Kaidah Umum Dalam Belajar
Sebelum memulai belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya memahami dengan baik-baik kaidah-kaidah yang diletakkan oleh para ulama untuk menjadi bekal para penuntut ilmu.
Kaidah–kaidah kalau dipegang teguh dan dihayati, insya Allah akan banyak membantu para penuntut ilmu di dalam mencapai cita-cita mereka
Diantara kaidah- kaidah tersebut adalah sebagai berikut :
Kaidah Pertama: Ilmu membutuhkan Pengorbanan
Dalam pepatah Arab disebutkan :
اَلْعِلْمُ لَا يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى تُعْطِيْهِ كُلّكَ
“Ilmu itu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya, sehingga engkau memberikan kepadanya semua yang engkau miliki ”
Artinya, bahwa seorang penuntut ilmu jika berniat mempelajari suatu ilmu, maka dia harus berani dan siap mengorbankan segala yang dimiliki ; harta, waktu, dan tenaga. Bahkan walaupun dia sudah mengorbankan segala sesuatu yang dia miliki tersebut, maka belum tentu dia mampu meraih semua ilmu yang ada. Dan selama-lamanya dia tidak akan mampu menguasai seluruh ilmu tersebut, kecuali hanya sebagiannya saja.
Kalau ini hasil orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuntut ilmu, anda bisa membayangkan bagaimana hasil orang yang setengah-setengah atau tidak bersungguh–sungguh, serta tidak mau berkorban di dalam menuntut ilmu.
Kaidah Kedua: Menuntut Ilmu Memerlukan Waktu dan Proses
Dalam sebuah pepatah Arab disebutkan :
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا
“Belajarlah, karena seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu ”
Artinya, seseorang tidak begitu saja menjadi seorang alim tanpa melalui proses dan usaha. Maka seorang penuntut ilmu, jika ingin menjadi orang alim, hendaknya dia belajar dan terus belajar sehingga cita-citanya tercapai.
Dalam menuntut ilmupun, tidak serta merta langsung berhasil, kadang untuk mendapatkannya harus melewati rintangan dan ujian. Untuk menghadapinya perlu waktu dan proses juga. Jika dia bersungguh-sungguh secara kontinue dan terus menerus, insya Allah akan berhasil.
Kaidah Ketiga: Mengikuti Jalan yang digariskan para Ulama
Dalam pepatah Arab disebutkan :
تَرْجُوْ النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِى عَلَى الْيَبَسِ
“Anda mengharapkan keselamatan, akan tetapi anda tidak mau mengikuti jalan jalan yang mengantarkan kepada keselamatan tersebut.
Perbuatan anda tersebut bagaikan sebuah kapal yang berlayar di atas daratan. ”
Artinya, kalau seorang penuntut ilmu bercita-cita menjadi seorang alim, akan tetapi tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak mau mengorbankan waktu, tenaga dan hartanya untuk itu, maka orang semacam itu hanyalah berangan-angan saja, dan tidak mungkin akan berhasil menggapai cita-citanya, selama dia tidak mau bersungguh-sungguh. Dia ibarat sebuah kapal yang berhenti dan tidak bisa berjalan, karena kapal tersebut berada di atas daratan dan keadaan tersebut tidak akan berubah sehingga dia berjalan di atas air.
Kaidah Keempat: Sabar terhadap Ujian dalam Menuntut Ilmu
Dalam pepatah Arab disebutkan :
مَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً تَجْرَعُ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
"Barang siapa yang belum pernah merasakan sama sekali kehinaan ketika belajar, maka niscaya dia akan merasakan kehinaan karena bodoh selama hidupnya “
Artinya, bahwa seseorang ketika sedang dalam proses belajar, dia akan mendapatkan kehinaan, seperti dia harus datang merengek-rengek kepada seorang guru atau seorang alim supaya dia belajar darinya, bahkan kadang dia harus merelakan sebagian harta untuk membayarnya demi mendapatkan sebuah ilmu. Dia harus rela duduk di bawah, sedang gurunya duduk di atas kursi. Bahkan kadang dia harus rela dimarahi, diperintah, bahkan dihukum, jika melakukan sebuah kesalahan. Itu semua merupakan bentuk bentuk kehinaan di dalam proses belajar.
Seorang penuntut ilmu yang takut akan kehinaan seperti ini, otomatis dia tidak akan datang ke majlis-majlis ilmu dan dia akan menjauhi guru–guru dan orang-orang alim, karena takut diperintah atau ditegur. Dengan demikian, selama-lamanya dia tidak akan pernah belajar, dan selama-lamanya dia akan berada dalam kebodohan. Dan ketika dia bodoh, maka orang-orang disekitarnyapun tidak akan menghargai dan menghormatinya, karena dia tidak mempunyai ilmu, dan selama-lamanya dia akan dihinakan sepanjang hidupnya.
Kaidah Kelima: Memilih Metode yang Tepat dalam Menuntut Ilmu
Dalam pepatah Arab disebutkan :
الطَّرِيْقَةُ أَهَمُّ مِنَ الْمَادَةِ
"Pengetahuan tentang tata cara belajar itu jauh lebih penting dari pengetahuan tentang materi pelajaran itu sendiri ”
Artinya, seorang penuntut ilmu hendaknya lebih dahulu memperhatikan dan mempelajari tata cara, tehnik-tehnik serta kiat-kiat belajar yang benar dan efesien sebelum dia memperhatikan dan mempelajari materi pelajaran itu sendiri. Hal itu, karena mengetahui tata cara belajar yang baik, akan mengantarkan kepada pemahaman dan penguasaan materi yang baik juga. Sebaliknya seorang penuntut ilmu yang hanya memperhatikan materi pelajaran tanpa memilih metode belajar yang benar, dikhawatirkan dia tidak akan berhasil menguasai materi itu sendiri. Berapa banyak seorang penuntut ilmu yang rajin dan tekun di dalam mempelajari materi pelajaran, akan tetapi karena tidak didukung dengan sistem dan metode belajar yang benar, maka ketekunan tersebut tidak banyak membuahkan hasil.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »