Berlindung dari Musibah Mendadak (1)
عن عبد الله بن عمر - رضي الله عنهما - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam: ‘Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, dan dari pindahnya keselamatan yang Engkau berikan, dan dari kedatangan sangsi-Mu yang tiba-tiba, serta dari seluruh murka-Mu’.” (HR. Muslim)
Hadits diatas menjelaskan kepada kita, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari empat hal:
Pelajaran Pertama: Hilangnya Nikmat Allah
ﻣﻦ ﺯﻭﺍﻝ ﻧﻌﻤﺘﻚ
“Hilangnya nikmat Mu”
Kata (hilang) menunjukkan bahwa sebelumnya sudah ada nikmat, kemudian nikmat tersebut menjadi hilang. Kenapa nikmat menjadi hilang? Paling tidak terdapat dua hal yang menyebabkan hilangnya suatu nikmat, yaitu; (1) menyalahgunakan nikmat (2) mengingkari nikmat. Kedua hal tersebut bisa diringkas menjadi satu, yaitu tidak mensyukuri nikmat. Dalilnya adalah firman Allah,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah. (Qs. Ibrahim: 34)
Pada ayat di atas, Allah menyebutkan sifat manusia yang tidak mensyukuri nikmat, yaitu zhalim dan kafir. Zhalim artinya menyalahgunakan nikmat, sedang kafir artinya mengingkari nikmat.
Allah juga menjelaskan bahwa tidak mensyukuri nikmat menyebabkan hilangnya nikmat tersebut, sebagaimana firman-Nya,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (Qs. Ibrahim: 7)
Begitu juga di dalam firman-Nya:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (Qs. al-Anfal: 53)
Diantara nikmat Allah yang paling besar dalam hidup dan wajib disyukuri adalah nikmat Islam dan Iman. Allah berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (Qs. al-Maidah: 3)
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa nikmat Islam tersebut harus dijaga jangan sampai hilang dan tidak boleh terkena musibah.
Adapun nikmat dunia, adalah nikmat yang tidak langgeng. Harta yang dikumpulkan di dunia, cepat atau lambat akan hancur dan punah. Tidak sedikit orang yang baru mengumpulkan harta, kemudian tidak seberapa lama terkena musibah..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan do’a untuk memperingan musibah dunia, dan berdo’a agar musibah tersebut tidak menimpa agama. Hal ini tersebut di dalam hadist Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu:
قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ لأَصْحَابِهِ :اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ اليَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Sangat jarang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari suatu majlis sehingga berdoa dengan doa ini untuk orang-orang yang duduk bersamanya: ‘Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepada-Mu yang bisa menjadi penghalang antara kami dan maksiat kepada-Mu, dan (berikanlah kami) ketaatan kepada-Mu yang bisa menyampaikan kami kepada surga-Mu, dan (berikanlah kami) keyakinan yang meringankan kami di dalam menghadapi musibah dunia, Ya Allah, berilah kami manfaat pada pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selagi kami hidup, dan jadikanlah ia kekal dengan kami dan terpelihara sehinggalah kami mati, dan Kau berikanlah balasan kepada orang yang menzalimi kami, dan bantulah kami terhadap atas orang yang memusuhi kami, dan janganlah Kau timpakan musibah pada agama kami, dan janganlah juga Kau jadikan dunia ini sebagai sebesar-besar kerisauan (matlamat) kami serta (janganlah Kau jadikan) pengetahuan kami mengenai dunia semata-mata, dan janganlah Kau biarkan orang yang tidak mengasihani kami menguasai kami’.” (HR. at-Tirmidzi, an-Nasai. At-Tirmidzi berkata: Hadis ini Hasan Gharib)
Kata (Ni’matika) menunjukkan bahwa seluruh nikmat yang ada di dunia ini, semuanya berasal dari Allah, bukan dari yang lain-Nya. Allah berfirman,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (Qs. An-Nahl: 53)
Berkata al-Wahidi di dalam tafsir al-Wajiz: “Apapun nikmat yang kalian dapatkan, baik berupa kesehatan badan, luasnya rezeki, atau kesenangan berupa harta dan anak, maka semua itu berasal dari Allah kemudian ketika kalian ditimpa sakit dan kebutuhan, maka kalian berteriak meminta pertolongan kepada Allah.”
Pelajaran Kedua: Bergesernya Keselamatan dan Kesehatan
وتحوُّل عافيتك
“Bergesernya keselamatan dan kesehatan”
(Tahawwuli) artinya berubah, bergeser dan berpindah. Sedangkan (‘Afiyatika) artinya keselamatan dari segala bencana dan musibah yang Engkau berikan.
Doa ini menunjukkan bahwa keselamatan yang Allah berikan kepada manusia bisa berubah kapan saja, atau berpindah kepada orang lain. Dan ini juga menunjukkan bahwa kehidupan dunia ini tidak langgeng, dia hanya sementara. Tetapi walaupun begitu, kita diperintahkan untuk selalu memohon kepada Allah agar keselamatan yang kita dapatkan tetap bisa dipertahankan sebisa mungkin. Ini terwujud jika kita selalu memanfaatkan keselamatan dan kesehatan tersebut untuk mentaati segala perintah Allah dan menjauh segala larangan-Nya.
Di dalam hadits ‘Abdullah bin al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada seorang laki-laki sambil menasehatinya,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ : شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara; waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.”(HR. al-Hakim. Imam adz-Dzahabi menyatakan hadits ini sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim)
Keselamatan dan kesehatan di dalam hidup ini, harus dijaga dan dipertahankan sebisa mungkin. Maka, tidak boleh seorang muslim bercita-cita bertemu musuh. Karena jika musuh datang menyerang, akan berpotensi menghilangkan keselamatan dan kesehatan, dan merubahnya menjadi bencana dan musibah. Betapa banyak umat Islam di beberapa negara yang dulunya hidup aman, damai dan sejahtera, ketika perang meletus, tiba-tiba mereka menderita dan sengsara dalam waktu yang panjang.
Di dalam hadist ‘Abdullah bin Abi Aufa bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ
“Wahai manusia, janganlah kalian berangan-angan bertemu musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan. Maka, jika kalian bertemu dengan musuh, bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah bayang-bayang pedang.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Berkata Imam an-Nawawi: “Larangan untuk berangan-angan ketemu musuh, karena (keinginan bertemu musuh) itu mengesankan sikap ‘ujub (sombong), bertawakkal kepada diri sendiri, serta yakin dengan kekuatannya. Ini bentuk sikap semena-mena. Padahal Allah telah menjamin orang yang dilakukan semena-mena, akan ditolongnya. Begitu juga (keinginan bertemu musuh) itu mengesankan tidak ada perhatiannya terhadap musuh dan meremehkan kekuatan mereka. Ini bertentangan dengan sikap hati-hati dan sungguh-sungguh.”
Di dalam hadits Abu Bakar as-Siddiq radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
سَلُوا الله العَفْوَ والعافيةَ، فإنَّ أحداً لَم يُعْطَ بعد اليَقين خَيراً من العافية
“Mintalah keselamatan kepada Allah, karena sesungguhnya Allah tidak memberikan sesuatu yang paling baik kepada seorang hamba,setelah keyakinan, daripada keselamatan.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, serta dishahihkan al-Albani)
Ini juga dikuatkan oleh hadist ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan doa di bawah ini ketika pagi dan petang,
اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي،اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku.Ya Allah tutupilah auratku, tenangkanlah kepanikanku. Ya Allah jagalah aku dari arah depanku, dari arah belakangku, dari kananku, dari kiriku, dari arah atasku. Dan saya berlindung kepada Keagungan-Mu dari dicelakakan dari arah bawahku” (Hadits Shahih. HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Pelajaran Ketiga: Musibah yang Mendadak
فُجاءة ﻧﻘﻤﺘﻚ
“Musibah yang mendadak”
(Fuja’ah) artinya tiba-tiba atau mendadak. (Niqmatika) artinya lawan dari nikmat, yaitu sangsi dan balasan jelek.
Akhir-akhir ini banyak musibah yang datang mendadak dan ini menandakan sudah dekatnya hari kiamat. Diantara ayat-ayat yang menunjukkan datangnya musibah secara mendadak adalah:
Firman Allah subhanahu wa ta'ala,
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ .أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (Qs. al-A`raf: 97)
Firman Allah subhanahu wa ta'ala,
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا
“Sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: ‘Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!’." (Qs. Al-An’am: 31)
Firman Allah subhanahu wa ta'ala,
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (Qs. az Zumar: 55)
Musibah dan sangsi jelek yang datang mendadak disebut secara khusus di dalam doa ini, karena terlalu bahayanya terhadap kehidupan manusia. Bagaimana tidak? Musibah dan bencana tersebut datang secara tiba-tiba, tanpa disangka-sangka, dan tanpa ada tanda-tandanya sedikitpun, sehingga banyak manusia yang tertimpa musibah ini tanpa bisa mempersiapkan diri jauh sebelumnya, bahkan tidak sempat bertaubat. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah,
مَا يَنْظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ (49) فَلَا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً وَلَا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ (50)
“Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.” (Qs.Yasin: 49-50)
Hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلانِ قَدْ نَشَرَا ثَوْبَهُمَا يَتَبَايَعَانِ بِهِ ، فَمَا يَطْوِيَانِهِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ ، وَتَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ يَخْفِضُ مِيزَانَهُ ، وَتَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ قَدْ رَفَعَ أَكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَمَا تَصِلُ إِلَى فِيهِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ ، وَتَقُومُ السَّاعَةُ وَالرَّجُلُ يَلِيطُ حَوْضَهُ لِيَسْقِيَ مَاشِيَتَهُ فَمَا يَسْقِيهَا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Hari kiamat datang, ketika dua orang sedang membentangkan baju dalam transaksi jual beli, belum sempat mereka berdua melipat baju tersebut, sampai hari kiamat datang. Hari kiamat datang, ketika seseorang sedang menurunkan timbangannya. Hari kiamat datang ketika seseorang sedang mengangkat makanan ke arah mulutnya, belum sampai makanan tersebut ke mulutnya, tiba-tiba datang hari kiamat. Hari kiamat datang ketika seseorang sedang memperbaiki kolam air untuk minuman hewan ternaknya, belum sempat dia meminumkan kepada hewannya, tiba-tiba datang hari kiamat.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
(bersambung...)
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »