(Qs. Al-Baqarah: 25) Bab 19 - Berita Gembira untuk Orang Beriman
BERITA GEMBIRA UNTUK ORANG BERIMAN
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.”
(Qs. al-Baqarah: 25)
(1) Orang Kafir dan Orang Beriman
Setelah menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang meragukan kebenaran Al-Qur’an dan tempat mereka di neraka, maka Allah pada ayat ini menjelaskan keadaan orang-orang beriman dan beramal sholeh bahwa mereka akan mendapatkan surga dengan segala fasilitasnya.
Perbandingan antara dua kelompok ini sangat penting bagi orang-orang beriman, khususnya yang membaca Al-Qur’an. Karna suatu kenikmatan, walau kecil jika dibandingkan dengan adzab pedih yang ditimpakan orang lain, maka kenikmatan yang kecil itu sangatlah berarti bagi orang yang menerimanya. Seakan-akan dia akan mendapatkan kenikmatan yang sangat besar. Ini kalau yang diterima adalah nikmat yang kecil, bagaimana jika yang diterima adalah nikmat yang sangat besar, berupa surga dan seisinya, tentunya akan sangat berharga baginya.
(2) Berita Gembira
Berita gembira dalam Al-Qur’an disebut dengan (البشارة) , karena seseorang yang medapatkan kabar gembira, maka pertama kali akan ada perubahan pada permukaan kulit mukanya, yang menampakkan kegembiraan dan kesenangan. Permukaan kulit seseorang dalam Bahasa Arab disebut (البشرة).
Salah satu yang membuat gembira orang-orang beriman adalah perbandingan balasan yang diberikan orang beriman dan orang kafir.
(3) Iman dan Amal Sholeh
Yang dijanjikan surga adalah orang beriman dan beramal sholeh. Ini sekaligus membalas pendapat yang mengatakan iman cukup di hati saja. Padahal yang benar iman itu harus diwujudkan dalam amal nyata.
Disana ada rukun iman yang letaknya dalam hati, sedangkan rukun Islam harus dipraktikkan dengan anggota badan atau yang disebut dengan amal sholeh.
Iman sendiri mencakup apa yang diyakini dalam hati, diucapakan dengan lisan dan dipraktekkan dengan anggota badan. Ditambah dengan ketaatan dan berkurangnya kemaksiatan.
(4) Surga Dengan Segala Isinya
Dalam ayat ini dijelaskn 5 kenikmatan yang diberikan kepada orang beriman dan beramal sholeh. Keterangannya sebagai berikut:
1. Jannatin (kebun-kebun) ( جَنَّٰتٍ )
Lafadz Jannatin ( جَنَّٰتٍ ) jama’ dari ( جَنَّةُ ) yang berasal dari akar kata dan terdiri dari 3 huruf (ج ن ت) yang maknanya adalah sesuatu yang tidak nampak (tersembunyi).
- Surga disebut “Jannah” ( جَنَّةٌ ) karena pohon-pohonnya tinggi dan rindang, sehingga orangg yang masuk di dalamnya tidak kelihatan dari luar.
- Janin ( جَنيْنُ ) adalah bayi yang masih dalam kandungan ibunya. Tidak bisa dilihat dari luar.
- Junnatun ( جُنَّةٌ ) adalah perisai atau tameng, dimana orang yang memakainya bisa bersembunyi di belakangnya, sehingga tidak kelihatan oleh musuh sekaligus untuk menangkis serangan lawan.
- Junun-majnun ( جُنون - مجنون ) adalah orang gila yang akalnya tertutup atau tidak kelihatan atau tidak berfungsi.
- Jin ( الجِن ) adalah makhluk halus yang tidak terlihat oleh kasat mata, tercipta dari api.
2. Surga yang mengalir di bawahnya ( تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ )
Kebun yang sejuk dan rindang kurang sempurna jika tidak ada sungai yang mengalir di bawahnya. Sungai tersebut berfungsi untuk mengairi pohon-pohon biar tetap hidup dan segar serta berbuah dengan buah-buahan yang bisa dimakan orang yang berada di dalamnya.
Selain itu sungai, tersebut berfungsi untuk minum orang yang tinggal dalam kebun tersebut, juga untuk keperluan lainnya seperti mandi, berenang, dan lainnya.
Begitu juga pemandangannya akan sangat indah jika ada sungai yang mengalir.
Hari ini bagaimana kita lihat sumber-sumber air menjadi tujuan utama orang-orang yang ingin berlibur dan mencari hiburan serttra berkreasi. Mulai dari kolam renang, sungai-sungai besar, air terjun, pantai-pantai yang indah dan laut lepas.
Bahkan hotel-hotel berbintang dibagung di tepi-tepi laut dan sungai. Bahkan villa-villa mahal dibangun di atas bukit yang di bawahnya terdapat pemandangan laut atauu sungai.
Bahkan seandainya seseorang ingin menikmati pemandangan yang indah dari suasana tersebut lebih lama, dia bangun kolam renang di rumahnya, minimal kolam ikan.
Itu semua menunjukkan bahwa sungai atau air yang mengalir adalah kebutuhan lahir dan batin semua manusia.
3. Buah-buahan ( ثَمَرَة )
Buah-buahan adalah makanan yang paling bagus yang dibutuhkan manusia. Selain alami (dari Allah) langsung tanpa cmpur tangan manusia, buah-buahan juga bisa memperbaiki sel-sel tubuh manusia.
Para ahli kesehatan menyarankan untuk hidup sehat, seseorang harus secara rutin memakan berbagai macam buah-buahan.
Salah satu dari mereka memberikan nasehat: “Lihatlah apa yang akan kamu makan, jika ingin hidup sehat dan panjang umur.”
Rasulullah sendiri memberikan contoh kepada umatnya dengan banyak mengkonsumsi buah kurma. Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan beliau dan keluarganya selama dua bulan pernah tidak makan kecuali air putih dan buah kurma.
Dalam riwayat lain beliau mengatakan “Barang siapa di rumahnya terdapat buah kurma, maka penghuninya tidak akan kelaparan.”
4. Buah-buah di surga mirip dengan buah-buahan di dunia
قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗ
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu"
Maksudnya mereka diberikan rezeki berupa buah-buahan sebagaimana yang merka dapatkan di dunia, bentuk mirip tapi rasanya berbeda.
Sebagian menyatakan hanya Namanya mirip tapi bentuk dan rasnaya sangat berbeda dari buah-buahan di dunia.
Sebagian lain menyatakan bahwa buah-buahan di surga satu dengan yang lainnya sangat mirip. Sangat berbeda dengan buah-buahan di dunia.
5. Pasangan-pasangan yang suci ( أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞ )
Semua fasilitas yang disebut di atas kurang sempurna jika penduduk surga tidak ditemani pasangan yang suci.
Lihatlah bagaimana Nabi Adam ketika diciptakan Allah sebagai manusia pertama kali dan tinggal di surga dengan seluruh fasilitasnya yang luar biasa. Tetapi ada sesuatu yang kurang yaitu beliau tidak punya teman, sehingga ketika beliau tidur, Allah mengambil tulang rusuknya dan darinya diciptakan Siti Hawa. Ketika beliau mendapatkan di sisinya Siti Hawa, maka menjadi sempurnalah kenikmatan yang didapat Adam.
Allah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Qs. An-Nisa’: 1)
Secra logika dan realita, seseorang yang hidup sendiri tanpa anak dan istri, sanak dan kerabat, hidup sebatang kara, tanpa teman dan kawan, walaupun bergelimangan dengan harta dan segala fasilitas, hidupnya tidak akan lebih bahagia dari orang yang hidup bersama anak dan istri, sanak kerabat, handai taulan, walaupun hidup orang ini sederhana dengan segala keterbatasan materi.
Begitu juga anak yatim kaya yang ditinggal mati oleh orang tuanya ketika kecil jauh lebih menderita dari anak miskin yang masih mempunyai kedua orang tua yang menyayanginya.
Intinya kebahagiaan itu ada dua, kebagiaan materi dan kebahagiaan batin. Istri yang sholehah dan suci itu juga kebahagiaan batin.
Apa yang dimaksud dengan suci ( مُّطَهَّرَةٞ ) disini?
Suci disini artinya tidak haid, tidak nifas, tidak istihadah, tidak meludah, tidak mengeluarkan kotoran, kecil maupun besar, bahkan pasangan suami istri tidak mengeluarkan sperma atau air mani ketika berhubungan badan. Ini semua suci secara fisik.
Tetapi suci disini juga bisa diartikan suci jiwa, yaitu tidak ada dengki, dendam, iri, hasad dan penyakit-penyakit hati lainnya.
Allah berfirman,
وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلّٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهۡتَدِيَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُۖ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلۡحَقِّۖ وَنُودُوٓاْ أَن تِلۡكُمُ ٱلۡجَنَّةُ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٤٣
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan".” (Qs. Al-A’raf: 43)
Ayat di atas menunjukkan bahwa penduduk surga tidak ada dendam di antara mereka, karena rasa dendam tersebut sudah dicabut Allah dari dada mereka.
Allah juga berfirman,
يَتَنَٰزَعُونَ فِيهَا كَأۡسٗا لَّا لَغۡوٞ فِيهَا وَلَا تَأۡثِيمٞ ٢٣
“Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.” (Qs. Ath: Thur: 23)
Allah juga berfirman,
لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا تَأۡثِيمًا ٢٥
“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,” (Qs. Al-Waqiah: 25)
(5) Kekal dalam surga ( وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُون )
Lima kenikmatan yang didapatkan oleh penghuni surga, baik kenikmatan lahir dan batin, sebagaimana dijelaskan di atas tidak dikatakan kenikmatan sempurna kalau sifatnya hanya sementara, tidak ada bedanya kenikmatan di dunia.
Oleh karenanya, Allah melengkapi kenikmatan-kenikmatan tersebut dengan firman-Nya “bahwa mereka kekal di dalam kenikmatan tersebut selamanya (هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُون).”
Adapun di dunia ini, semua kenikmatan bersifat sementara. Setelah merasakan kenikmatan, maka kenikmatan itu akan diganti dengan rasa capai, rasa lapar, rasa haus, rasa bosan, rasa kecewa, rasa belum puas dan seterusnya.
Umar bin Abdul Aziz, khalifah ke-5 yang adil dan zuhud memahami hakekat tersebut. Suatu ketika beliau menangis di depan ajudannya. Ajudan tersebut bertanya, “Wahai khalifah, kenapa anada menangis, bukan negri yang sedang anda pimpin semakin makmur?” Beliau menjawab, “Ketahuilah bahwa setiap kenikmatan yang dirasakan seseorang, jika sudah sampai puncaknya, maka berganti dengan penderitaan. Hal ini cukup menjadi pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran.”
Inilah hakikat kenikmatan dunia yang tidak ada artinya disbanding dengan kenikmatan surga yang sempurna dan abadi.
Ya Allah berikan kepada kami surga!
***
Ahmad Zain An-Najah
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »