Karya Tulis
858 Hits

Pensucian Jiwa: Bab 11 Raja' (Pengharapan)


 

I. Pengertian Raja' 

Raja' adalah pengharapan hati agar mendapatkan sesuatu yang dicintainya di masa mendatang.

 

II. Perbedaan Raja' dengan Angan-angan

Raja' (pengharapan) dan berangan-angan mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya adalah;

(1) Raja' adalah mengharapkan sesuatu dengan dibarengi kerja keras, terus-menerus dan sungguh-sungguh.

Dalilnya adalah sebagai berikut;

(a) Firman Allah,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ  وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Baqarah: 218)

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang mengharap Rahmat Allah, syaratnya harus beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah.

(b) Firman Allah,

قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا 

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Qs. al-Kahfi: 110) 

(2) Sedangkan berangan-angan adalah mengharapkan sesuatu tetapi tidak dibarengi dengan kerja keras, terus-menerus dan sungguh-sungguh.

Dalil larangan berangan-angan adalah firman Allah,

لَّيۡسَ بِأَمَانِيِّكُمۡ وَلَآ أَمَانِيِّ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِۗ مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءٗا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدۡ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا

"(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmudan bukan (pula) angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah."  (Qs. an-Nisa': 123) 

Adapun hadist yang menjelaskan perbedaan Raja (pengharapan) dan berangan-angan adalah hadits,

♦: ((الكيِّس مَن دان نفسه وعمِل لما بعد الموت، والعاجز مَن أتبع نفسه هواها وتمنَّى على الله الأماني))؛ حديث حسن، (سنن الترمذي 249).

 

III. Kedudukan Raja' 

Raja' mempunyai kedudukan tinggi diantara ibadah-ibadah yang lain, yaitu bahwa Raja' sering disandingkan dengan Khauf (rasa takut) kepada Allah di beberapa ayat al-Quran, diantaranya adalah sebagai berikut;

(a) Firman Allah,

وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (Qs. al-A'raf: 56) 

(b) Firman Allah,

أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

"(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (Qs. az-Zumar: 9) 

(c) Firman Allah,

فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ يَحۡيَىٰ وَأَصۡلَحۡنَا لَهُۥ زَوۡجَهُۥٓۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ 

"Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (Qs. al-Anbiya': 90) 

(d) Firman Allah,

نَبِّئۡ عِبَادِيٓ أَنِّيٓ أَنَا ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ ٱلۡعَذَابُ ٱلۡأَلِيمُ 

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih."  (Qs. al-Hijr: 49-50) 

 

IV. Pembagian Raja'

Raja' (pengharapan) dibagi menjadi dua ; Raja' Ibadah, dan Raja'  non Ibadah

(1) Raja' Ibadah adalah pengharapan kepada Allah untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bisa mendatangkan kecuali Allah, seperti meminta kesembuhan dari penyakit, meminta agar diberikan rezeki, meminta agar dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Hal-hal seperti ini tidak boleh dimintakan kepada selain Allah, karena akan mengakibatkan seseorang jatuh kepada kesyirikan (syirik besar).

(2) Raja' non Ibadah adalah pengharapan kepada manusia untuk mengerjakan sesuatu yang manusia mampu melakukannya, seperti mengharap dari seseorang untuk datang ke rumahnya, atau mengharap agar lamarannya diterima, atau mengharap agar memberinya harta dalam jumlah tertentu.

Pengharapan seperti ini boleh dilakukan seseorang, tetapi jika hatinya tergantung kepada orang tersebut, maka dihukumi syirik kecil.

 

V. Beberapa Cara Menumbuhkan Raja’

Di bawah ini beberapa langkah yang hendaknya dilakukan seorang muslim untuk menumbuhkan rasa ‘pengharapan’ kepada Rahmat Allah, diantaranya adalah;

(1) Mengingat sifat Allah ar-Rahman (Maha Pengasih) kepada seluruh makhluk-Nya, baik kepada manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dengan. Begitu juga sifat ar-Rahim (Maha Penyayang) kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia-lah Tuhan semesta alam, Yang Merawat alam semesta ini dengan Kasih Sayang-Nya.

(2) Mengingat Nikmat Allah yang diberikan kepadanya saat ini, seperti nikmat hidup, kesehatan, kecukupan rezeki, nikmat keluarga (istri dan anak) dan nikmat-nikmat lainnya.

(3) Menyakini janji-janji Allah yang akan memberikan pahala yang begitu besar kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan istiqamah di atas ajaran-Nya, seperti firman Allah,  

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا

“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?” (Qs. an-Nisa: 122)

(4) Menyakini bahwa Allah senantiasa menerima pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya yang terlanjur berbuat dosa untuk segera bertaubat dan kembali kepada jalan-Nya. Ini sesuai dengan firman-Nya,

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. az-Zumar: 53)

Di dalam hadist al-Qudsi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

قال الله : يا ابن آدم ، إِنَّكَ ما دَعَوْتَني ورَجَوْتَني : غفرتُ لك على ما كانَ مِنكَ ، ولا أُبالِي ، يا ابنَ آدمَ ، لو بلغتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السماءِ ، ثم استَغْفَرتَني : غَفَرْتُ لك ، ولا أُبالي ، يا ابنَ آدم إِنَّكَ لو أتيتني بِقُرابِ الأرض خَطَايا ، ثم لَقِيتَني لا تُشْرِكُ بي شيئا : لأَتَيْتُكَ بِقُرابِها مَغْفِرَة

“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (Hadits Shahih riwayat at-Tirmidzi, 2540 dan Ahmad, 5/ 172)

(5) Menyakini bahwa Allah tidak akan menzhalimi seseorang. Jika ada sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi pada diri seseorang, maka itu karena kesalahan hamba itu sendiri, bukan dari Allah.

 

***

 Bekasi, 21 Oktober 2021

KARYA TULIS