Karya Tulis
3971 Hits

Prinsip Ahlussunnah: Menghormati Sahabat dan Ahlul Bait

satu prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa mereka menghormati para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Ahlul Baitnya. Lisan mereka tidak mengeluarkan kata-kata terhadap mereka kecuali kebaikan dan selalu mendoakan mereka, sebagaimana firman Allah :

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

 “ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”(Qs al-Hasyr :10)

Adapun yang menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam masalah ini adalah

Pertama : Syiah Rafidhah, mereka menyakini bahwa para  sahabat telah murtad kecuali beberapa orang saja, mereka mencaci maki para sahabat dan ummahatul mukminin, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Aisyah dan Hafshah, radhiyallahu 'anhum. Mereka juga menyakini bahwa Ahlul Bait hanya terbatas kepada Ali dan Fatimah serta keturunannya, sedangkan istri-istri Rasulullah bukan termasuk ahlul bait.         

Kedua : al-Mu’tazilah, mereka sering bersikap tidak hormat kepada para sahabat, mereka menyudutkan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhum, bahkan menuduh sebagian sahabat sebagai orang yang fasik, sebagaimana tuduhan Washil bin Atha dan Amru bin Ubaid kepada salah satu kelompok sahabat ( kelompok Ali dan Aisyah radhiyallahu 'anhum) yang berselisih dalam perang Jamal sebagai orang-orang fasik yang tidak diterima persaksian mereka. (Abu Manshur al-Baghdadi,(w.429 H), al-Farqu Baina al-Firaq, hal.120,147 )

Adapun dalil-dalil Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang keutamaan para sahabat adalah sebagai berikut :

 Pertama : Firman Allah subhanahu wa ta’ala, 

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنهم مغفرة و أجرا عظيما

          “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka : kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridlaan Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat dan menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” ( Qs. al-Fath : 29).

          Kedua : Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

 وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“ Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.) Qs. at-Taubah : 100).

Ketiga : Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

          لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbai’at kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.” (Qs.al-Fath:18).

Kewajiban Mencintai Ahlul Bait

Adapun dalil-dalil akan kewajiban mencintai Ahli Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut :

Dalil Pertama : Firman Allah,

قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

“ Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.“ ( Qs. asy- Syura : 23 )

Kalimat (إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى) mempunyai empat makna :

Makna Pertama : Kecuali kalian mencintaiku karena hubungan kekerabatan diantara kita, maka janganlah kalian menggangguku dan tetaplah menjagaku dari gangguan orang luar.

Makna Kedua : Janganlah kalian mengganggu kerabat dan keluargaku dan jagalah mereka demi untukku. Inilah salah satu keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah untuk berkasih sayang kepada keluarga nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Makna Ketiga : Kecuali kalian mencintai Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara mentaati-Nya dan beramal sholeh. 

Makna Keempat : Kecuali kalian mencintai kerabat-kerabat kalian serta menyambung tali silaturahmi diantara kalian.

Dalil Kedua : Firman Allah,

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“ Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” ( Qs. al-Ahzab : 33 )

Berkata Ibnu Katsir di dalam Tafsirnya ( 8/410 )  :

وهذا نص في دخول أزواج النبي صلى الله عليه وسلم في أهل البيت هاهنا؛ لأنهن سبب نزول هذه الآية، وسبب النزول داخل فيه قولا واحدا، إما وحده على قول أو مع غيره على الصحيح.

 “ Ayat di atas menunjukkan secara jelas (nash) atas masuknya istri-istri Nabi dalam  katagori Ahlul Bait, karena mereka menjadi penyebab turunnya ayat di atas. Dan penyebab turun suatu ayat, pasti masuk di dalam ayat tersebut, dan ini sudah menjadi kesepakatan para ulama, baik mereka masuk dalam ayat di atas secara terpisah, dan ini menurut sebagian pendapat, atau mereka masuk di dalam ayat bersama dengan kelompok lainnya, dan ini menurut pendapat yang benar.”

Dalil Ketiga : Firman Allah,  

قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ .

 Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (Qs. Hud :73)

 Ayat di atas turun berkenaan dengan istri nabi Ibrahim ‘alaihi as-salam  , yaitu Siti Sarah dan ini menunjukkan secara jelas bahwa istri seseorang masuk dalam katagori Ahlul Baitnya.

Dalil Keempat : Adapun dalil bahwa selain istri masuk dalam katagori Ahlul Bait adalah hadist-hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Ali, Fatimah serta Hasan dan Husen adalah Ahlul bait dan mendo’akan kebaikan untuk mereka. Diantaranya adalah hadits Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya beliau berkata :

خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةً وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيُّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا

          "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar di suatu pagi, beliau memakai sebilah kain yang bergambar pelana onta yang terbuat dari bulu hewan yang berwarna hitam. Maka datanglah al-Hasan bin Ali lalu Nabipun memasukannya ke dalam kain tersebut, lalu datang Al-Husain maka iapun masuk bersama Al-Hasan, lalu datang Fathimah maka Nabi memasukannya ke kain tersebut, lalu datang Ali maka Nabipun juga memasukannya, kemudian Nabi berkata "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya" (HR. Muslim,2424).

 Diantara isti-istri nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah : (1) Khadijah binti Khuwailid, (2) Saudah binti Zam’ah, (3) Aisyah binti Abu Bakar, (4) Hafshah binti Umar bin Khattab,(5) Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Mughirah. (6) Zaenab binti Jahsy, (10) Maimunah binti Harist, (7) Juwairiyah binti Harist bin Abu Dhirar, (8) Ummu Habibah binti Abu Sufyan (9) Shofiyah binti Huyay bin Akhthab.

           Ahlus Sunnah wal Jama’ah  menyakini bahwa diantara istri-istri tersebut yang paling mulia dalah Khadijah binti Khuwailid kemudian Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma   

          Salah satu hadist yang menunjukkan keutamaan Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu 'anha adalah hadist Abu Musaa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

  وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

 “ Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari, 3411 dan Muslim, 2431)

           Tsarid sebagaimana di dalam Mu’jam al-Ma’ani adalah potongan roti yang dicampur dengan potongan daging dan kuah. Berkata Ibnu Qayyim di dalam Zadul Maa’d (4/271) :

الثريد مركَّب من لحم وخبز واللحم سيد الآدام ، والخبز سيد الأقوات ، فإذا اجتمعا لم يكن بعدها غاية

 “ Tsarid terdiri dari daging dan roti. Adapun daging adalah rajanya lauk, sedangkan roti adalah rajanya makanan pokok. Jika keduanya dicampur, maka tidak ada yang menandinginya.“ 

KARYA TULIS