Karya Tulis
1322 Hits

Bab 7 Ahli Tauhid dan Pertolongan Allah


إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” 

(Qs. al-Hajj: 38)

 

Pelajaran (1): Pertolongan Allah kepada Ahli Tauhid

إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا ٍ

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.

Allah akan selalu membela orang-orang beriman yang memiliki tauhid, yaitu mereka yang menyatakan bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Pembelaan Allah kepada  ahli tauhid sesuai dengan kadar keimanan  dan  tauhid mereka,  semakin kuat keimanan dan tauhid mereka semakin besar pertolongan Allah kepada mereka.  Ini sesuai dengan firman-Nya,

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.(Qs al-Anfal: 64)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah cukup sebagai penolong bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya dari kalangan orang-orang beriman. Kadar pertolongan Allah kepada orang beriman sesuai dengan  kadar semangat mereka mengikuti (ittiba') kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kenapa hari ini pertolongan Allah kepada umat Islam secara lahir belum nampak? Barangkali keimanan umat Islam secara umum masih lemah atau bahkan sedang berada pada titik paling nadir.  Maka untuk mendatangkan pertolongan Allah, umat Islam harus meningkatkan keimanan dan tauhid mereka.  

 

Pelajaran (2): Tidak Berkhianat dan Tidak Mengkufuri Nikmat

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”  

Salah satu ciri orang-orang yang bertauhid kuat dan berhak mendapatkan pertolongan dan pembelaan dari Allah adalah mereka tidak berkhianat (khawanin), dan tidak kufur nikmat (kafur). Tidak berkhianat dengan  amanat yang diberikan Allah kepada mereka untuk selalu menegakkan kebenaran kapan dan dimanapun mereka berada.  Dan tidak mengkufuri nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, berupa fasilitas dan sarana hidup.

 

Pelajaran (3): Melawan Ketika Dizalimi

Allah mengizinkan orang-orang beriman yang tertindas dan dizalimi untuk bangkit melakukan perlawanan dan pembelaan diri. Allah berfirman,

      أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Qs. al-Hajj: 39)

Ada beberapa pelajaran dari ayat di atas, diantaranya:

(1). Perang adalah jalan terakhir untuk melawan penindasan, setelah pendekatan dakwah dan dialog buntu.

(2). Jika tidak ada penindasan,  umat Islam tidak diperkenankan untuk memulai peperangan,  kecuali dalam rangka menolong bangsa atau umat yang tertindas dan tidak ada kebebasan berdakwah.

(3)  Sesungguhnya Allah benar-benar akan menolong orang orang yang tertindas dan terzalimi, karena Allah tidak menyukai perbuatan zalim. Allah berfirman,  

وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (5) وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ (6)

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. (Qs.al-Qashas: 5-6)

Hal ini dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِى لأَنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ.

"Tiga golongan yang tidak tertolak do’anya: pemimpin adil, orang yang berpuasa hingga berbuka, dan do'anya orang yang terzhalimi. Do’a mereka akan dibawa oleh awan dan dibukakan pintu langit. Berkata ar-Rabb: “Demi Kemulian-Ku, Saya akan benar-benar menolongmu, walaupun setelah beberapa saat." (HR. at-Tirmidzi dan Baihaqi. Berkata at-Tirmidzi: ini Hadist Hasan)

 

Pelajaran (4): Orang Bertauhid Selalu Dimusuhi

Orang-orang yang memegang tauhid, akan selalu mendapatkan ujian dan tantangan, bahkan sampai diusir dari halaman mereka, Allah berfirman,

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ

“(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". (Qs. al-Hajj: 40)

Orang orang yang bertauhid selalu dimusuhi oleh orang-orang kafir, penyembah berhala, yang tidak menginginkan Allah disembah di muka bumi ini. Mereka khawatir orang-orang bertauhid ini bisa menggeser kedudukan mereka. Mereka khawatir masyarakat tidak mau menaati dan  menghormati mereka lagi.  Allah berfirman,  

وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9) إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ (10)

“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (Qs. al-Buruj: 8-10)

Orang-orang beriman disiksa dan dibakar hidup-hidup hanya karena keyakinan yang ada di dalam hati mereka. Keyakinan sudah dianggap pidana dan tindakan kriminal yang harus diberangus. 

