Penulis
1397 Hits

Catatan Harian #36


berlindung dari takdir yang buruk

Berlindung dari Buruknya Taqdir

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Bahwasanya Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung  kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan, buruknya taqdir dan senangnya musuh (karena musibah yang menimpa umat Islam).” (HR Bukhari, 6347, Bab Doa-doa, Muslim, 2707, Bab, Dzikir dan Doa)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

Empat hal yang kita diperintahkan berlindung kepada Allah darinya, keterangannya sebagai berikut :

 

Pertama :   Hebatnya Musibah (جَهْدِ الْبَلاَءِ)

Hebatnya Musibah ( جَهْدِ الْبَلاَءِ ) Mempunyai dua arti :

(a) Jahdi al Bala ‘ artinya semua yang menimpa manusia, dan  menyebabkan dia tidak mampu lagi menghadapinya. Saking hebatnya musibah tersebut sehingga seseorang memilih mati dari pada mendapatkan musibah seperti ini.

(b) Juhdi al Bala’ artinya musibah yang menimpa manusia, sehingga tenaga dan pikiran serta segala usahanya habis untuk menghadapinya.

         Musibah ada dua macam :  

(1) Musibah  Dunia, ini meliputi 3 hal :

  1. a)   Musibah Fisik (Jasmani), seperti sakit, kelaparan, cacat tubuh dan sejenisnya.   

b)   Musibah Psikis (Ruhani ), seperti terkena fitnah dan jatuhkan martabatnya.  

c)   Musibah Besar, seperti perang, tanah longsor, banjir  dan kebakaran.  

 

Lafadh (الْبَلاَء ) terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya, 

a)   Fir’aun yang menyiksa bani Isarel dan menyembelih setiap anak laki-laki mereka (Qs. al-Baqarah: 49)

b)   Mimpi nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail (Qs. ash-Shaffat: 106)

c)   Terjadinya Perang Badar (Qs. al-Anfal: 17)

 

(2) Musibah Agama, seperti seseorang yang murtad dari Islam, melakukan perbuatan syirik atau maksiat dan dosa,baik dosa besar maupun dosa kecil.

Musibah agama ini jelas mengakibatkan kesengsaraan dunia akhirat. Musibah agama ini disebut juga (  وَدَرَكِ الشَّقَاءِ)

Kedua: Datangnya  kesengsaraan  (وَدَرَكِ الشَّقَاءِ)

Kesengsaran dunia dan akhirat akibat perbuatan syirik, kufur, maksiat, dan dosa. Untuk menghindarinya, kita harus mendekatkan diri kepada Allah, seraya merasa takut akan adzab-Nya serta mentaati segala perintah-Nya. Ini sesuai dengan doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ

'Ya Allah, bagikan kepada kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari perbuatan maksiat. Bagikan kepada kami ketaatan kepadaMu yang dapat menyampaikan kami kepada surgaMu” (HR. Tirmidzi)

Juga sesuai dengan doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meminta perlindungan kepada Allah dari  dari seluruh murka-Nya ( HR. Muslim)

Ketiga: Buruknya Taqdir (وَسُوءِ الْقَضَاءِ)

Termasuk keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah beriman kepada taqdir yang baik, maupun taqdir yang buruk.

Maksud dari buruknya taqdir dalam  hadits di atas, ada dua hal :

(1) Buruknya taqdir artinya akibat buruk yang dirasakan dari taqdir tersebut, bukan taqdir Allah yang buruk, contoh : seseorang ditaqdirkan Allah mengalami kecelakan, akibatnya kakinya patah.

(2) Buruknya taqdir maksudnya buruk dalam pandangan manusia secara umum. Karena pada hakekatnya semua taqdir Allah adalah baik, tidak ada yang buruk bagi-Nya. Ini sesuai dengan hadist Ali bin Abu Thalib :

لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ

Kami menyambut panggilan-Mu, semua kebaikan ada pada diri-Mu dan kejelekan itu bukan kepada-Mu. “ ( HR. Muslim )

         Diantara ayat yang menunjukkan buruknya taqdir adalah firman Allah, (Qs. Yunus: 11) (Qs. al-An’am: 40-41)

Keempat: Senangnya Musuh (وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ)

         Musuh kita senang dengan musibah yang menimpa diri kita. Jika kita sebagai umat Islam kalah dalam perang, terjadi perpecahan sesama muslim,  tertimpa musibah, menjadi korban banjir, tanah longsor dan gempa, maka orang kafir senang dengan kejadian tersebut. Allah berfirman tentang nabi Musa yang memarahi nabi Harun, karena Bani Israel menyembah anak sapi, maka nabi Harun menjawabnya sebagai berikut :

فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ

“Sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku".(QS. al-A’raf: 150).

         Artinya pertengkaran antara Nabi Musa dan Nabi Harun akan menyebabkan musuh-musuhnya gembira.

Kesimpulan,

Pertama : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari Musibah Internal Umat Islam yang berupa 3 hal : kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan, buruknya taqdir dan berlindung dari Musibah Eksternal, yaitu  senangnya musuh 

Kedua : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari buruknya taqdir di awal kehidupan   وَسُوءِ الْقَضَاء  dan buruknya taqdir di akhir kehidupan  وَدَرَكِ الشَّقَاءِ .

         Ketiga : Kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari musibah dunia ( جَهْدِ الْبَلاَءِ)  dan dari musibah akherat(وَدَرَكِ الشَّقَاء).   Wallahu A’lam

 

(Ahmad Zain An-Najah, Masjid Istiqamah, Komplek Buloq, Pondok Melati, Bekasi, jam 05.30 WIB. Sabtu, 21 Jumadil Ula 1438 H/ 18 Februari 2017 M)

===================

KARYA TULIS