Bab 8 Hasad yang Menghancurkan
اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ
“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.”
(Qs. Yusuf: 9)
Pelajaran dari ayat di atas
Pelajaran (1) Hasad yang Menghancurkan
Pelajaran yang paling utama yang dapat diambil dari ayat ini adalah hasad yang menghancurkan. Hasad yang menghancurkan ini banyak terjadi dalam dunia politik. Hasad, kalau masih di dalam hati, tidak menimbulkan masalah, namun apabila sudah diungkapkan dalam bentuk tindakan atau perbuatan itu yang sangat berbahaya. Dalam firman-Nya,
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (Qs. al-Falaq: 5)
Hasad inilah yang memunculkan ide untuk menyingkirkan dan membunuh Yusuf. Ini banyak terjadi dalam dunia politik. Politik yang berjalan saat ini bukanlah bagian dari Politik Islam karena dipenuhi dengan intrik dan tipu daya. Etika dan kesantunan dalam berpolitik sudah mulai hilang, dan digantikan dengan sifat kasar dan licik, khususnya ketika ingin menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Inilah yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf.
Berkata Sayyid Thanthawi di dalam at-Tafsir al-Wasith,
وهكذا النفوس عندما تسيطر علها الأحقاد ، وتقوى فيها رذيلة الحسد ، تفقد تقديرها الصحيح للأمور ، وتحاول التخلص ممن يزاحمها بالقضاء عليه ، وتصور الصغائر فى صورة الكبائر ، والكبائر فى صورة الصغائر .
فإخوة يوسف هنا ، يرون أن محبة أبيهم لأخيهم جرم عظيم ، يستحق إرهاق روح الأخ . وفى الوقت نفسه يرون أن هذا الإِزهاق للروح البريئة شئ هين ، فى الإِمكان أن يعودوا بعده قوما صالحين أمام خالقهم ، وأمام أبيهم ، وأمام أنفسهم .
“Beginilah jiwa jika sudah dikuasai oleh perasaan dengki dan menguat di dalamnya perasaan hasad. Dia akan kehilangan kendali untuk menilai sesuatu dengan cara yang benar. Dia berusaha untuk menyingkirkan siapa saja yang menyainginya. Memandang dosa kecil seakan dosa besar, sebaliknya memandang dosa besar seperti dosa kecil.
Saudara-saudara Yusuf di sini memandang bahwa kecintaan bapak mereka kepada saudara mereka (Yusuf) adalah dosa besar, karenanya berhak membunuh saudara tersebut. Tetapi dalam waktu yang sama, mereka memandang bahwa membunuh jiwa yang tidak bersalah ini adalah suatu yang kecil, sehingga mereka berpandangan bisa bertaubat setelahnya di depan Pencipta mereka, di depan bapak mereka serta di depan diri mereka sendiri.”
Dalam ayat ini, saudara-saudara Yusuf merencanakan pembunuhan secara fisik kepada Yusuf, atau pembunuhan karakter untuk menyingkirkan pengaruh Yusuf terhadap bapak mereka. Sehingga perhatian dan cinta bapak mereka hanya tertuju untuk mereka.
Begitu pula dalam dunia politik, seringkali sebagian politisi melakukan pembunuhan karakter dengan tujuan menghilangkan pengaruh lawan-lawan politiknya.
Salah satu karakter Yahudi adalah kebiasaan mereka untuk menyingkirkan siapa saja yang menghambat kekuasaan mereka. Mereka mencontoh perbuatan nenek moyang mereka yang menyingkirkan saudara mereka sendiri yaitu Nabi Yusuf. Politik yang diusung Yahudi adalah menghalalkan segala cara, untuk mencapai suatu tujuan. Surat Yusuf ini walaupun berisi tentang kasus-kasus yang terjadi di lingkungan keluarga, namun terdapat pesan yang mendalam bahwa konflik seperti ini dapat terjadi dalam skala yang lebih besar.
Pelajaran (2) Taubat setelah Berdosa
وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ
“Dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.”
Kalimat (qauman shalihin) pada ayat di atas mempunyai dua makna,
Makna Pertama, (qauman shalihin) artinya kami akan menjadi kaum yang shalih dan bertaubat kepada Allah setelah menyingkirkan Yusuf. Shalih di sini adalah shalih akhirat, yaitu bertaubat dan taat kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua.
Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya,
أَيْ تَائِبِينَ ; أَيْ تُحْدِثُوا تَوْبَة بَعْد ذَلِكَ فَيَقْبَلهَا اللَّه مِنْكُمْ ; وَفِي هَذَا دَلِيل عَلَى أَنَّ تَوْبَة الْقَاتِل مَقْبُولَة , لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يُنْكِر هَذَا الْقَوْل مِنْهُمْ
“Makna (shalihin) yaitu orang-orang yang bertaubat. Arti ayat di atas, “setelah itu kalian bertaubat, dan Allah akan menerima taubat kalian.” Dan ini menjadi dalil bahwa taubatnya pembunuh diterima. Karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengingkari perkataan ini dari mereka.”
Makna Kedua, (qauman shalihin) di sini adalah kaum yang baik di dunia, karena akan diperhatikan oleh bapak mereka, tanpa ada satupun yang menyaingi mereka.
Berkata Ibnu ‘Asyur di dalam at-Tahir wa at-Tanwir (7/313),
فتعيّن أن يكون المراد من الصلاح فيه الصلاح الدنيوي ، أيْ صلاح الأحوال في عيشهم مع أبيهم ، وليس المراد الصلاح الديني
“Maka menjadi jelas, bahwa yang dimaksud dari (ash-shalah) dalam ayat di atas adalah (ash-shalah ad-dunyawi) kebaikan dunia, yaitu keadaan yang lebih baik untuk hidup bersama bapak mereka. Dan maksudnya bukan (ash-shalah ad-dini), kebaikan agama.”
Sehingga perhatian dan cinta bapak mereka hanya tertuju untuk mereka.
Demikianlah karakteristik orang-orang Yahudi, mudah untuk melakukan tindakan kejahatan dan meremehkan suatu maksiat, adapun dosa dan akibatnya dipikir belakangan. Ini sesuai dengan firman-Nya,
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. al-Baqarah: 96)
Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu sifat Yahudi adalah keinginan untuk hidup seribu tahun di dunia untuk memenuhi keinginan syahwat mereka. Mereka hidup dengan menggampangkan maksiat. Mereka tidak takut dengan ancaman neraka, karena mereka menganggap masuk neraka itu hanya beberapa hari saja. Namun anggapan mereka itu langsung dibantah oleh Allah, bahwa mereka akan kekal di dalamnya. Allah berfirman,
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81)
“Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (Bukan demikian), yang benar: barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Qs. al-Baqarah: 80-81)
Sebagian kelompok umat Islam, yaitu Firqah Murji’ah, disebut-sebut juga sering meremehkan perbuatan maksiat, mereka salah dalam memahami sifat Allah, bahwa Allah Maha Pengampun.
Orang-orang yang menganggap masuk neraka hanya beberapa hari tidak menyadari bahwa sebenarnya hitungan hari akhirat itu setara dengan 1.000 hari di dunia. Jika mereka mengira hanya dimasukkan ke dalam neraka selama satu minggu, bukankah itu berarti 7.000 hari berada dalam nereka? Na’udzu billahi min dzalik.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »