak melakukan penyelewengan, penipuan, penggelapan, korupsi dan lain-lainnya. Karena, cepat atau lambat kita akan dikembalikan kepada Allah dan segala amal perbuatan kita akan dimintai pertanggung-jawaban di hadapan-Nya pada hari kiamat kelak. Sebagaimana firman-Nya:
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Pelajaran Keenam: Ihsan dalam bekerja juga berarti kita memilih pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat. Semakin banyak dan luas manfaat pekerjaan tersebut, maka semakin banyak pula pahalanya dan semakin besar berkahnya. Ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika anak Adam mati, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendo’akan orangtuanya.“ (HR. Muslim: 1631)
Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, kita mengetahui sebenarnya Islam telah mengajarkan pada umatnya agar selalu ber-amal dan mengikhlas amalnya hanya untuk Allah, mencari pekerjaan yang halal dan yang paling bermanfaat bagi manusia banyak, kemudian di dalam bekerja dia haru selalu muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah dalam setiap pekerjaannya), sehingga dia akan selalu jujur dan sungguh-sungguh di dalam bekerja. Wallahu A’lam
Bekasi, 27 Shofar 1434/ 10 Januari 2013
DR. Ahmad Zain An-Najah, MA
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »