Karya Tulis
1552 Hits

Doa Saat Bencana


Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ: اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ  

 “Doa-doa ketika terkena bencana dan musibah, ‘Wahai Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata dan perbaikilah seluruh urusanku. Tiada Ilah Yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Ahmad dan Abu Daud. Hadist ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ 3388)     

Di dalam riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah radhiyallahu ‘anha,

ما يمنعك أن تسمعي ما أوصيك به؟ أن تقولي إذا أصبحتِ وإذا أمسيت:يا حي يا قيوم، برحمتك أستغيث، وأصلح لي شأني كله، ولا تكِلْني إلى نفسي طرفة عين.

“Apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang aku wasiatkan kepadamu? Hendaknya saat berada di pagi dan sore hari engkau mengucapkan, ‘Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata.” (HR. an-Nasai, al-Hakim, al-Baihaqi. Hadist ini dishahihkan oleh Al-Mundziri di dalam at-Targhib wa at-Tarhib 1/313 dan dihasankan oleh al-Albani di dalam as-Silsilah ash-Shahiha 227) 

Pelajaran dari Hadits di atas:

Ketika terjadi musibah atau bencana atau sesuatu yang tidak kita inginkan, kita diperintahkan untuk membaca doa sebagaimana yang tersebut di dalam hadits di atas. Adapun keterangannya sebagai berikut:

Pelajaran Pertama: Doa-doa Ketika Terkena Bencana

 دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ

“Doa-doa ketika terkena bencana dan musibah” 

Al-Makrub: Segala yang menimpa dirimu dan menyebabkan sedih, gelisah dan tidak tenang hati. (Faidhu al-Qadir: 3/526

Musibah yang menimpa seorang muslim, jika dia bersabar terhadapnya dan mengharap pahala di sisi-Nya, maka hal itu akan menghapuskan segala dosa. Sebagaimana di dalam hadist dari Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda, 

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. 

“Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Musibah itu, jika dihadapi dengan sabar, maka akan menjadi ladang pahala. Seakan-akan Allah mendatangkan pahala kepada yang tertimpa musibah tanpa harus mengerjakan suatu amal. Ini sebagaimana yang tersebut di dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwasanya ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَخْلَفَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا 

"Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya). Melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)  

Pelajaran Kedua: Berharap Rahmat-Nya

 اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو

“Wahai Allah, hanya rahmat-Mu aku harapkan”

Di dalam riwayat lain disebutkan (يا حي يا قيوم) artinya ‘Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Berdiri’. Ini menunjukkan bahwa seseorang jika berdoa kepada Allah dengan menyebut Asmaa-u al-Husna, doanya akan dikabulkan oleh Allah, dan ini merupakan perintah Allah di dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya,  

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(Qs. Al-A’raf : 180)

Sabdanya (رَحْمَتَكَ أَرْجُو) artinya ‘Rahmat-Mu aku harapkan’. Rahmat di sini sebagai sebagai obyek. Mestinya obyek itu diletakkan di belakang setelah subyek (pelaku), tetapi di dalam hadits ini obyeknya didahulukan, sedang (أَرْجُو) yaitu ‘Aku mengharap’, sebagai subyek atau pelaku diakhirkan. Ini  untuk menunjukkan ‘pembatasan’. Sehingga bisa diterjemahkan sebagai berikut; “Aku hanya mengharap rahmat-Mu, tidak yang lainnya.”  

Ini seperti firman Allah di dalam surat al-Fatihah,

 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”  

Lafadh (Iyyaka) didahulukan penyebutannya dari (na’budu) untuk menunjukkan “pembatasan”, artinya hanya kepada-Mu kami menyembah, bukan kepada yang lainnya. 

Seorang Muslim harus selalu optimis dan mengharap Rahmat Allah setiap saat, tidak boleh putus ada dari Rahmat-Nya, walaupun hanya sekejap. Karena yang berputus asa dari Rahmat-Nya hanyalah orang-orang yang sesat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ 

“Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (Qs. Al-Hijr: 56)

Pelajaran Ketiga: Tempat Sandaran Segala Urusan

 فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي

“Janganlah Engkau sandarkan semua urusan kepada-ku.”

Artinya janganlah Engkau biarkan aku sendirian di dalam menghadapi masalah-masalah di dunia ini. Aku tidak punya kekuatan apa-apa tanpa bantuan-Mu, maka bantulah diriku ini. 

Oleh karena itu, seorang muslim harus selalu meminta pertolongan kepada Allah dalam seluruh masalah yang dia hadapi, baik masalah dunia, maupun masalah agama. Bahkan untuk beribadah, bersabar dan bersyukur pun memerlukan pertolongan Allah. Ini sesuai dengan hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

”Ya Allah, tolong aku untuk selalu menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah yang baik untuk-Mu” (Hadits Shahih. HR. Abu Daud, an-Nasai, dan Ahmad) 

Ini juga sesuai dengan firman Allah, 

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”  

Menyembah dan meminta pertolongan digabungkan pada ayat di atas, karena untuk menyembah Allah secara baik harus ada pertolongan dari Allah. Tanpa pertolongan dari Allah, tidak mungkin seseorang bisa menyembah-Nya dengan baik. 

Ini dikuatkan juga dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala, 

وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا 

“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (Qs. Al-Isra’: 74)

Artinya tanpa ada pertolongan Allah di dalam memperkuat hati nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tentunya beliau akan condong dan mengikuti keinginan orang-orang kafir. 

Pelajaran Keempat: Sekejap Mata

طَرْفَةَ عَيْنٍ 

“Sekejap mata”

Artinya janganlah Engkau biarkan aku sendiri, walaupun hanya sekejap mata. Karena kalau bukan karena pertolongan-Mu walau hanya sekejap, pastilah aku hancur. Ini menunjukkan betapa penting hadirnya Rahmat Allah setiap saat di dalam kehidupan seorang muslim. Sedikit saja, dia lengah dari berdzikir dan mengingat Allah, maka detik itu juga syaithan akan memangsanya dan mencabik-cabiknya. Allah berfirman, 

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ 

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Qs. az-Zukhruf: 36)

 Pelajaran Kelima: Perbaiki Urusan Dunia

 أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّه

“Perbaikilah untuk-ku segala urusanku di dunia ini.”

Perbaikan segala urusan sangat penting bagi kehidupan seorang muslim. Maksud dari perbaikan urusan adalah dimudahkan prosesnya, diberikan hasilnya yang maksimal, dihilangkan kendalanya, diperbanyak manfaatnya dan seterusnya.   

Doa di atas serupa dengan doa-doa lain di dalam al-Qur’an, diantaranya firman Allah, 

 رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan memperbaiki anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaf: 15)

Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman,

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami perbaiki istrinya (menjadikan istrinya dapat mengandung). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Qs. al-Anbiya’: 90)

Pelajaran Keenam: Tiada Ilah Selain Engkau

 لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ 

“Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau.”

Doa ini ditutup dengan kalimat tauhid, karena kalimat ini penyebab selamat dari segala bentuk musibah di dunia dan Akhirat. Ini dikuatkan dengan  doa-doa serupa yang diperintahkan untuk dibaca ketika terjadi musibah, diantaranya adalah:

(a) Doa Nabi Yunus ketika dilempar ke dalam laut dan dimakan ikan Paus. Di dalam perut ikan Paus, beliau berdoa dengan kalimat tauhid, sebagaimana yang tersebut di dalam firman-Nya, 

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88)

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan kegelapan yang berlapis; ‘Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs. al-Anbiya’: 87-88)

Ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,  

ألا أخبركم بشيء: إذا نزل برجل منكم كرْبٌ، أو بلاء من بلايا الدنيا، دعا به يُفرج عنه ؟ فقيل له: بلى , فقال: دعاء ذي النون

“Tidakkah kalian ingin kuberitahukan: Jika seseorang di antara kalian ditimpa bencana atau musibah dari musibah-musibah dunia, kemudian ia berdoa dengannya maka Allah akan menyelamatkannya. Maka para sahabat berkata: ‘Iya’, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Doa Dzan Nun (Nabi Yunus)’.” (Hadist Shahih. HR. an-Nasai, al-Hakim dan al-Baihaqi) 

(b) Doa musibah lainnya, sebagaimana di dalam hadist di bawah ini, 

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ، وَرَبُّ الْأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Tidak ada Ilah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Penyantun, tidak ada Ilah selain Allah Pemilik Arsy yang Agung, tidak ada Ilah selain Allah Pemilik Langit, Bumi dan Arsy yang Mulia.” (HR. al-Bukhari)

Kesimpulan

Para ulama menjelaskan bahwa doa ini sangat penting untuk diucapkan bagi siapa saja yang mendapat bencana. Jika sungguh-sungguh berdoa dengan menyakini makna dan isinya, maka Allah akan menolongnya dan menyelamatkan dari bencana yang menimpanya serta diganti dengan yang lebih baik. 

Berkata al-Munawi di dalam Faidh al-Qadir (3/526): “Barang siapa yang menyaksikan Ke-Esaan Allah dan Keagungan-Nya disertai kemauan yang kuat serta hadirnya hati, maka orang yang keadaannya seperti ini layak untuk dihilangkan bencana darinya di dunia serta mendapatkan rahmat Allah dan ditinggikan derajatnya di Akhirat.” 

Berkata Ibnu al-Qayyim di dalam Thariq al-Hijratain (25-26): “Maka orang yang paling sempurna adalah orang yang paling sempurna ibadahnya kepada Allah, dia sangat mengakui akan kekurangannya serta kebutuhannya kepada Rabbnya, serta merasa tidak bisa lepas dari bantuan-Nya walaupun hanya sekejab.” 

Wallahu A’lam.

 

KARYA TULIS