Bab 13 Firasat Seorang Mukmin
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ
“Berkata Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.” Mereka berkata: "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.”
(Qs. Yusuf: 13-14)
Pelajaran dari ayat di atas
Pelajaran (1) Firasat Nabi Ya’kub
Dari ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Ya'kub sangat berhati-hati di dalam menjaga Yusuf. Hal ini dikuatkan dengan nasehat beliau kepada Yusuf untuk tidak menceritakan mimpi pada saudara-saudaranya sebagaimana yang tersebut di dalam firman-Nya,
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Ayahnya berkata: "Hai Anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Qs. Yusuf: 5)
Nabi Ya' kub memiliki firasat bahwa saudara-saudara Yusuf ingin mencelakakan Yusuf.
Seorang mukmin yang zuhud dan bertakwa itu memiliki firasat yang benar sehingga prediksi-prediksinya mengenai beberapa kejadian benar-benar terbukti kebenarannya.
Pelajaran (2) Firasat ‘Abdullah bin ‘Umar
Salah satu contohnya, kisah ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau merupakan sosok seorang mukmin ahli ibadah, pada malam hari beliau melakukan shalat tahajud sedangkan pada siangnya berpuasa, sangat zuhud dan jauh dari kekuasaan, serta gemerlapnya kehidupan dunia. Pada kepemimpinan Yazid bin Mu’awiyyah, al-Husein bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma mendapatkan undangan dari penduduk Kufah yang menyatakan akan membai’at al-Husein bin ‘Ali menjadi khalifah.
Al-Husein bin ‘Ali meminta pendapat para sahabat yang masih hidup pada zaman itu, kemudian ia dinasehati agar tidak berangkat ke Kufah. Namun al-Husein bin ‘Ali tetap bersikukuh untuk berangkat. Akhirnya ‘Abdullah bin ‘Umar merangkulnya dan mengatakan, "Selamat berpisah wahai orang yang akan terbunuh di jalan."
Prediksi ‘Abdullah bin ‘Umar benar, walaupun beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, ternyata al-Husein bin ‘Ali benar-benar terbunuh di Karbala dalam perjalan ke Kufah. Ini salah satu contoh firasatnya orang beriman yang terbukti kebenarannya.
Demikian pula dengan Nabi Ya'kub, beliau telah memiliki firasat bahwa kesepuluh anak-anaknya ingin mencelakakan Yusuf, namun beliau tidak memiliki bukti fisik untuk menolak bujukan anak-anak mereka untuk mengajak Yusuf bermain bersama mereka. Akhirnya, Nabi Ya’kub mengizinkan kesepuluh anaknya membawa Yusuf untuk bermain bersama mereka.
Pelajaran (3) Dalil-Dalil Firasat
Dalil adanya firasat diambil dari beberapa ayat dan hadist diantaranya,
(Pertama) Firman Allah,
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ (73) فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ (74) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ (75)
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.” (Qs. al-Hijr: 73-75)
Melihat bekas kehancuran yang dialami kaum yang mendustakan Allah dan rasul-Nya, akan menumbuhkan firasat, pelajaran dan hikmah di dalam diri orang yang melihatnya.
Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (4/543),
أَيْ أَنَّ آثَار هَذِهِ النِّقَم الظَّاهِرَة عَلَى تِلْكَ الْبِلَاد لِمَنْ تَأَمَّلَ ذَلِكَ وَتَوَسَّمَهُ بِعَيْنِ بَصَره وَبَصِيرَته كَمَا قَالَ مُجَاهِد فِي قَوْله " لِلْمُتَوَسِّمِينَ" قَالَ الْمُتَفَرِّسِينَ
“Yaitu sesungguhnya bekas kehancuran yang terjadi pada negeri-negeri tersebut sangat jelas untuk (menjadi pelajaran) bagi yang mau merenunginya dengan mata kepala dan mata hatinya. Sebagaimana perkataan Mujahid bahwa arti al-Mutawassimin (pada ayat di atas), adalah orang-orang yang mempunyai firasat.”
(Kedua) Firman Allah,
وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ
“Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami perlihatkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (Qs. Muhammad: 30)
Ibnu Qayyim di dalam Madariji as-Salikin (2/482) berkata bahwa bagian pertama dari ayat di atas menjelaskan tentang firasat mata dengan penglihatan, sedangkan bagian kedua menjelaskan tentang firasat telinga dengan mendengar.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa firasat dengan melihat bahasa tubuh lebih susah, karena digantungkan dengan kehendak Allah. Sedangkan firasat dengan mendengar dari bahasa verbal jauh lebih mudah.
(Ketiga) Hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اِتَّقُوا فَرَاسَة الْمُؤْمِن فَإِنَّهُ يَنْظُر بِنُورِ اللَّه ثُمَّ قَرَأَ) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ(
“Takutlah pada firasat seorang mukmin. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.” Kemudian beliau membaca firman Allah: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.” (Qs. al-Hijr: 75) (HR. At-Tirmidzi)
]
Hadits di atas dianggap dhaif, karena di dalamnya terdapat ‘Athiyah bin Sa’id al-‘Ufi dan Mush’ab bin Salam, keduanya dhaif. Walaupun demikian, makna hadist di atas benar, dan ini dikuatkan dengan hadist shahih yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا يَعْرِفُونَ النَّاس بِالتَّوَسُّمِ
“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang mengetahui manusia dengan tanda-tanda (yang bisa dilihat dan didengar)” (Berkata al-Haitsami di dalam Majma’ az-Zawaid (10/268): “Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ath-Thabrani di dalam al-Ausath, dan sanadnya hasan.” Juga dishahihkan di dalam as-Silsilah ash-Shahihah (3/169))
Pelajaran (4) Pembagian Firasat
Firasat terbagi menjadi tiga bagian;
(1) Firasat Imaniyah, yaitu firasat yang muncul karena kuatnya iman seseorang.
(2) Firasat Riyadhiyah, yaitu firasat dengan melakukan latihan-latihan fisik, seperti sedikit makan dan bicara dan sejenisnya. Ini termasuk ilmu dunia atau bagian ilmu kedokteran.
(3) Firasat Khalqiyah, yaitu firasat yang memusatkan pada bentuk fisik seseorang, seperti kepala yang besar menunjukkan otaknya yang besar, bidang dadanya menunjukkan kesabaran orangnya dan seterusnya.
Ketulusan orang tua kepada anaknya, bisa memunculkan firasat yang baik. Ini bisa terjadi juga pada masalah-masalah politik. Dari sini, dipahami banyak para calon pejabat sowan ke Kyai yang mempunyai firasat (yang tidak tergiur dengan kekuasaan dan harta), bahkan sebagian mereka menolak bantuan kepada dirinya dan pesantrennya.
Nabi Sulaiman 'alaihi as-salam memiliki firasat yang baik, salah satu faktornya, bahwa beliau tidak tergiur dengan hadiah Ratu Bilqis. Allah berfirman,
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".” (Qs. an-Naml: 36-37)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman 'alaihi as-salam mempunyai firasat dan keyakinan bahwa dia dan balatentaranya akan menang melawan tentara Ratu Bilqis, dan mereka akan tunduk dan menjadi hina dina. Dan itu terbukti, walaupun dengan cara tidak berperang, Ratu Bilqis akhirnya pasrah kepada Nabi Sulaiman.
Wallahu a’lam.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »