Karya Tulis
7502 Hits

Banyak Jalan Menuju Syurga: (4) Menuntut Ilmu

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu  bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

         وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ َيتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

  “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke syurga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.”    ( HR. Muslim : 4867 )

Pelajaran dari Hadits :

Pertama : Menuntut ilmu adalah salah satu jalan yang menyebabkan seseorang masuk syurga, karena dengan ilmu dia mengetahui halal dan haram, sehingga menjauhi sesuatu yang haram. Dan dengan ilmu, dia mengetahui amalan-amalan yang mengantarkannya menuju syurga sehingga dia mengikutinya.

Bahkan amal-amal sholeh lain yang disebutkan sebelumnya di dalam hadist, seperti menolong orang lain, memudahkan kesusahannya dan lain-lainnya tidak akan bisa dilakukan kalau seseorang tidak mempunyai ilmu. Atau kita katakan bahwa amal-amal sholeh yang disebutkan sebelumnya memang bermanfaat bagi orang lain, tetapi menuntut ilmu manfaatnya lebih banyak dan lebih luas dibanding amal-amal sholeh lainnya.

Kedua : Menuntut ilmu yang menyebabkan masuk syurga adalah jika hal itu diniatkan ikhlas karena Allah, bukan karena mencari ijazah, atau mencari jabatan, atau agar dikatakan seorang alim, atau agar mendapatkan pengikut yang banyak.

Berkata an-Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim ( 17/22 )  :

فضل المشى فى طلب العلم ويلزم من ذلك الاشتغال بالعلم الشرعى بشرط أن يقصد به وجه الله تعالى وان كان هذا شرطا فى كل عبادة لكن عادة العلماء يقيدون هذه المسألة به لكونه قد يتساهل فيه بعض الناس ويغفل عنه بعض المبتدئين و ونحوهم

“ Di dalam hadist tersebut terdapat keutamaan menuntut ilmu dan secara otomatis menunjukkan keutamaan menyibukkan diri dengan ilmu syar’i, tetapi syaratnya harus diniatkan karena Allah. Syarat ini walaupun berlaku dalam seluruh ibadah, tetapi sebagai kebiasaan para ulama menekankan secara khusus keikhlasan di dalam menuntut ilmu, karena sebagian masyarakat menganggap remeh hal ini dan para penuntut ilmu yang pemula seringkali lengah dalam masalah ini. “

Ketiga : Salah satu cara menuntut ilmu adalah berkumpul dalam majlis untuk membaca dan mempelajari serta mentadabburi al-Qur’an. Perlu diketahui bahwa belajar secara bersama baik dalam bentuk halaqah-halaqah ilmu, maupun dalam bentuk majlis-majlis ilmu sangatlah membantu di dalam  menuntut ilmu. Karena seseorang jika di suatu majlis maka dia tertuntut untuk bersungguh-sungguh dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh seorang alim atau guru, dia bisa menahan dirinya untuk tidak berbuat sesuka hatinya karena gerak-geriknya akan menjadi perhatian orang banyak.

Berbeda jika dia belajar sendiri, maka tidak ada orang lain yang mengawasinya, maka dia akan berbuat seenaknya sendiri dan cenderung akan mengikuti segala keinginannya, sehingga susah untuk fokus dan konsentrasi pada ilmu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya syetan mulai menggoda dan berusaha menjauhkannya dari menuntut ilmu. Selain itu, belajar sendiri tanpa guru cenderung banyak salahnya, karena banyak istilah-istilah dalam bidang - bidang tertentu yang tidak bisa dipahami dengan baik kecuali melalui keterangan guru yang sudah menguasainya. 

Keempat : Majlis ilmu tidak terbatas di masjid saja, tetapi bisa di tempat lain, seperti di ruang sekolah, aula pertemuan dan tempat-tempat lainnya. Adapun maksud baitullah di dalam hadist di atas, bukan terbatas pada masjid.

Berkata an-Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim ( 17/22 )  :

ويلحق بالمسجد فى تحصيل هذه الفضيلة الاجتماع فى مدرسة ورباط ونحوهما ان شاء الله تعالى ويدل عليه الحديث الذى بعده فإنه مطلق يتناول جميع المواضع ويكون التقييد فى الحديث الأول خرج على الغالب لا سيما فى ذلك الزمان فلا يكون له مفهوم يعمل به

 “ Selain di masjid, untuk mendapatkan keutamaan berkumpul untuk mencari ilmu, juga bisa di dapat di tempat lain seperti sekolah, pesantren dan sejenisnya insya Allah. Yang menunjukkan hal itu adalah hadits sesudahnya yang menerangkan tentang cakupan semua tempat. Oleh karena sebutan tempat tertentu ( masjid ) pada hadits pertama hanya menunjukkan kebiasaan, khususnya pada zaman itu, sehingga tidak ada mafhum yang diamalkan. “   

Kelima : Di dalam hadist di atas terdapat empat keutamaan yang akan di dapat orang-orang yang sering hadir dalam majlis-majlis ilmu, yaitu sebagai berikut :

Keutamaan Pertama : نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ ( Mendapatkan Ketenangan Hati )

As-Sakinah di dalam hadist di atas artinya ath-Thuma’ninah wa al-Waqar ( Ketenangan dan Keteguhan). Mereka akan merasakan ketenangan yang terus menerus, karena mereka berada di atas petunjuk Allah.  Allah berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( Qs. ar-Ro’du : 28 )

Keutamaan Kedua : وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ  ( Diselimuti Rahmat Allah ). Yaitu bahwa orang-orang yang hadir di majlis-majlis ilmu akan mendapatkan rahmat dan kasih-sayang dari Allah. 

Keutamaan Ketiga : وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ ( Dikelilingi para Malaikat ). Berkata  Syekh Athiyah Salim di dalam Syarah Arba’in an-Nawawiyah ( 19/ 11 ) :

فالملائكة تحفهم بأجنحتها إما رأفة بهم، وإما إعجاباً بهم، وإما تطييباً لخواطرهم

“ Malaikat mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya karena sayang kepada mereka, atau kagum dengan perbuatan mereka atau ingin menyenangkan hati mereka. “

Berkata Shaleh Ali Syekh di Syarah Arba’in an-Nawawiyah (hadist: 37/6 ):

يعني أنهم أحدقوا بهم من جميع الجهات، وتراصوا بحيث كانوا حافين بهم، وهذا يدل على أن هؤلاء تعرضوا لفضل عظيم، لا يتسلط عليهم وهم إذْ ذاك شيطان إلا ما كان من هوى أنفسهم والقرين.

“Maksudnya bahwa Para Malaikat menutupi mereka dari segala penjuru dan mereka berbaris rapat mengelilingi mereka. Dan ini menunjukkan bahwa mereka mendapatkan kemuliaan yang besar. Maka mereka tidak akan dikuasai syetan dalam keadaan seperti ini, kecuali dari dalam diri mereka sendiri. “

Keutamaan Keempat : وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ (Allah menyebut-nyebut mereka kepada makhluq yang berada di sisi-Nya ).

Maksudnya bahwa Allah akan menyebut-nyebut mereka di depan para Malaikat yang berada di sisi-Nya dengan memuji mereka dan menjanjikan mereka dengan pahala yang besar. Yang disisi Allah adalah Para Malaikat, sebagaimana  firman Allah :

        وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ

“  Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.” ( Qs. al-Anbiya’ : 19 )

 Berkata al-Mubarakfuri di dalam Tuhfatu al-Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi ( 9/ 226 ) :

وذكرهم الله فيمن عنده أي ذكرهم الله مباهاة وافتخارا بهم بالثناء الجميل عليهم وبوعد الجزاء الجزيل لهم

 “ Allah akan menyebut-nyebut mereka di depan siapa yang ada di sisi-Nya, yaitu menyebut mereka dengan memamerkan dan membanggakan mereka dengan memberikan pujian yang baik dan dan menjanjikan mereka dengan pahala yang besar. “ 

KARYA TULIS