Karya Tulis
2682 Hits

Menjaga Keluarga dari Siksa Api Neraka


Api Neraka

Menjaga Keluarga dari Siksa Api Neraka

Tadabbur Surah At-Tahrim ayat 6

[DR. AHMAD ZAIN ANNAJAH, MA.]


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا وَّقُوۡدُهَا النَّاسُ وَالۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُوۡنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُوۡنَ مَا يُؤۡمَرُوۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim, 66: 6)

Pelajaran dari ayat di atas yang terkait dengan keluarga sakinah adalah:

(1) Salah satu tanda keimanan dari seseorang adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Iman di sini kaitannya dengan usaha menjaga diri dari api neraka. Tanda keimanan seseorang itu diukur dari keluarganya, apakah ada usaha untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari api neraka. Yang mengaku dirinya beriman tentu ada upaya untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Jika lemah penjagaannya maka dapat dikatakan lemah imannya, begitu pula sebaliknya.

 

(2) Firman-Nya: قُوۡۤا

Berasal dari kata وقى – يق – وقاية yang artinya menjaga dan melindungi dari sesuatu. Jadi قُوۡۤا itu menjaga, melindungi. Bertaqwa kepada Allah itu melindungi diri dari siksaan Allah subhanahu wa ta’ala. Bertaqwa dari api neraka bermakna menjaga diri dari api neraka. Bertaqwa kepada Allah maksudnya berlindung dari murka Allah dan adzab Allah dengan menjauhi segala larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Taqwa itu menjauhi, melindungi, membentengi.

Dalilnya adalah kisah Umar bin Khaththab. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang pengertian taqwa. Ubay bin Ka’ab seorang sahabat yang ahli Al-Qur’an dan pernah diminta oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membaca Al-Qur’an di hadapan beliau. Rasulullah menyatakan bahwa beliau suka mendengarkan orang lain membaca Al-Qur’an. Lalu akhirnya Ubay bin Ka’ab pun membaca Al-Qur’an di hadapan Rasulullah dari surah Al-Baqarah hingga surah An-Nisa’. Dalam beberapa ayat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis dan menyatakan cukup, jangan diteruskan bacaan Ubay.

Sebab Ubay bin Ka’ab adalah seorang sahabat yang ahli Al-Qur’an maka Umar bin Khaththab bertanya kepadanya perkara taqwa. Ubay menjawab, “Wahai Umar, pernahkah engkau melewati jalan yang banyak durinya, kaca belingnya?” Ubay menjelaskan makna taqwa dengan menganalogikan dengan realitas. Jalan kehidupan ini dianalogikan dengan jalan yang penuh duri, rintangan. “Lalu apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab,”Saya harus berhati-hati supaya tidak menginjak duri dan rintangan tersebut.” Ubay mengatakan, “Itulah taqwa, wahai Umar. Sangat berhati-hati dalam hidup ini agar terjerumus kepada jurang kesesatan dan tidak menginjak yang haram.”

Ibnul Mu’taz membuat syair yang terjemahannya sebagai berikut: “Jauhilah dosa kecil maupun dosa besar itulah hakikat taqwa. Dan jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah yang banyak durinya, berhati-hati terhadap apa yang dilihat. Jangan meremehkan dosa kecil sebab sebagaimana gunung itu berasal dari kumpulan kerikil-kerikil kecil.”

Jika di dalam keluarga itu ada konflik atau api, segera matikan. Jika tidak maka akan merembet dan membakar yang lainnya. Na’udzu billah min dzalik. Hampir sebagian besar keruntuhan rumah tangga itu berasal dari konflik kecil yang dibiarkan menjadi besar. Jika rumah tangga dengan satu istri saja belum bisa me-manaje, apalagi jika dengan istri lebih dari satu. Kecemburuan antar istri itu perlu langsung diredam. Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengelola kecemburuan diantara istri-istri beliau sehingga dapat selamat mencapai tujuan akhir rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Oleh karena itu kita mengikuti Rasulullah, jangan meremehkan yang kecil-kecil… segera selesaikan yang kecil-kecil itu.

 

(3) Berlindung dari murka Allah dan api neraka dapat dilakukan dalam beberapa langkah dalam Keluarga:

a. Dengan berdoa.

Salah satu doa yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Suami Ummu Salamah meninggal dunia dan dia merasa sangat sedih sebab merasa bahwa suaminya yang paling baik. Lalu diajarkan doa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik.”

Jadi musibah itu berpahala. Jika mendapatkan musibah, maka hadapi dengan sabar dan ketabahan. Kalau tidak sabar maka hilanglah pahala dari musibah tersebut. Berdoa memohon pahala atas musibah yang menimpa dan memohon pengganti yang lebih baik daripada yang hilang. Siapa suami yang lebih baik bagi Ummu Salamah? Yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kebahagiaan itu tidak terjadi secara instan, melewati kesengsaraan dan serangkaian ujian terlebih dahulu. Contohnya kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang menjadi Perdana Menteri setelah melampaui sejumlah ujian kehidupan seperti dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, digoda oleh seorang wanita bangsawan, masuk penjara, dan ujian lainnya. Proses inilah yang paling penting, bahkan lebih penting daripada hasilnya. Menikmati proses dengan membiarkan hidup ini mengalir. Sebab jika kehidupan ini tidak ada tantangan maka terasa hambar. Keluarga kalau tidak ada cekcok, tidak seru. Cekcok dahulu setelah itu berdamai, itu rasanya nikmat banget. Seperti kata pepatah: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Ini juga kaidah dalam keluarga sakinah.

Ada satu lagi wanita yang mengalami hal yang serupa Ummu Salamah, adalah Ummu Habibah. Ummu Habibah sebelumnya menikah dengan Ubaidilah bin Jahsy dan dia murtad sesampainya di tempat hijrah di Habasyah. Ummu Habibah merasa sangat sedih sebab merasa sendirian di tempat hijrah, di pengasingan jauh dari kampung halaman, lalu ditinggalkan oleh suami yang murtad. Padahal niat hijrah adalah untuk memegang teguh Islam sampai mati, namun ternyata suaminya murtad. Dalam kesedihan itu datanglah lamaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah ditinggal oleh suami. Kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ummu Habibah mengungkapkan kegembiaraannya dilamar oleh Rasulullah, dengan menyerahkan semua perhiasaan yang dimilikinya kepada orang yang membawa kabar gembira tersebut (utusan Raja Najasyi). Artinya gembira itu terasa nikmatnya setelah mengalami kesengsaraan.

Doa pertama yaitu doa yang dibaca setiap pagi hari, diriwayatkan oleh Ummu Salamah juga, yaitu:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima.”

Hubungannya adalah rizki yang baik/halal dapat diperoleh jika kita memiliki ilmu. Kita juga dapat mengetahui rizki itu halal atau haram jika kita mengetahui ilmunya (tentang halal dan haram). Jadi رِزْقًا طَيِّبًا itu memerlukan dua ilmu عِلْمًا نَافِعًا: ilmu untuk mencari rizki dan ilmu untuk mengetahui rizki itu halal atau haram. Kemudian عَمَلًا مُتَقَبَّلًا diartikan sebagai taqwa.

Dalilnya surah Al-Maidah ayat 27 dalam kisah Habil dan Qabil bahwasanya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلأَخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah satunya dan tidak diterima dari yang lainnya. Maka berkata yang tidak diterima kurbannya, ‘Sungguh aku akan membunuhmu.’ Dan berkata yang diteirma kurbannya, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertakwa.’” (QS. Al-Maidah, 5: 27)

قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا implementasinya dalam keluarga pertama kali adalah menuntut ilmu, kerahkan seluruh anggota keluarga untuk mendatangi majlis-majlis ilmu termasuk kajian keluarga sakinah ini. Banyak menuntut ilmu maka rizki akan lancar mengalir. Kalau rizki tidak halal maka tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Janganlah kita rajin ibadah akan tetapi kurang ilmu. Sebagaimana ada kisah seorang laki-laki yang sedang bersafar, berpakaian kusut dan bersungguh-sungguh dalam berdoa kepada Allah namun doanya tidak diterima sebab rizkinya haram, makanannya syubhat.

