Catatan Harian #36
berlindung dari takdir yang buruk
Berlindung dari Buruknya Taqdir
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Bahwasanya Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan, buruknya taqdir dan senangnya musuh (karena musibah yang menimpa umat Islam).” (HR Bukhari, 6347, Bab Doa-doa, Muslim, 2707, Bab, Dzikir dan Doa)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
Empat hal yang kita diperintahkan berlindung kepada Allah darinya, keterangannya sebagai berikut :
Pertama : Hebatnya Musibah (جَهْدِ الْبَلاَءِ)
Hebatnya Musibah ( جَهْدِ الْبَلاَءِ ) Mempunyai dua arti :
(a) Jahdi al Bala ‘ artinya semua yang menimpa manusia, dan menyebabkan dia tidak mampu lagi menghadapinya. Saking hebatnya musibah tersebut sehingga seseorang memilih mati dari pada mendapatkan musibah seperti ini.
(b) Juhdi al Bala’ artinya musibah yang menimpa manusia, sehingga tenaga dan pikiran serta segala usahanya habis untuk menghadapinya.
Musibah ada dua macam :
(1) Musibah Dunia, ini meliputi 3 hal :
- a) Musibah Fisik (Jasmani), seperti sakit, kelaparan, cacat tubuh dan sejenisnya.
b) Musibah Psikis (Ruhani ), seperti terkena fitnah dan jatuhkan martabatnya.
c) Musibah Besar, seperti perang, tanah longsor, banjir dan kebakaran.
Lafadh (الْبَلاَء ) terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya,
a) Fir’aun yang menyiksa bani Isarel dan menyembelih setiap anak laki-laki mereka (Qs. al-Baqarah: 49)
b) Mimpi nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail (Qs. ash-Shaffat: 106)
c) Terjadinya Perang Badar (Qs. al-Anfal: 17)
(2) Musibah Agama, seperti seseorang yang murtad dari Islam, melakukan perbuatan syirik atau maksiat dan dosa,baik dosa besar maupun dosa kecil.
Musibah agama ini jelas mengakibatkan kesengsaraan dunia akhirat. Musibah agama ini disebut juga ( وَدَرَكِ الشَّقَاءِ)
Kedua: Datangnya kesengsaraan (وَدَرَكِ الشَّقَاءِ)
Kesengsaran dunia dan akhirat akibat perbuatan syirik, kufur, maksiat, dan dosa. Untuk menghindarinya, kita harus mendekatkan diri kepada Allah, seraya merasa takut akan adzab-Nya serta mentaati segala perintah-Nya. Ini sesuai dengan doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ
'Ya Allah, bagikan kepada kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan maksiat. Bagikan kepada kami ketaatan kepadaMu yang dapat menyampaikan kami kepada surgaMu” (HR. Tirmidzi)
Juga sesuai dengan doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meminta perlindungan kepada Allah dari dari seluruh murka-Nya ( HR. Muslim)
Ketiga: Buruknya Taqdir (وَسُوءِ الْقَضَاءِ)
Termasuk keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah beriman kepada taqdir yang baik, maupun taqdir yang buruk.
Maksud dari buruknya taqdir dalam hadits di atas, ada dua hal :
(1) Buruknya taqdir artinya akibat buruk yang dirasakan dari taqdir tersebut, bukan taqdir Allah yang buruk, contoh : seseorang ditaqdirkan Allah mengalami kecelakan, akibatnya kakinya patah.
(2) Buruknya taqdir maksudnya buruk dalam pandangan manusia secara umum. Karena pada hakekatnya semua taqdir Allah adalah baik, tidak ada yang buruk bagi-Nya. Ini sesuai dengan hadist Ali bin Abu Thalib :
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
“ Kami menyambut panggilan-Mu, semua kebaikan ada pada diri-Mu dan kejelekan itu bukan kepada-Mu. “ ( HR. Muslim )
Diantara ayat yang menunjukkan buruknya taqdir adalah firman Allah, (Qs. Yunus: 11) (Qs. al-An’am: 40-41)
Keempat: Senangnya Musuh (وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ)
Musuh kita senang dengan musibah yang menimpa diri kita. Jika kita sebagai umat Islam kalah dalam perang, terjadi perpecahan sesama muslim, tertimpa musibah, menjadi korban banjir, tanah longsor dan gempa, maka orang kafir senang dengan kejadian tersebut. Allah berfirman tentang nabi Musa yang memarahi nabi Harun, karena Bani Israel menyembah anak sapi, maka nabi Harun menjawabnya sebagai berikut :
فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ
“Sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku".(QS. al-A’raf: 150).
Artinya pertengkaran antara Nabi Musa dan Nabi Harun akan menyebabkan musuh-musuhnya gembira.
Kesimpulan,
Pertama : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari Musibah Internal Umat Islam yang berupa 3 hal : kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan, buruknya taqdir dan berlindung dari Musibah Eksternal, yaitu senangnya musuh
Kedua : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari buruknya taqdir di awal kehidupan وَسُوءِ الْقَضَاء dan buruknya taqdir di akhir kehidupan وَدَرَكِ الشَّقَاءِ .
Ketiga : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari musibah dunia ( جَهْدِ الْبَلاَءِ) dan dari musibah akherat(وَدَرَكِ الشَّقَاء). Wallahu A’lam
(Ahmad Zain An-Najah, Masjid Istiqamah, Komplek Buloq, Pondok Melati, Bekasi, jam 05.30 WIB. Sabtu, 21 Jumadil Ula 1438 H/ 18 Februari 2017 M)
===================
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »