Karya Tulis
1452 Hits

Berlindung dari Musibah Mendadak (2)

Pelajaran Keempat: Menghindari Murka Allah

‌وﺟﻤﻴﻊ ﺳﺨﻄﻚ 

“Seluruh murka Allah”

Tiga musibah yang pertama lebih cenderung kepada musibah dunia, musibah keempat ini adalah musibah agama atau musibah akhirat.

(Jami’) artinya semua (Sakhatika) artinya murka-Mu.

Allah murka kepada  manusia yang mengetahui kebenaran tetapi meninggalkannya, atau mengetahui kebatilan tetapi melanggarnya. Sifat ini sangat melekat kepada bangsa Yahudi, sebagaimana firman-Nya,

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. al-Fatihah: 7)

Kalau kita perhatikan ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan ‘murka Allah’ kebanyakan ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan sebab utamanya adalah mereka berbuat zhalim, yaitu menyalahgunakan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, baik kekuasaan, harta dan ilmu untuk berbuat maksiat dan kerusakan di muka bumi ini. Allah berfirman, 

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?’. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus” (QS. al-Maidah : 60)

Allah juga berfirman,

تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan” (QS. al-Maidah : 80)

Allah juga berfirman, 

بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ 

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan” (QS. al-Baqarah: 90)

Ringkasnya, murka Allah akan datang ketika seseorang mengetahui suatu dosa, kemudian sengaja melakukannya. 

Pertanyaannya, apakah setiap dosa akan mendatangkan murka Allah? Jawabannya bahwa dosa terbagi menjadi dosa kecil dan dosa besar. Dan dosa-dosa besar inilah yang mendatangkan murka Allah dalam arti hukumannya akan disegerakan di dunia sebelum di akhirat, diantaranya adalah sebagai berikut;

(1). Dosa syirik kepada Allah. 

Allah berfirman,  

قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ 

“Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu." Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu." (Qs.al-A’raf:71) 

 (2). Durhaka kepada orang tua. 

Di dalam hadits ‘Abdullah bin al-‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

ما من مسلم يصبِح ووالداه عنه راضيان، إِلَّا كان له بابان من الجنة، وإن كان واحداً فواحدٌ، وما من مسلم يصبح ووالداه عليه ساخطان إِلَّا كان له بابان من النار، وإن كان واحداً فواحدٌ، فقال رجل: يا رسول الله، فإن ظلماه؟ قال صلّى الله عليه وسلّم: وإن ظلماه، وإن ظلماه، وإن ظلماه، ثلاث مرّاتٍ

“Tidaklah seorang muslim berada pada pagi hari, sedangkan kedua orangtunya ridha terhadapnya, kecuali dia akan memiliki dua pintu di surga. Jika yang ridha satu, maka dia juga hanya memiliki satu pintu. Dan tidaklah seorang muslim berada pada pagi hari, sedangkan kedua orangtunya murka terhadapnya, kecuali dia akan memiliki dua pintu di neraka. Jika yang murka satu, maka dia juga hanya memiliki satu pintu di neraka. Berkata seorang sahabat, ‘Wahai Rasulullah, walaupun keduanya berbuat zhalim kepadanya?’ Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Walaupun keduanya berbuat zhalim kepadanya.’ Beliau mengulanginya tiga kali. (HR. al-Baihaqi. Hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar di dalam al-Mathalib al-‘Aliyah. Sebagian mengatakan bahwa hadits ini mauquf terhadap ‘Abdullah bin al-‘Abbas) 

Ini dikuatkan oleh hadits ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ

 “Ridha Allah dalam ridha kedua orang tua, murka Allah dalam murka kedua orangtua.” (HR. at-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim) 

(3). Tidak sabar terhadap musibah, bahkan memaki-makinya. 

Di dalam hadist Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya besarnya pahala, bersama besarnya ujian. Sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (Hadist Hasan. HR. Ibnu Majah)

Oleh karenanya, setiap muslim harus berusaha mencari ridha Allah di setiap kesempatan. Ini sudah dicontohkan sendiri oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Di dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah, walaupun manusia membencinya, maka Allah akan cukupkan baginya dari meminta kepada manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mendatangkan  murka Allah, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (Hadist Shahih. HR. Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)

Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan,

مَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah, walaupun manusia membencinya, maka Allah akan ridha kepadanya, dan manusiapun ridha kepadanya. Barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mendatangkan  murka Allah, maka Allah murka kepadanya, begitu juga manusia menjadi murka kepadanya.” 

Beliau juga berdoa dalam riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa beliau berkata,  

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنَ الْفِرَاشِ فَالْتَمَسْتُهُ فَوَقَعَتْ يَدِي عَلَى بَطْنِ قَدَمَيْهِ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ وَهُمَا مَنْصُوبَتَانِ وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ 

“Aku pernah kehilangan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam, dan aku mencari-carinya dengan kedua tanganku (karena gelap). Lalu kedua tanganku mendapati kedua telapak kaki beliau yang berdiri tegak, yang waktu itu beliau sedang dalam keadaan sujud. Beliau mengucapkan doa: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan keridlaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu sendiri’.” (HR. Muslim) 

Di dalam pepatah Arab disebutkan tentang pentingnya mencari ridha Allah dan menjauhi hal-hal yang menyebabkan murka Allah, 

رضا الناس غاية لا تدرك .. ورضا الله غاية لا تترك ..فاترك مالا يدرك .. وأدرك مالا يترك 

“Mencari ridha manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, sedang mencari ridha Allah adalah tujuan yang tidak boleh ditinggalkan. Maka tinggalkan sesuatu yang tidak bisa dicapai dan carilah sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan.” (Sebagian menisbatkan perkataan  ini kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyah)  

Wallahu A’lam.


 

KARYA TULIS