Bab 4/5: Kekuatan Istighfar; Mendatangkan Rezeki Dan Anak
Masalah rezeki, uang dan anak merupakan masalah yang menjadi perhatian seluruh manusia yang hidup di dunia ini. Berapa banyak manusia yang stress, bahkan tidak sedikit dari mereka yang bunuh diri akibat memikirkan harta dan keluarga. Berapa banyak rakyat kecil yang hidupnya susah, karena sulitnya mencari uang.
Berapa banyak pasangan suami istri di dunia ini yang mengorbankan uang dan tenaga yang tidak sedikit demi untuk mendapatkan seorang anak. Dan berapa banyak orang melakukan kejahatan dan pembunuhan hanya ingin mendapatkan harta dengan cara cepat. Bukankah dunia ini rusak dan kacau akibat ulah manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan hak-hak orang lain ?
Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan diturunkan kepadanya rezeki yang melimpah dan diberikan kepadanya keturunan yang membawa berkah.
Allah berfirman :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًاوَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ” ( Qs Nuh : 10-12 )
Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya ( 18/302 ) :
في هذه الآية والتي في "هود" دليل على أن الاستغفار يستنزل به الرزق والأمطار
“ Ayat ini dan yang terdapat di dalam surat Hud ( ayat 3) merupakan dalil yang menunjukkan bahwa al-Istighfar akan menyebabkan turunnya rezeki dan hujan. “
Hujan lebat pada ayat di atas maksudnya adalah rezeki yang banyak, karena hujan akan membuat tanah subur dan menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan sehingga manusia dan hewan bisa makan darinya, negara menjadi makmur, kekeringan bisa terhindar, air minum yang bersih bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari hujan yang lebat tersebut, kebun-kebun menjadi hijau dan sungai-sungaipun mengalir sebagaimana yang disebutkan di bagian akhir dari ayat di atas.
Oleh karena itu, ketika kota Madinah mengalami kekeringan pada masa Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau keluar bersama-sama penduduk Madinah untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Umar waktu itu tidak banyak berdo’a kecuali dengan memperbanyak istighfar saja.
Berkata Ibnu Katsir di dalam Tafsir al-Qur’an al-Adhim (8/233 ) :
ولهذا تستحب قراءة هذه السورة في صلاة الاستسقاء لأجل هذه الآية. وهكذا روي عن أمير المؤمنين عمر بن الخطاب: أنه صعد المنبر ليستسقي، فلم يزد على الاستغفار، وقرأ الآيات في الاستغفار. ومنها هذه الآية { فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا } ثم قال: لقد طلبت الغيث بمجاديح السماء التي ستنزل بها المطر.
“ Oleh karena itu dianjurkan membaca surat ini di dalam Sholat al-Istisqa’ ( sholat meminta hujan ) karena terdapat ayat tersebut. Dan demikianlah yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, bahwa beliau naik mimbar untuk berdo’a meminta hujan, tidaklah ada yang diucapkan kecuali beristighfar, kemudian membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan istghfar, diantaranya adalah ayat ini. ( ”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat ) Kemudian beliau berkata : Saya memohon hujan melalui pintu-pintu langit yang dengannya akan turun hujan.”
Ayat di atas juga mengajak siapa saja yang sudah menikah dan belum dikarunia anak, agar memperbanyak istighfar. Begitu juga bagi yang sulit mencari pekerjaan agar selalu banyak istighfar agar Allah memberikannya rezeki yang melimpah.
Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya ( 18/302 ) :
وقال ابن صبيح : شكا رجل إلى الحسن الجدوبة فقال له : استغفر الله. وشكا آخر إليه الفقر فقال له : استغفر الله. وقال له آخر. ادع الله أن يرزقني ولدا ؛ فقال له : استغفر الله. وشكا إليه آخر جفاف بستانه ؛ فقال له : استغفر الله. فقلنا له في ذلك ؟ فقال : ما قلت من عندي شيئا ؛ إن الله تعالى يقول في سورة "نوح" : {اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً. مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
Berkata Ibnu Shabih : “Ada seorang laki-laki mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang kegersangan bumi, maka beliau berkata kepadanya : “'Ber-istighfar-lah kepada Allah.” Kemudian datang orang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya : “ Ber-istighfar-lah kepada Allah! Dan orang lain berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya : “ Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya, maka beliau mengatakan (pula) kepadanya : “ Ber-istighfar-lah kepada Allah!" Mak kami menanyakan tentang jawaban tersebut kepadanya. Maka al-Hasan al-Bashri menjawab : “ Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh. ("Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai". (Qs. Nuh: 10-12] “
Ayat di atas bukan berarti menyuruh kita untuk duduk di rumah atau di pojok-pojok masjid sambil berdzikir dan mengucapkan astagfirullah 1000 kali atau 2000 kali, kemudian harta dan anak itu akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi maksudnya adalah bahwa kita sebagai orang muslim hendaknya tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bekerja mencari rezeki atau melakukan terapi sehingga memudahkan seseorang untuk mendapatkan anak. Itu semuanya harus terus dibarengi dengan selalu beristighfar dengan mulut dan hati mengakui segala kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan, dari situ insya Allah, Allah akan membukakan pintu-pintu rezeki dan memberikan kepada kita anak.
Selain itu, yang harus kita ketahui juga, bahwa rezeki dengan berbagai bentuknya akan tersendat dan tertutup dari kita, manakala kita sering melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jadi maksiat adalah penghalang turunnya rezeki, sebaliknya istighfar dan amal sholeh akan membukakan pintu-pintu rezeki. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. ( Qs Al A’raf : 96 )
Dari ayat di atas, kita mengetahui dan menyakini bahwa salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi dan belum tercapainya keadilan sosial di negara kita yang tercinta Indonesia adalah karena banyaknya dosa yang dilakukan oleh bangsa ini.
Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Hud :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan .” ( Qs Hud : 3 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa kenikmatan hidup di dunia ini akan kita dapatkan secara terus menerus, manakala kita melakukan istighfar dan taubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tentunya kenikmatan tersebut meliputi kenikmatan rezeki yang berkah.
Berkata Syekh Amin Syenqiti di dalam Tafsir Adwau al-Bayan ( hal.465 ) :
هذه الآية الكريمة تدل على أن الاستغفار والتوبة إلى الله تعالى من الذنوب سبب لأن يمتع الله من فعل ذلك متاعاً حسناً إلى أجل مسمى؛ لأنه رتب ذلك على الاستغفار والتوبة ترتيب الجزاء على شرطه. والظاهر أن المراد بالمتاع الحسن: سعة الرزق، ورغد العيش، والعافية في الدنيا
” Ayat di atas menunjukkan bahwa istighfar dan taubat kepada Allah dari dosa-dosa menjadi penyebab bagi yang melakukannya untuk mendapatkan mata’an hasanan ( kenikmatan hidup) sampai pada batas waktu tertentu ( yaitu kematian ) , karena hal itu dikaitkan dengan perbuatan istighfar dan taubat sebagai balasannya. Dan yang dimaksud dengan mata’an hasanan pada ayat di atas adalah rezeki yang melimpah, kenikmatan hidup, dan kesehatan badan. “
Ini dikuatkan dengan hadist Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“ Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menimpanya, dan jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya serta Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud (1518) , Ibnu Majah ( 3819), al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra( 6421 ) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kubra (10665)
Di dalam kitab al-Mujalasah wa Jawahiri al-Ilmi ( 4/530 ) karya ad-Dainuri disebutkan :
عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ ؛ أَنَّ جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ؛ قَالَ : إِذَا جَاءَكَ مَا تُحِبُّ ؛ فَأَكْثِرْ مِنَ : « الْحَمْدُ لِلَّهِ » ، وَإِذَا جَاءَكَ مَا تَكْرَهُ ؛ فَأَكْثِرْ مِنْ : « لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللهِ » ، وَإِذَا اسْتَبْطَأْتَ الرِّزْقَ ؛ فَأَكْثِرْ مِنَ « الاسْتِغْفَارِ »
“ Dari Sufyan ats-Tsauri bahwa Ja’far bin Muhammad berkata : “Jika datang kepadamu sesuatu yang kamu senangi, maka perbanyaklah mengucapkan “ alhamdulillah “, jika datang kepadamu sesuatu yang kamu benci, perbanyaklah mengucapkan : “ La haula wala quwwata illa billah “, dan jika rizqimu terlambat, maka perbanyaklah membaca istighfar. “
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »