Karya Tulis
883 Hits

(Qs. Al-Baqarah: 11-12) Bab 11 - Membuat Kerusakan di Muka Bumi


MEMBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ ۞ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ ۞ 

“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan". Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".”

(Qs. al-Baqarah: 11-12)

 

(1) Salah satu ciri orang munafik adalah mereka membuat kerusakan di muka bumi.

Kerusakan di muka bumi dibagi menjadi dua bentuk;

(a) Kerusakan fisik, yaitu kerusakan yang berdampak pada rusaknya atau hancurnya sesuatu yang terlihat oleh mata, seperti rusaknya bangunan, jembatan, pohon-pohon, jalan, menyebarnya virus dan penyakit menular, bencana alam, berupa tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, banjir, dan lain-lainnya.

Kerusakan fisik ini ditunjukkan dalam firman Allah,

 ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ   

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. ar-Rum: 41)

(b) Kerusakan moral, yaitu kerusakan yang menimpa moral manusia dan merubah akhlaن mereka dengan banyaknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Kerusakan itu muncul dengan merebaknya perbuatan zina, pelacuran, perjudian, pencurian, perampokan, pemerkosaan, mereka terbiasa meminum khamar dan minuman keras, narkoba, obat-obat terlarang. Mereka juga memakan makanan haram, seperti babi, anjing serta binatang-binatang yang menjijikkan.

Dan yang lebih dahsyat dari itu semua adalah perbuatan syirik yang mereka lakukan yaitu menjadikan sesuatu sebagai tandingan Allah. Inilah sumber kerusakan yang paling besar dan dosa yang paling besar dimana Allah tidak mengampuni dosa ini jika seseorang mati dalam keadaan syirik dan  belum bertaubat kepada Allah.

Kerusakan dalam bentuk kedua ini juga ditunjukkan dalam firman Allah,

وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-A’raf: 56)

Maksud ayat di atas adalah janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan kesyirikan dan kemaksiatan setelah Allah perbaiki dengan tauhid dan ketaatan.

Hal ini dikuatkan dengan terusan ayat selanjutnya,

وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ

“Dan sembahlah Allah seraya takut (akan adzab-Nya) dan mengharap (rahmat-Nya).” (Qs. al-A’raf: 56)

(2) Adapun yang dimaksud ayat 11 dari surah al-Baqarah di atas, adalah larangan kepada orang-orang munafik untuk melakukan kerusakan di muka bumi dengan bermaksiat kepada Allah, dan mengangkat orang-orang kafir sebagai wali (pemimpin dan teman dekat).

Tapi justru mereka menjawab:

قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ

“Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".” (Qs. al-Baqarah: 11)

Kenapa mereka menjawab dengan jawaban seperti itu? Karena menurut pandangan mereka, apa yang mereka lakukan adalah perbaikan bukan perusakan. Maka Allah membantah jawaban tersebut dengan firman-Nya,

أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ   

“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".” (Qs. al-Baqarah: 12)

(3) Jawaban orang-orang munafik dalam ayat ini

قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ

Mereka berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan” mirip dengan jawaban mereka kepada Rasulullah ketika diajak untuk berhukum kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul, mereka menjawab:

 إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّآ إِحۡسَٰنٗا وَتَوۡفِيقًا

“Kami (ketika menolak ajakan tersebut) hanya bertujuan untuk kebaikan dan perdamaian.”

Jawaban ini disebutkan dalam firman Allah,

فَكَيۡفَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةُۢ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّآ إِحۡسَٰنٗا وَتَوۡفِيقًا   

“Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".” (Qs. an-Nisa’: 62)

Mengapa jawaban itu muncul dari orang-orang munafik?

Ada dua kemungkinan:

(a) Mereka merencanakan kerusakan secara sembunyi dan rahasia, tetapi yang ditampakkan hal-hal yang baik-baik saja.

(b) Atau mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah kebaikan, karena kebodohan mereka padahal sebenarnya itu adalah bentuk kerusakan.

 

***

Ahmad Zain An-Najah

KARYA TULIS