Doa kedua adalah doa yang dibaca ketika sujud dalam sholat malam diriwayatkan dari ibunda Aisyah:

قدت رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة من الفراش . فالتمسته . فوقعت يدي على بطن قدميه وهو في المسجد . وهما منصوبتان . وهو يقول: اللهم أعوذ برضاك من سخطك . وبمعافاتك من عقوبتك . وأعوذ بك منك لا أحصى ثناء عليك . أنت كما أثنيت على نفسك ، صحيح مسلم

“Aku pernah kehilangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam suamiku pada suatu malam dan aku mencari-carinya dengan kedua tanganku mendapati kedua telapak kaki beliau berdiri tegak (sedang sujud) dan beliau berdoa:

اللهم أعوذ برضاك من سخطك وبمعافاتك من عقوبتك وأعوذ بك منك لا أحصى ثناء عليك . أنت كما أثنيت على نفسك ، صحيح مسلم

‘Ya Allah aku berlindung kepada keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan aku berlindung kepada maaf-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung sebagaimana Engkau menghitung kebaikan-Mu sendiri.’

Hadits di atas menunjukkan bahwa tidurnya suami istri itu dalam gelap (lampu redup). Salah satu manfaatnya untuk kesehatan sebab hormon melatonin (hormon kekebalan tubuh) diproduksi saat tidur dalam keadaan gelap sehingga badan menjadi segar. Pada malam hari otak melakukan fungsi defragmentation (membersihkan sampah-sampah informasi dalam otak).

Taqwa itu berlindung dari murka Allah kepada ridha-Nya, berlindung dari siksa-Nya dengan maaf-Nya; maka jika ingin bertaqwa berdoalah dengan doa yang diriwayatkan oleh Ibunda Aisyah di atas. Ini salah satu cara berlindung dari murka Allah dan mudah-mudahan keluarga kita dihindarkan dari api neraka.

لا أحصى ثناء عليك . أنت كما أثنيت على نفسك ، صحيح مسلم

‘Aku tidak bisa menghitung sebagaimana Engkau menghitung kebaikan-Mu sendiri.’ Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah Ibrahim ayat 34:

وَاٰتٰٮكُمۡ مِّنۡ كُلِّ مَا سَاَلۡـتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَـظَلُوۡمٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim, 14: 34)

Jadi taqwa itu dengan selalu mengingat nikmat-nikmat Allah. Keluarga sakinah harus selalu mengingat bahwa Allah selalu memberikan apapun yang diminta. Allah memberikan jodoh, keturunan dan kekayaan yang banyak. Maka salah satu ciri keluarga sakinah adalah selalu mengingat nikmat-nikmat Allah dan mensyukurinya. Sedangkan ciri-ciri keluarga tidak sakinah adalah suami bersikap zhalim terhadap istri dan istri mengingkari nikmat/pemberian dari suami. Maka jika ada kesalahan, akui sebagai kesalahan bersama; begitu pula kebaikan itupun menjadi kebaikan bersama antara suami-istri.

b. Berinfaq.

Dengan berinfaq akan memudahkan menuju keluarga sakinah. Dalilnya sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Adi bin Hatim, seorang Nasrani yang masuk Islam.

عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

'Adiy bin Hatim berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jagalah kalian dari neraka sekalipun dengan (bersedekah) separuh butir kurma."’

Jika tidak mendapatkan makanan sebiji kurma atau tidak memiliki harta untuk bersedekah maka berinfaqlah dengan kalimat thayyibah, ucapan yang baik, dan senyuman. Senyummu kepada saudaramu itu adalah sedekah. Maka menggapai keluarga sakinah harus selalu tersenyum antara suami dan istri.

Kisah lengkapnya diriwayatkan oleh Al-Bukhari sebagai berikut; dari Ibunda Aisyah berkata: Telah datang seorang wanita bersama dua putrinya menemuiku untuk meminta sesuatu namun aku tidak mempunyai apa-apa selain sebutir kurma lalu aku berikan kepadanya. Lalu wanita itu membagi kurma itu menjadi dua bagian yang diberikannya untuk kedua putrinya sedangkan dia tidak memakan sedikitpun. Lalu wanita itu berdiri untuk segera pergi. Saat itulah Nabi Shallallahu'alaihiwasallam datang kepada kami, lalu aku kabarkan masalah itu, maka Beliau bersabda: "Siapa yang memberikan sesuatu kepada anak-anak ini, maka mereka akan menjadi pelindung dari api neraka baginya"

c. Memiliki dua atau tiga anak perempuan.

Kemudian mendidik dengan baik dan bersabar hingga menjadi perempuan yang shalihah, akan melindungi keluarga dari api neraka. Infaq terbaik adalah kepada istri dan anak-anak dahulu, lalu keluarga dan kerabat dekat, barulah orang lain.

d. Menyambung silaturrahim dan tidak memutusnya.

Dalilnya surah An-Nisa ayat 1:

يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ مِّنۡ نَّفۡسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالًا كَثِيۡرًا وَّنِسَآءً‌ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِىۡ تَسَآءَلُوۡنَ بِهٖ وَالۡاَرۡحَامَ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيۡبًا

“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa, 4: 1)

Silaturrahim makna yang benar adalah menyambung tali persaudaraan, tali kekerabatan (yang tersambung dengan rahim/kandungan). Memutus silaturrahim itu dosa besar. Jika ingin menjaga keluarga dari api neraka maka ajak anak-anak untuk silaturrahim kepada kerabat dengan membawa oleh-oleh dan tersenyum.

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar-Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.”

Memutus silaturrahim itu dosa besar sebab merusak bumi; orang-orang yang memutuskan silaturrahim itu dilaknat oleh Allah dan ditutup mata hati oleh Allah. Sebagaimana dalam surah Muhammad ayat 22:

فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ اِنۡ تَوَلَّيۡتُمۡ اَنۡ تُفۡسِدُوۡا فِى الۡاَرۡضِ وَتُقَطِّعُوۡۤا اَرۡحَامَكُمۡ

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad, 47: 22)

 

(4) Firman-Nya: وَّقُوۡدُهَا النَّاسُ وَالۡحِجَارَةُ Penjelasan ini berkaitan perkara fiqh: jika siang hari itu hawanya panas yang teramat sangat maka sholatnya diundur ketika udara lebih mereda. Sebab panas menyengat itu semburan dari neraka Jahannam.

 

(5) Dalam dunia pendidikan diperbolehkan memberikan ancaman dengan tujuan menakut-nakuti anak didik dengan tujuan mereka meninggalkan maksiyat. Dalam surah At-Tahrim ayat 6 menggambarkan dua hal yang menakutkan: satu, manusia dijadikan bahan bakar neraka; dua, di dalamnya terdapat malaikat yang tegas dan keras, tidak akan menyelesihi perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

 

(6) Hikmah di balik penyebutan ayat-ayat pedih dari neraka adalah supaya manusia tunduk kepada aturan Allah termasuk di dalam lingkungan keluarga. Maka diperbolehkan mengajak anak-anak ke makam untuk mengajarkan ketakutan kepada Allah, menunjukkan gambaran-gambaran menakutkan akan neraka agar anak-anak tidak berani melakukan kemaksiyatan. Ajak keluarga untuk membaca dan mentadabbur surah-surah dalam Juz 30 yang banyak menceritakan tentang neraka dan Hari Kiamat. Ayat 6 surah At-Tahrim ini lebih banyak muatan gambaran tentang neraka daripada perintah menjaga diri dan keluarga dari api neraka; inilah model pendidikan Allah terhadap umatnya untuk menakut-nakuti agar umatnya menjaga diri terhindar dari api neraka.

Wallahu a’lam.

 

{Transkrip ditulis di Al-Quds, 19/02/2019}

KARYA TULIS