Karya Tulis
1279 Hits

Kata Pengantar


Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikut setianya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya hingga hari kiamat.

Tahun 2018-2019 M, bagi bangsa Indonesia adalah tahun politik, karena pada tahun tersebut diselenggarakan tiga event besar politik, diantaranya: (1) Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), (2) Pileg (Pemilihan Anggota Legislatif), dan (3) Pilpres (Pemilihan Presiden). Terlihat di mana-mana, para calon pemimpin menawarkan program-program mereka ke depan untuk membangun Bangsa Indonesia yang sekarang sedang terpuruk dalam berbagai bidang. Indonesia walaupun sudah menikmati kemerdekaannya lebih dari 73 tahun, tetapi rakyatnya belum merasakan kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Angka kemiskinan menurut data resmi BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan Maret 2018, masih di angka 9,82 % dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 25,95 juta jiwa.  Ini dengan menggunakan definisi miskin yang pengeluaran per individu dalam satu harinya kurang dari Rp. 13.374,- Tentunya jumlah kemiskinan akan bertambah banyak jika menggunakan nilai garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia, yaitu sebesar USD 1,9 atau sekitar Rp. 27.234,- untuk sehari.

Satu hal penting yang dilupakan mereka, bahwa kemakmuran bangsa tidak hanya ditentukan oleh kehebatan konsep-konsep bernegara yang mereka ajukan, tetapi lebih ditentukan oleh ketakwaan suatu bangsa kepada Allah dan kedekatan mereka kepada-Nya. Rahmat dan Kasih Sayang Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang berbuat baik, para muhsinin, serta orang-orang yang senantiasa beribadah kepada-Nya dan memohon ampun atas segala dosa-dosa yang mereka lakukan. (Qs. al-A’raf: 96)

Buku ini hadir untuk menjelaskan konsep Islam di dalam membangun negara, yaitu dengan mengajak seluruh penduduknya untuk beribadah hanya kepada Allah saja, dan tidak mensyirikan-Nya dengan sesuatu apapun juga, selalu menaati seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhi segala bentuk maksiat, karena perbuatan syirik dan maksiat akan membawa malapetaka dunia dan akhirat. Berbagai bencana alam dan musibah yang menimpa sebagian wilayah di Indonesia akhir-akhir ini, ternyata juga akibat kesyirikan dan maksiat yang didiamkan bahkan dilegalkan, karena mengharap dari materi yang melimpah. Tetapi ternyata yang didapat bukanlah kekayaan dan kemakmuran, yang muncul justru  musibah dan bencana yang datang silih berganti dan memakan korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit, serta meninggalkan derita dan kesedihan.  

Inilah manusia, jika hanya mengandalkan ilmunya yang terbatas, tanpa mau merujuk kepada petunjuk Allah. Kisah Fir’aun dan Qarun adalah contoh yang ada di depan mata kita dan kehancurannya diabadikan di dalam al-Qur’an. Keduanya merasa  sombong dengan kekuasaan dan ilmu yang mereka miliki, serta  tidak mau mendengar nasehat Nabi Musa ‘alaihi as-salam. Pada akhirnya Allah menenggelamkan Fir’aun dengan seluruh bala tentaranya ke dalam lautan, dan Qarun dengan seluruh kekayaannya ke dalam tanah.

Penulis berharap agar para pemimpin dan pejabat negara membaca buku ini, kemudian menerapkannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang diridhai oleh Allah dan tidak mengundang murka-Nya. Dengan demikian, harapan kita bahwa negara Indonesia menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur bisa segara terwujud. Amien.

Yang terakhir, tentunya buku yang kecil ini masih banyak kekurangannya, diharapkan masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan buku ini. Hanya kepada Allah penulis bertawakkal, mudah-mudahan amal yang sedikit ini mendapat ridha-Nya dan bisa memperberat timbangan pada hari kiamat. Amien.

Bekasi, 15 Rabi’ul Awal 1440/23 Nov 2018

Ahmad Zain An-Najah

KARYA TULIS