Pada ayat di atas, Allah mensifati diri-Nya dengan dua sifat; Yang Maha Perkasa (al-Aziz) dan Yang Maha Terpuji (al-Hamid). Maha Perkasa karena memiliki kerajaan langit dan bumi, sangat mampu membalas para penguasa yang menyiksa orang-orang beriman dengan siksaan yang sangat pedih dan siksaan yang membakar mereka (‘Adzabu al-Hariq). Tetapi Allah juga Maha Terpuji (al-Hamid) segala tindakan terpuji, tidak gegabah, tetapi diperhitungkan secara matang, sehingga hasilnya sangat baik dan terpuji juga. Salah satu bukti dari sifat terpuji itu bahwa Allah tidak langsung membalas mereka, tetapi ditangguhkan agar mereka mau bertaubat dari segala perbuatan jahat tersebut. Subhanallah, para pengikut-Nya disiksa,  tetapi justru Dia memberi  kesempatan bagi mereka untuk bertaubat dan mengajak mereka untuk kembali kepada jalan yang lurus. Benar-benar Dia mempunyai sifat Yang Terpuji (al-Hamid). 

Sebaliknya, jika tawaran baik dari Allah itu tidak ditanggapi dan mereka tidak mau bertaubat, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat pedih.  Di sinilah letak Ke-Maha Perkasaan Allah (al-Aziz). Jadi manusia berada di antara sifat al-Aziz dan sifat al-Hamid dari Allah

Ayat-ayat dalam surat al-Hajj dan al-Buruj di atas, serta ayat-ayat lain yang serupa, mendorong orang-orang beriman untuk selalu tetap Istiqamah di dalam memegang teguh ajaran Islam sampai akhir hayat.  Sebagaimana firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali Imran: 102)

Ini dikuatkan dengan firman Allah,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Qs. al-Hijr: 99)

Makna ‘yakin’ pada ayat di atas adalah sampai datang sesuatu yang membuatmu yakin (yaitu kematian).  Dari situ, diketahui sesatnya kelompok al-Malahidah (Atheis), yang menyakini bahwa makna (yakin) pada ayat di atas adalah ‘ma’rifat’. Jika seseorang sudah sampai derajat ‘ma’rifat‘, maka gugurlah seluruh kewajiban beragama baginya. Pemikiran seperti ini adalah bentuk kekufuran, kesesatan dan kebodohan. Lihatlah para nabi, mereka dan para pengikutnya adalah orang-orang yang paling mengetahui tentang Allah dan hak-hak-Nya dan sifat-sifat-Nya yang harus dihormati, walaupun begitu mereka termasuk orang-orang yang paling rajin beribadah dan paling rajin berbuat baik sampai datangnya ajal mereka.” (Ibnu Katsir: 4/554)   

Di dalam surat ‘Fushshilat’ Allah menjanjikan bagi yang mengatakan ‘Tuhan Kami adalah Rabb’ (Rabbunallah), kemudian dia istiqamah dengan pernyataannya, serta sabar di dalam menghadapi tantangan dan rintangan, sebagai konsekuensi dari pernyataan tersebut bahwa dia akan ditolong di dunia dan akhirat serta akan dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Fushshilat: 30-32)

 

Pelajaran (5): Hukum Keseimbangan  

Allah menciptakan kehidupan manusia ini dengan menerapkan hukum keseimbangan, sebagaimana yang tersebut di dalam firman-Nya,

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.  Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (Qs. Al-Hajj: 40)

Ketika menciptakan  bumi ini dengan segala isinya, Allah menciptakannya dengan keseimbangan,  sehingga berjalan baik sampai pada batas yang telah ditentukan Allah.  Jika sekelompok manusia ingin merusaknya dengan kekuatan teknologi dan militer mereka, maka Allah akan mencegahnya supaya tidak terjadi kehancuran total. Caranya, Allah akan memberikan kekuatan yang seimbang kepada beberapa kelompok manusia sehingga mereka akan memperhitungkan matang-matang sebelum melakukan penyerangan kepada kelompok lain.  Dengan munculnya kekuatan yang seimbang inilah mereka mengurungkan rencana untuk menyerang,  maka dunia menjadi aman.  Setelah perang dunia ke dua yang menyebabkan hancurnya pulau Hirosima dan Nagasaki akibat bom nuklir yang dijatuhkan oleh Amerika dan sekutunya, 122 Negara sepakat untuk melarang penggunaan senjata nuklir karena daya rusaknya yang sangat hebat terhadap kehidupan dunia ini.

Tujuan diterapkan hukum keseimbangan adalah agar terjaganya tempat ibadah seperti biara,  gereja,  sinagog serta masjid ‘yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.’ Kenapa tempat-tempat ibadah tersebut dijaga oleh Allah? Jawabannya ada dua pengertian:

(1) ‘Yang di dalamnya banyak disebut nama Allah’,  maksudnya di masjid-masjid,  bukan di biara, gereja, atau sinagog Yahudi.

(2) ‘Yang di dalamnya banyak disebut nama Allah’, termasuk tempat ibadah orang Yahudi dan Nasrani sebelum adanya penyelewengan.

Dari dua makna di atas menunjukkan bahwa tujuan Allah menciptakan hukum keseimbangan di dunia ini adalah tegaknya Kalimat Allah di muka bumi.  Ini sesuai dengan tujuan berperang (berjihad) di dalam Islam yaitu untuk meninggikan kalimat Allah, sebagaimana di dalam firman-Nya,

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ

“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (Qs. al-Baqarah: 193)

Ini dikuatkan dengan firman-Nya,

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(Qs. al-Anfal: 39)

Ini dikuatkan juga dengan firman-Nya,

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. at-Taubah: 40)  

Di dalam hadits Abu Musa al-‘Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwasanya seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam sambil bertanya,  

يَا رَسُوْلَ اللهِ ، اَلرَّجُلُ يُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، وَيُقَاتِلُ رِيَاءً، فَأَيُّ ذَلِكَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ فَقَالَ: مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ.

“Wahai Rasulullah, seseorang berperang (karena ingin dikatakan) berani, seorang (lagi) berperang (karena ingin dikatakan) gagah, seorang (lagi) berperang karena riya’ (ingin dilihat orang), maka yang mana yang termasuk jihad di jalan Allah?” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa yang berperang (dengan tujuan) untuk menjadikan kalimat Allah yang paling tinggi, maka ia (berada) fii sabiilillaah (di jalan Allah).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 

Pelajaran (6): Syarat Mendapatkan Pertolongan Allah

Allah memberikan beberapa syarat untuk mendapatkan pertolongan dari-Nya, diantaranya adalah di dalam firman-Nya,

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ (41)

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Qs. al-Hajj: 41)

Allah benar benar akan menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya, sebagaimana firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)

Ayat di atas menunjukkan bahwa jika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita.

Menolong agama Allah agar tidak punah dan hancur dengan dua cara:

(1) Menegakkan ajaran ajaran-Nya.

(2) Membelanya dari serangan musuh-musuh Islam. 

Adapun syarat-syarat mendapatkan pertolongan  Allah secara ringkas sebagai berikut:

(1) Bersungguh-sungguh melaksanakan segala perintah Allah dan berusaha untuk menegakkan hukum  Allah di dalam kehidupan pribadi,  keluarga dan masyarakat. Allah berfirman, 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)

(2) Jika berkuasa mempunyai komitmen untuk: menegakkan shalat, menunaikan zakat, ber-amar ma'ruf dan nahi mungkar.

(3) Meninggalkan riba dan praktek jual beli haram,  tidak larut dalam mengurusi peternakan dan pertanian (hingga melupakan Allah),   menegakkan Syariat Jihad.  Ini sebagaimana di dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ)

“Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridha dengan pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian. (Hadits Shahih. HR. Ahmad dan Abu Daud) 

***

KARYA TULIS