Hukum Mengucapkan “Almarhum“ Kepada Mayit
Sudah menjadi kebiasaan di masyarakat jika seseorang meninggal dunia, mereka memanggilnya dengan sebutan (almarhum) bagaimana hukumnya ?
Jawaban : Untuk menentukan hukum atas ucapan di atas, perlu diperinci terlebih dahulu :
Pertama : Jika mereka mengatakan seperti itu dengan maksud memberitahukan keadaan si mayit, maka hukumnya tidak boleh, karena si mayit sudah kembali kepada Allah dengan amalnya. Kita tidak mengetahui secara persis keadaannya di akherat apakah termasuk yang dirahmati Allah dan masuk surga atau yang mendapatkan adzab dan masuk ke dalam neraka. Merupakan salah satu keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa tidak menyatakan seseorang sebagai ahli surga atau neraka kecuali yang sudah disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya secara jelas dan tegas.
Kedua : Jika ucapan tersebut dimaksudkan untuk mendoakan mayit supaya mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah, maka hal itu dibolehkan selama dia adalah muslim, dan bukan orang kafir. Lafadh doanya yang lebih tepat adalah dengan mengucapakan “Allah Yarham”, “Rahimallahu” dan doa-doa yang serupa.
Ketiga : Adapun jika si mayit adalah orang kafir, kita tidak boleh mendoakan sama sekali. Ini sesuai dengan firman Allah :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.” ( Qs. at-Taubah : 113)
Di dalam tafsir Ibnu Katsir (4/221) disebutkan bahwa ayat di atas turun, ketika peristiwa kematian paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Thalib. Ketika dalam keadaan sakaratul maut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya, disampingnya ada Abu Jahl dan Abdulah bin Abu Umayyah. Beliau berkata : “ Wahai pamanku, katakanlah Lailaha illallah, perkataan yang saya bela kamu dengannya di hadapan Allah. Tetapi Abu Jahl berkata : “ Wahai Abu Thalib apakah kamu akan meninggalkan agama Abdul Muthalib? ” Kedua-duanya terus saling mempengaruhinya, tetapi akhirnya Abu Thalib lebih memilih agama nenek moyangnya yaitu menyembah berhala. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Aku akan memintakan ampun untukmu selama hal itu belum dilarang.”, maka turunlah ayat tersebut sebagai larangan untuk melakukannya.
Kesimpulannya, bahwa memintakan ampun untuk orang kafir di saat masih hidup dibolehkan, tetapi kalau sudah meninggal, maka hal tersebut dilarang.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »